Jangan sepelekan tempe. Makanan populer Indonesia itu berkhasiat dan kaya gizi yang dibutuhkan orang dari segala umur. Bahkan, demi memberi ruang bagi anak muda sekaligus inovasi, akan digelar konferensi internasional tempe dan berbagai produk turunannya di Yogyakarta, 15-17 Februari 2015.
”Akan difasilitasi dalam Youth Conference di konferensi internasional itu,” kata penggagas kegiatan yang juga ahli pangan dari Universitas Katolik Atma Jaya, FG Winarno, di Jakarta, Rabu (24/9).
Selama ini, tempe yang mendunia itu hanya dikenal sebagai makanan. Melalui kreativitas dan penelitian anak muda, diharapkan muncul produk selain tempe. Di Korea Selatan ada kosmetik hasil fermentasi asam laktat dalam kimchi (makanan tradisional berupa asinan sayur berasa pedas).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tempe sebenarnya hasil reaksi fermentasi kelompok jamur jenis Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus stolonifer, terhadap biji-bijian, seperti kedelai, kacang koro, dan kacang
tanah.
Setelah diteliti, hasil fermentasi itu mengandung kalsium, protein, vitamin B, dan zat besi. Bahkan, tempe dapat berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan, dan mencegah penuaan dini. Uniknya, hasil fermentasi itu dapat dikombinasikan.
”Ada tempe temulawak.
Jadi, kedelai dan temulawak diproses dengan fermentasi. Tak hanya dengan temulawak, tapi bisa dengan kunyit,” ujar Winarno.
Ketua Penyelenggara Youth Conference Amadeus Driando Ahnan mengungkapkan, sekitar 100 anak muda dari sejumlah negara akan mengikuti konferensi tiga hari itu. Mereka akan diajak berkeliling ke tempat produksi tempe, mengikuti seminar, dan dipacu berkreasi dengan ilmu mereka.
”Ini juga bertujuan membawa pesan bahwa tempe merupakan intangible heritage. Jadi, tempe itu bukan barang, tapi lebih pada teknologinya,” katanya.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim mengatakan, produk yang dikembangkan lembaganya masih sebatas makanan. Namun, tak tertutup kemungkinan para peneliti menemukan perkembangan lain di luar bidang makanan. Saat ini, Pusat Inovasi LIPI telah menghasilkan produk diversifikasi olahan tempe berupa es krim.
Di tempat sama, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mendukung penuh konferensi untuk menjaga tempe terus mendapat tempat di masyarakat Indonesia itu. Waktunya mengubah pola pikir bahwa tempe tidak murahan.
”Potensi bisnisnya sangat tinggi,” ujar Bayu. Konferensi ini diharapkan membuka mata bahwa dalam sekeping tempe terkandung multimanfaat. (A04)
Sumber: Kompas, 25 September 2014