Hasil pendidikan di Indonesia tetap buruk menurut penilaian internasional. Berdasarkan penilaian Pearson pada 2014, Indonesia menduduki posisi terakhir dari 40 negara.
Berdasarkan The Learning Curve terbaru Pearson yang menggambarkan indeks global kemampuan kognitif dan hasil pendidikan, posisi Indonesia tidak bergeser dari penilaian pada 2012. Buruknya pencapaian pendidikan Indonesia sejalan dengan sejumlah penilaian internasional lainnya.
Penilaian internasional salah satu perusahaan pendidikan dunia ternama itu juga mempertimbangkan hasil dari studi matematika, sains, dan membaca pada Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS), serta Programme for International student Assesment (PISA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Indonesia masih kalah dari Meksiko (39), Brasil (38), serta Thailand (35). Sementara posisi lima besar diduduki Korea Selatan, Jepang, Singapura, Hongkong, dan Finlandia. Keberhasilan negara-negara Asia itu dinilai karena ”budaya akuntabilitas” yang kuat. Guru, siswa, dan orangtua aktif berpartisipasi dalam pendidikan. Selain itu, masyarakat di negara-negara itu sangat menghargai guru dan sekolah.
Dosen pascasarjana Universitas Muhammadiyah, Hamka Elin Driana, mengatakan, berbagai penilaian internasional yang mengindikasikan buruknya sistem pendidikan Indonesia merupakan peringatan keras bagi pemerintah. ”Hasil ini harus memunculkan sense of crisis pemimpin kita bahwa pendidikan nasional mendesak untuk dievaluasi,” kata Elin, yang juga Koordinator Education Forum, Senin (12/5). Menurut Elin, hasil ujian nasional sebagai indikator keberhasilan pendidikan Indonesia sangat dipertanyakan. Setiap tahun, hasil UN meningkat dengan kelulusan hampir 100 persen, tetapi penilaian internasional menunjukkan Indonesia di posisi buntut.
Guru Besar Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto menambahkan, pemerintah tidak peduli dengan keterpurukan pendidikan. ”Sampai saat ini, Mendikbud merasa baik-baik saja dengan pendidikan kita,” ujar Iwan. Iwan mendesak pemerintahan baru nanti menyusun ulang indikator keberhasilan pendidikan dengan mengacu pula ”penilaian” internasional. Pemerintah harus memperbaiki proses pendidikan untuk mewujudkan anak-anak yang ”kasmaran” belajar. (ELN)
Sumber: Kompas, 13 Mei 2014