Narsisme dan demokrasi ternyata berhubungan. Penelitian di Amerika Serikat dan Polandia menunjukkan bahwa orang narsistik menunjukkan dukungan yang lebih rendah terhadap demokrasi. Mereka juga lebih cenderung merasa bahwa demokrasi tidak baik dalam menjaga ketertiban atau bahwa akan lebih baik jika negara-negara dijalankan oleh pemimpin yang kuat atau militer.
KOMPAS/MH SAMSUL HADI–Seorang perempuan berfoto diri (selfie) di depan barisan tentara yang berbaris rapat saat berlangsung unjuk rasa massa antikudeta di kawasan Ratchaprasong, Kota Bangkok, Thailand, Minggu (25/5/2018). Ternyata ada hubungan antara perilaku narsistik dengan demokrasi.
Penelitian berjudul “Jalan Saya Atau Jalan Raya: Narsisme Tinggi dan Harga Diri yang Rendah Meramalkan Penurunan Dukungan untuk Demokrasi” itu dimuat dalam British Journal of Social Psychology yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 5 Desember 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian dilakukan tim antara lain Kevin A Castellanos dari Universitas Maryland, Amerika Serikat; Miros?aw Kofta dari Universitas Warsawa, Polandia; dan Aleksandra Cichocka dari Universitas Kent, Inggris.
Dalam abstrak penelitian disebutkan, peneliti melihat peran kecenderungan psikologis dalam memahami dukungan untuk sistem demokrasi. Tim menganalisis hubungan antara berbagai jenis evaluasi-diri–yaitu narsisisme dan harga diri–dan dukungan untuk demokrasi. Dukungan untuk demokrasi membutuhkan kemampuan menghormati pandangan dan pendapat orang lain, bahkan jika seseorang tidak setuju dengan mereka.
Studi klasik telah mengaitkan dukungan untuk demokrasi dengan evaluasi diri yang tinggi, yang harus mengasumsikan keamanan psikologis dan kemampuan untuk mempercayai orang lain. Namun, tidak semua bentuk evaluasi diri yang tinggi aman.
“Orang narsisis memiliki perasaan harga diri yang tinggi, tetapi cenderung defensif. Mereka mudah terancam oleh kritik atau pandangan yang bertentangan. Kami kemudian berharap bahwa sementara dukungan untuk demokrasi harus diprediksi secara positif oleh evaluasi diri yang aman, non-narsistik, itu harus diprediksi secara negatif oleh evaluasi diri narsistik,” kata Kevin A Castellanos dan rekan-rekan dalam abstrak penelitiannya.
AP PHOTO/NELSON ANTOINE–Warga Sao Paula, Brasil sedang selfie. Orang narsistik cenderung kurang mendukung demokrasi.
Dalam dua penelitian, yang dilakukan di Amerika Serikat (Studi 1, jumlah responden 407 orang) dan di Polandia (Studi 2, jumlah responden 405 orang), dukungan untuk demokrasi diprediksi secara positif oleh harga diri dan diramalkan secara negatif oleh narsisisme. Studi 2 juga menunjukkan bahwa kepercayaan interpersonal memediasi efek harga diri pada dukungan untuk demokrasi.
“Orang narsisis cenderung merasa berhak dan superior kepada orang lain, yang menghasilkan toleransi yang lebih rendah dari beragam pendapat politik. Sebaliknya, orang yang mengambil pandangan diri yang positif dan tidak membela diri serta mempercayai orang lain lebih mungkin menunjukkan dukungan untuk demokrasi, demikian temuan penelitian tersebut,” kata Cichocka.
Cichocka mengatakan, peneliti ingin tahu apakah generasi baru menjadi lebih narsis daripada yang sebelumnya, tetapi penting untuk memantau bagaimana perubahan masyarakat dapat mempengaruhi diri sendiri.
“Kita perlu memastikan bahwa kita tidak membina perasaan hak atau harapan akan perlakuan khusus. Pada akhirnya, proses-proses ini mungkin memiliki implikasi penting bagi sikap sosial dan politik kita,” ujarnya.–SUBUR TJAHJONO
Sumber: kompas, 6 Desember 2018