Siapa menyangka kotoran domba yang identik dengan bau tidak sedap dan kotor bisa berubah sebaliknya. Bahkan, kotoran itu dijadikan parfum atau pewangi tubuh. Itulah yang dilakukan Virna dan tim mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor, yang dipamerkan dalam bazar STPP dalam dies natalis ke-15, Senin (11/4). Kemarin, juga diresmikan pengoperasian Pusat Kajian Agrobisnis Mikro dan Kecil STPP Bogor.
Parfum dari feses (kotoran) domba itu hasil penelitian tim mahasiswa Jurusan Penyuluhan Perternakan. “Ternyata, dengan proses penyulingan dapat dihasilkan minyak ekstrak parfum dan mengeluarkan aroma segar. Sama sekali tidak ada bau busuk, amis, atau pesing,” ujar Virna. Selain menghasilkan minyak beraroma segar, minyak hasil sulingan dari kotoran domba itu juga dapat tercampur baik dengan aroma minyak parfum lain. Parfum itu sebelumnya melalui sejumlah uji coba yang gagal. Uji coba baru berhasil ketika ditemukan komposisi dan fermentasi feses yang tepat. (RTS)
—————–
Aplikasi “Semar” untuk Jemput Warga Sakit
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, meluncurkan aplikasi ambulans daring untuk melayani warga apabila menghadapi gangguan kesehatan darurat. Aplikasi berbasis Android itu dinamai “Semar” (safety emergency medical rescue) yang dapat diunduh gratis melalui Google Play Store. Saat peluncuran, Senin (11/4), Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjelaskan, aplikasi itu khusus bagi masyarakat Purwakarta. Untuk masuk dalam aplikasi, dibutuhkan nomor induk kependudukan yang sesuai data kartu tanda penduduk (KTP) pengguna. “Kami lakukan agar tertib, selain meminimalisasi orang iseng dan tidak bertanggung jawab,” ujar Dedi. Warga Purwakarta dapat menggunakan aplikasi Semar setelah mendaftar. Caranya, mengisi nama pengguna, alamat, surat elektronik (e-mail), dan nomor KTP yang sesuai data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Purwakarta. Setelah itu, akan muncul fitur “Panggil Ambulance” di layar telepon cerdas. Saat ini, ada 40 ambulans bersiaga 24 jam di sejumlah puskesmas. (DMU)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.
————-
Uji Coba Roket Peluncur “Reusable” Sukses
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kabar baik bagi misi pergi pulang ke luar angkasa. Kali ini, Sabtu (9/4), perusahaan swasta untuk misi luar angkasa, SpaceX, sukses menguji coba roket peluncur utama yang bisa digunakan lagi (reusable). Pada video yang dirilis BBC, roket utama itu mendarat perlahan dalam posisi vertikal di atas landasan besi terapung (platform) di sekitar pantai Florida, AS. Roket peluncur tersebut kembali dari misi mengirim paket kapsul tiup yang akan diuji coba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Kesuksesan itu disambut gegap gempita para pengendali misi di ruang kendali yang saling berpelukan dan melompat-lompat. Tiga kali misi serupa yang digelar sebelumnya selalu gagal. “Roket mendarat sempurna. Kami sangat bahagia dengan itu,” kata pendiri yang juga CEO SpaceX Elon Musk, di Florida, Sabtu lalu. Sabtu pekan lalu, uji coba serupa sukses dijalani roket peluncur New Shepard buatan perusahaan Blue Origin dari AS. Uji coba ketiga itu sukses dilakukan di Texas barat, AS. Kesuksesan itu menjadi harapan baru menghemat misi ke luar angkasa karena tak perlu lagi membuat roket peluncur baru yang sangat mahal. (BBC/GSA)
—————
Kerja Sama Pemanfaatan Teknologi secara Tepat
Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sangat berlimpah. Namun, pemanfaatan teknologi hasil penelitian bagi masyarakat luas itu dinilai masih kurang. Selain itu, proses pengenalan dan sosialisasi kepada publik juga masih memerlukan tata kelola yang tepat. Untuk itu, LIPI menggelar kerja sama dengan Universitas Queensland, Australia, menggelar Workshop on Research Commercialisation And Innovation Management, 11-12 April. Kegiatan itu terkait pengembangan proses komersialisasi dan alih teknologi agar lebih berdampak. Harapannya, ditemukan dengan jelas model alih teknologi dan diseminasi kepada publik yang lebih baik. “Secara kelembagaan, kami berharap alih teknologi bisa menerapkan pola pengelolaan hasil penelitian dan pengembangan secara korporat,” kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain. (*/GSA)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.