Keterlibatan perempuan Indonesia dalam industri berbasis sains, teknologi, rekayasa, dan matematika mencerminkan ketimpangan jender secara global. Faktor budaya seperti stereotip terkait peran perempuan di sektor yang dikesankan maskulin dan tekanan sosial menjadi tantangan.
Hasil studi yang dilakukan Microsoft Asia tahun 2017 menyebut, 3 perempuan dari 10 peneliti bekerja di industri berbasis sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM) di dunia. Riset sama menyebut, hanya 1 perempuan dari 5 pekerja profesional di industri STEM.
Deborah Intan Nova, IT Director Coca-Cola Amatil Indonesia, menyatakan, kecenderungan itu juga ditemui di Indonesia. Minat perempuan menuntut ilmu di bidang STEM relatif tinggi, tetapi minat bekerja di sektor itu masih rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Cara terbaik meningkatkan ketertarikan perempuan pada teknologi ialah melihatnya bukan hal rumit. Teknologi harus dilihat sebagai sarana mewujudkan minatnya,” kata Deborah dalam diskusi bertema “Perempuan Canggih di Industri STEM”, di Jakarta, Jumat (21/4) malam.
Hani Rosidaini, Chief Operating Officer Satria Asia, menambahkan, gambaran industri STEM kompleks membuat perempuan memilih tak terlalu terlibat. Apalagi ada tekanan sosial terkait peran sebagai ibu rumah tangga. Akibatnya, sebagian perempuan merelakan cita-citanya demi peran di keluarga.
Peran orangtua
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, mengatakan, orangtua berperan penting dalam mendukung anak perempuan untuk terjun di jalur STEM sejak dini. Studi oleh Microsoft menyebut, 68 persen anak perempuan menganggap orangtua menjadi penentu utama mereka berkarier di industri STEM.
Banyak peluang bisnis bisa digali dari industri ini karena perempuan lebih tahu kebutuhan mereka. “Untuk mengatasi stereotip industri STEM ialah dunia maskulin, perlu lebih dikenalkan sosok perempuan sebagai panutan dan inspirasi bagi perempuan lain di Indonesia,” kata Gezang Putri Agung, Group Head Network Design and Deployment Indosat Ooredoo.
Linda Dwiyanti, Direktur Consumer Devices Sales Microsoft Indonesia, mengaku merintis karier 7,5 tahun lalu sampai masuk sebagai Dewan Direksi Microsoft Indonesia. Timnya memiliki keseimbangan jender hampir rata dengan kinerja paling unggul dibandingkan dengan unit lain. (ELD)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 April 2017, di halaman 14 dengan judul “Partisipasi Perempuan dalam Industri Rendah”.