Proyek jaringan tulang punggung Palapa Ring Paket Tengah siap diuji coba operasional. Pada saat bersamaan, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau agar operator seluler ataupun penyedia jasa internet mau memanfaatkan proyek itu.
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Menkominfo Rudiantara, Rabu (2/1/2019), mencoba melakukan telepon berbasis video (video call) dengan Menteri Desa, Transmigrasi, dan Pembangunan Daerah Tertinggal Eko Putro Sandjojo dan Komandan Pangkalan Udara Ranai Kepulauan Natuna Azhar Aditama. Video call menggunakan perangkat jaringan akses Wi-Fi yang disambungkan dengan jaringan tulang punggung Palapa Ring Paket Tengah. Dia melakukan pembicaraan hampir 10 menit.
KOMPAS/MEDIANA–Menkominfo Rudiantara memberikan pidato di depan lapangan menara pemancar berteknologi 2G di Desa Waringin, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Pulau Morotai, Maluku Utara, Rabu (2/01/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kabupaten Pulau Morotai menjadi satu dari 17 Kabupaten yang dilintasi oleh jaringan tulang punggung kabel serat optik Palapa Ring Paket Tengah. Proyek nasional ini selesai dibangun pada 27 Desember 2018 dan memiliki panjang kabel 2.995 kilometer.
Proyek yang bernilai Rp 1,38 triliun memungkinkan memiliki kecepatan akses internet sampai 30 megabyte per detik. Palapa Ring Paket Tengah dikerjakan oleh PT LEN Telekomunikasi Indonesia yang memulai kontrak 4 Maret 2016.
”Pada pertengahan 2019, sebanyak 514 kabupaten atau kota harus sudah mendapat jaringan tulang punggung pita lebar kabel optik, baik dibangun melalui Palapa Ring maupun operator telekomunikasi komersial. Pekerjaan selanjutnya adalah jaringan akses sampai ke desa atau kelurahan. Tantangan pembangunan adalah ketersediaan energi listrik,” ujar Rudiantara.
Dia menegaskan, pekerjaan rumah tidak kalah penting adalah penyediaan fasilitas internet ke sekolah, kantor kepala desa, aparat keamanan, dan rumah sakit. Dia lantas mencontohkan target kebijakan nasional adalah menyediakan fasilitas internet ke 216.000 sekolah dan sekitar 75.000 kantor kepala desa pada 2020.
”Pada jangka panjang, fasilitas internet bukan hanya dipakai buat ujian nasional, melainkan juga kegiatan belajar mengajar setiap hari. Mendesa PDTT dapat berkomunikasi secara aktif dengan semua kepala desa melalui video call,” katanya.
Pada saat bersamaan, Kepala Desa Waringin, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Ayatudin Samsudin menceritakan, Desa Waringin baru mendapat akses jaringan telekomunikasi seluler pada 2017. Jaringan akses ini dibangun oleh BAKTI menggunakan dana pelayanan universal (USO). Pengoperasian layanan seluler komersialnya dilakukan oleh Telkom Group.
Meski begitu, dia mengatakan, akses jaringan telekomunikasi seluler tersebut baru berteknologi 2G yang hanya bisa dipakai menelepon dan mengirim pesan singkat (SMS). Menurut dia, warga desa menginginkan jaringan telekomunikasi seluler berupa data internet.
”Sebelum ada akses jaringan telekomunikasi seluler, kami suka kesulitan berbagi informasi warga. Misalnya, jika salah satu warga meninggal, infonya baru menyebar ke seluruh desa dua sampai tiga hari. Kalau sekarang, komunikasi menjadi lebih mudah. Hanya kami butuh internet juga,” ujarnya.
Salah satu warga yang bekerja sebagai sopir carteran, Pache, menceritakan, sinyal jaringan telekomunikasi seluler masih kurang bagus. Masyarakat seperti dirinya tidak mempunyai satu pilihan merek layanan telekomunikasi seluler.
”Di sini warga tidak hanya kesulitan akses jaringan telekomunikasi seluler, tetapi juga listrik. Listrik kerap padam tidak menentu waktu,” tuturnya.
Pulau Morotai sebelumnya berbentuk kecamatan di bawah Kabupaten Halmahera Utara. Sekitar 2008, Pulau Morotai resmi mekar menjadi kabupaten dan luasnya mencapai 2.476 kilometer persegi.
Sejak 2009, kabupaten itu diketahui akses jaringan telekomunikasi seluler mulai masif dibangun, tetapi belum merata di seluruh kabupaten.
Bupati Pulau Morotai Benny Laos, yang menjabat sejak 1 Juni 2017, menyebutkan, sebelum 2017, Kabupaten Pulau Morotai hanya memiliki delapan pemancar. Seiring waktu berjalan dan ada pembangunan jaringan tulang punggung Palapa Ring Paket Tengah, Pulau Morotai kini mempunyai 45 pemancar. Sekitar 16 dari 45 pemancar telah berteknologi 4G LTE.
Sembilan dari total pemancar berteknologi 4G LTE dibangun oleh BAKTI, sedangkan sisanya dikembangkan oleh Telkomsel.
Dia mengemukakan, Telkomsel berencana menambah pembangunan dua pemancar berteknologi 4G LTE pada 2019.
”Saya bisa mengklaim bahwa pembangunan infrastruktur jaringan akses telekomunikasi seluler Pulau Morotai lebih cepat dibandingkan kabupaten lain. Sekolah dan puskesmas kini telah terpasang Wi-Fi gratis. Karena layanan seluler ataupun internet adalah kebutuhan bersama, saya harap kepala desa bersama warga saling merawat dan menggunakannya secara cerdas,” kata Benny.
Sumber: Kompas, 3 Januari 2019