Orang yang telah sembuh dari Covid-19, dengan hasil tes berturut-turut negatif, tetap harus menjaga diri sesuai prosedur kesehatan masa pandemi. Soalnya, mereka ternyata masih bisa terinfeksi virus korona baru kembali.
KOMPAS/PRIYOMBODO–Warga berjemur di gang sempit di perkampungan padat di wilayah Jati Pulo, Palmerah, Jakarta Barat, Minggu (5/4/2020). Di tengah ancaman pandemi Covid-19, warga yang tinggal di kampung padat penduduk ini berusaha untuk tetap bugar dengan berolahraga dan berjemur pada pagi hari. Namun, upaya menjaga jarak sosial agak sulit dilakukan karena kondisi lingkungan tempat tinggal yang padat. Beberapa gang di perkampungan tersebut juga melakukan pembatasan wilayah terbatas sebagai langkah antisipasi persebaran virus korona tipe baru penyebab Covid-19.
Orang yang telah sembuh dari Covid-19 ternyata bisa terinfeksi kembali, seperti ditemukan di China, Jepang, dan Korea Selatan. Fenomena infeksi ulang ini membuat upaya penanganan Covid-19 menjadi lebiih kompleks.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seperti diwartakan kantor berita Reuters, kasus baru Covid-19 di China daratan kembali bertambah 30 pada Sabtu (4/4/2020) atau naik dari 19 kasus pada hari sebelumnya. Sementara itu, hingga Minggu (5/4/2020), total kasus infeksi di China daratan mencapai 81.669 atau nomor enam tertinggi di seluruh dunia, setelah Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Jerman, dan Perancis.
Selama ini, kasus baru Covid-19 di China daratan berkisar belasan orang, sebelum kembali naik dua kali lipat pada Sabtu. Komisi Kesehatan Nasional China, dalam pernyataannya menyebutkan, 25 dari kasus terbaru tersebut melibatkan orang-orang yang masuk dari luar negeri. Sementara lima infeksi baru yang ditularkan secara lokal semuanya di provinsi pesisir selatan Guangdong.
Meskipun infeksi harian telah turun dramatis dari puncak epidemi pada Februari 2020, ketika ratusan kasus baru dilaporkan setiap hari, China tetap tidak dapat sepenuhnya menghentikan infeksi baru. Hal ini disebabkan, terjadinya kasus impor oleh pasien tanpa gejala, yaitu oleh mereka yang memiliki virus dan dapat memberikannya kepada orang lain, tetapi tidak menunjukkan gejala sakit.
China sejauh ini telah menutup perbatasannya untuk hampir semua orang asing. Namun, sebagian besar kasus impor ini melibatkan warga negara mereka sendiri yang baru kembali dari luar negeri. Munculnya kasus-kasus baru di China ini menguatkan kekhawatirkan mengenai bisa terjadinya reinfeksi atau infeksi ulang terhadap orang yang pernah terpapar sebelumnya.
Hasil studi
Sebuah studi oleh Jianghong An dari Shenzhen Third People’s Hospital (Shenzhen) dan timnya terhadap pasien Covid-19 yang pulih di kota Shenzhen, China bagian selatan, menemukan bahwa 38 dari 262 atau hampir 15 persen dari pasien yang telah sembuh dan dipulangkan ternyata kembali positif saat dites ulang.
Penelitian yang masih dalam proses pracetak ini menawarkan beberapa wawasan awal tentang potensi infeksi ulang. Disebutkan, 38 pasien kebanyakan muda (di bawah usia 14) dan menunjukkan gejala ringan selama periode infeksi mereka. Para pasien ini umumnya tidak bergejala pada saat tes positif kedua mereka.
Penelitian Lan Lan dari Zhongnan Hospital of Wuhan University, China, yang dipublikasikan di JAMA Network edisi 27 Februari 2020 juga menyebutkan, empat pekerja medis yang sebelumnya telah pulih, ternyata saat dites lagi kembali positif dalam tes yang diulang tiga kali berturut-turut. Mirip dengan penelitian di Shenzhen, pasien tidak menunjukkan gejala dan anggota keluarga mereka tidak terinfeksi.
Di luar China, setidaknya dua kasus seperti itu juga telah dilaporkan di Jepang, termasuk yang dialami satu penumpang kapal pesiar Diamond Princess dan satu kasus juga dilaporkan di Korea Selatan. Ketiganya dilaporkan menunjukkan gejala infeksi setelah pemulihan awal dan kemudian dites kembali dengan hasil positif.
Oleh AHMAD ARIF
Editor ILHAM KHOIRI
Sumber: Kompas, 6 April 2020