Orangutan Tapanuli Lahirkan Anak Kembar

- Editor

Rabu, 11 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Orangutan bernama Lidiya dan Noni serta bayi-bayinya di Camp Saluang Mas I, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Kamis (28/7).Orangutan sangat terancam punah karena kebakaran hutan dan lahan serta maraknya perkebunan sawit.

Kompas/Megandika Wicaksono (DKA)
28-07-2016

orangutan untuk ficer

Orangutan bernama Lidiya dan Noni serta bayi-bayinya di Camp Saluang Mas I, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Kamis (28/7).Orangutan sangat terancam punah karena kebakaran hutan dan lahan serta maraknya perkebunan sawit. Kompas/Megandika Wicaksono (DKA) 28-07-2016 orangutan untuk ficer

Tim Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) menemukan induk orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) beranak kembar di Batang Toru, Sumatera Utara, habitat orangutan tapanuli yang masih tersisa. Kejadian tersebut merupakan kejadian pertama untuk spesies orangutan tapanuli di alam liar.

Kabar tentang anak kembar orangutan tapanuli itu disampaikan SOCP dalam siaran pers yang diterima Harian Kompas, Rabu (11/7).

Induk bersama anak kembar tersebut disaksikan dua staf SOCP yang berbasis di pos pemantauan hutan Batang Toru di Tapanuli, Andayani Oerta G dan Ulil Amri Silitonga, 20 Mei 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Andayani, manajer pos pemantauan hutan SOCP mengatakan, ia baru mulai mengelola kamp beberapa bulan yang lalu dan sedang melakukan misi pencarian rutin. Pada pukul 14.30, tiba-tiba mereka melihat ibu orangutan Tapanuli dengan dua bayi pada saat yang bersamaan. Si kembar tampak sangat mirip dan berukuran hampir sama, tetapi salah satunya cukup berani sementara yang lainnya tampak sangat pemalu dan selalu ingin dekat dengan ibunya.

“Kami pertama kali melihat mereka pada pukul 14.30 sekitar 15 meter di atas pohon dan berhasil melihat sampai sekitar pukul 15.40 ketika ibu mulai pindah dengan bayi yang menempel di setiap sisi. Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana ibu ini melahirkan si kembar. Sejauh ini dia terlihat melakukan pekerjaan luar biasa,” kata Andayani dalam siaran persnya.

Kepala Unit Pemantauan Keanekaragaman Hayati SOCP, Matius Nowak, mengungkapkan, timhanya menemukan satu catatan sebelumnya dari kelahiran kembar orangutan Kalimantan liar, tidak ada orangutan Sumatera, apalagi orangutan Tapanuli. “Kelahiran kembar memang terjadi pada hewan penangkaran, tetapi bahkan jika ini terjadi di alam liar, kurangnya pengamatan akan menunjukkan bahwa sangat jarang bagi kedua bayi untuk bertahan hidup,” katanya.

Direktur SOCP Ian Singleton mengungkapkan, hutan habitat orangutan tapanuli sekarang sudah terpecah-pecah, dan sedang terancam oleh proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang didanai China. “Kita harus berhenti menghancurkan lebih banyak habitat orangutan dan menyambungkan kembali hutan ini secepat mungkin. Bayi kembar ini adalah harapan bahwa spesies ini dapat diselamatkan jika kita mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkannya,” katanya.

Direktur Tanggung Jawab Sosial dan Kampanye Internasional The Body Shop International Christofer Davis dan CEO The Body Shop Indonesia Aryo Widiwardhono ikut mengomentari kelahiran anak kembar orangutan tapanuli ini. Perusahaan mereka proyek Bio-Bridges di Indonesia sejak 2016.

“Kami mengharapkan semua pihak sepakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan ini, karena Orangutan Tapanuli merupakan spesies yang hampir punah dan kita wajib menjaga kelangsungan hidup Orangutan dan keanekaragaman hayati yang ada di Hutan Batang Toru, kata Aryo.

Selain orangutan tapanuli, orangutan di Indonesia ada dua jenis yaitu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan sumatera (Pongo abelii).

Orangutan bernama Lidiya dan Noni serta bayi-bayinya di Camp Saluang Mas I, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Kamis (28/7).Orangutan sangat terancam punah karena kebakaran hutan dan lahan serta maraknya perkebunan sawit.
Kompas/Megandika Wicaksono (DKA)
28-07-2016
orangutan untuk ficer

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Orangutan kalimantan bernama Lidiya dan Noni serta bayi-bayinya di Camp Saluang Mas I, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Kamis (28/7/2016).

Seperti dilaporkan Harian Kompas 31 Oktober 2017, secara taksonomi, orangutan tapanuli dekat jenis orangutan Kalimantan. Orangutan itu ditemukan peneliti gabungan Universitas Nasional, Institut Pertanian Bogor, LIPI, University of Zurich, dan peneliti Yayasan Ekosistem Lestari. Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya melaporkan penemuan spesies baru tersebut kepada Presiden Joko Widodo pada 30 Oktober 2017.

Spesies baru orangutan ini hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru, hutan dataran tinggi, di tiga kabupaten di Sumut. Populasi orangutan tapanuli diperkirakan tersisa 800 individu.

Salah satu pusat penelitian orangutan sumatera yang pernah dikunjungi penulis adalah di hutan Ketambe, Aceh Tenggara. Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh dan Sumatera Utara adalah habitat alami orangutan sumatera. Habitat alami orangutan sumatera lainnya adalah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Harian Kompas, 3 September 2015).

Pongo pygmaeus masuk dalam daftar satwa dilindungi. Selain di Indonesia, orangutan kalimantan juga berada di wilayah Malaysia di Kalimantan. Orangutan kalimantan terbagi atas tiga subspesies, yakni Pongo pygmaeus pygmaeus di barat laut Pulau Kalimantan, Pongo pygmaeus wurmbii di barat dan tengah, dan Pongo pygmaeus morio di bagian timur (Harian Kompas, 16 Juli 2016).

KOMPAS/NIKSON SINAGA–Pengunjung peringatan Hari Orangutan Internasional berfoto dengan poster dan boneka orangutan di Taman Ahmad Yani, Medan, Sumatera Utara, Minggu (20/8).

Berita tentang semakin berkurangnya populasi sudah muncul dalam Harian Kompas 25 Juli 1968. Dalam berita itu diceritakan, orangutan atau disebut mawas tinggal 5.000 – 6.000 ekor di hutan-hutan Kalimantan atau berkurang 10 persen dibandingkan 25 tahun sebelumnya. Berkurangnya populasi disebutkan karena diambil dagingnya, mawas kecil diperdagangkan atau ditukar dengan radio transistor yang dibawa awak kapal yang singgah di Kalimantan. Orangutan itu dijual ke Hongkong melalui Pelabuhan Tarakan, Kalimantan Utara.

Dalam perkembangannya, populasi orangutan lebih besar dari yang diperkirakan tahun 1968 tersebut. Jumlah orangutan kalimantan di wilayah Indonesia diperkirakan 55.000 individu, sedangkan di wilayah Malaysia 5.000 individu. Saat ini ada 6.000 individu Pongo pygmaeus morio di lanskap Kutai, Kaltim (Harian Kompas, 16 Juli 2016).

Berdasarkan data WWF Indonesia, pada tahun 2017, jumlah orangutan di Kalimantan berkisar 44.000-59.000 ekor. Di Kalimantan Barat, khususnya di Taman Nasional Betung Kerihun, terdapat sekitar 1.200 orangutan dan di Taman Nasional Danau Sentarum sekitar 700 orangutan. (Harian Kompas, 7 Maret 2017).–SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 11 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB