Kontribusi produsen dan pelaku usaha terkait yang menghasilkan dan mengelola sampah sangat signifikan dalam mengurangi beban lingkungan akibat sampah rumah tangga.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS—Sejumlah orang membongkar sampah dari kendaraan pengangkut sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (10/2/2020).
Ekonomi sirkular perlu diterapkan untuk mengurangi timbulan sampah, meminimalkan bahan baku, dan mentransformasikan sampah kemasan menjadi sumber daya yang bernilai. Kontribusi produsen yang produknya menghasilkan sampah sangat berperan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk menjalankan kontribusi tersebut, sejumlah pelaku usaha terkait bergabung dalam Organisasi Pemulihan Kemasan atau Packaging Recovery Organization (PRO). Program ini diinisiasi dan diluncurkan oleh Asosiasi untuk Kemasan dan Daur Ulang bagi Indonesia yang Berkelanjutan atau Packaging Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE).
Perusahaan-perusahaan pendiri PRAISE adalah Coca-Cola Indonesia, Indofood Sukses Makmur, Nestlé Indonesia, Tetra Pak Indonesia, Tirta Investama, dan Yayasan Unilever Indonesia.
Ketua Umum PRAISE Karyanto Wibowo mengemukakan, PRO merupakan organisasi nirlaba sukarela industri yang mendukung ekonomi sirkular dengan cara mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan bekas pakai untuk diolah menjadi bahan baku bermanfaat.
”Peran dari PRO adalah melakukan aktivitas pengumpulan kemasan karena proses ini menjadi tantangan tersendiri di Indonesia. Nantinya akan diperkuat bank sampah atau TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle),” ujarnya dalam peresmian PRO oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Selasa (25/8/2020).
PRO akan dikelola secara independen dan profesional serta dilakukan evaluasi progres berkala. Selain dapat mengurangi sampah, PRO juga pada akhirnya mendukung investasi di kapasitas daur ulang dan meningkatkan pendapatan bagi sektor formal maupun informal.
”Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mendukung infrastruktur atau regulasi untuk memperkuat PRO ini beroperasi. Selain itu, PRO akan melakukan riset dan inovasi terkait bagaimana membuat kemasan lebih mudah didaur ulang,” kata Karyanto.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar menilai, PRO akan meningkatkan kapasitas dan sinergisitas ekosistem dari sirkular ekonomi. Ini karena anggota PRO berada di sektor hulu pengelolaan sampah.
PRO juga akan memperkuat pelaksanaan Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Ke depan, PRO dapat menjadi stimulan penting pengelolaan sampah sehingga akan diikuti oleh semua produsen lainnya, baik di brand owner (pemilik merek), retail, maupun restoran.
”Hal terpenting dari sirkular ekonomi adalah memilah sampah sejak dari sumbernya. Salah satu yang terus kami dorong adalah gerakan memilah sampah dari rumah, apalagi di masa pandemi, gerakan ini harus didorong lebih maksimal,” katanya.
Luhut berharap upaya bersama antara pemerintah, dunia usaha, industri, dan masyarakat secara luas dapat mendorong terwujudnya target pemerintah untuk mengurangi sampah hingga 30 persen. Pada 2025, sampah juga diharapkan dapat tertangani hingga 70 persen.
”Saya menyambut baik implementasi pilot project PRO di Surabaya dan Bali yang mulai dilaksanakan tahun ini. Saya mengharapkan agar pemerintah daerah dapat mendukung inisiatif ini dengan menyiapkan infrastruktur pengumpulan sampah kemasan plastik serta melibatkan bank sampah yang telah terbentuk,” tuturnya.
Fasilitas pengolahan sampah tersebut dioperasikan Pemerintah Kabupaten Cilacap bekerja sama dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI). Mereka mengolah 120 ton sampah per hari menjadi lebih kurang 50 ton RDF. RDF itu digunakan PT SBI sebagai bahan bakar alternatif pengganti batubara. Dengan teknologi RDF ini, ke depan, Indonesia mampu mengolah sampah hingga 28.000 ton per hari (Kompas.id/ 21 Juli 2020).
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 25 Agustus 2020