Para delegasi sejumlah negara menyetujui resolusi bersama mengatasi kerusakan lingkungan, yang hampir tak bisa dipulihkan. Kerusakan itu bisa mengancam kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Dibutuhkan langkah nyata dan kolaborasi mencegah kehancuran lingkungan dan mitigasi dampaknya.
Para delegasi berbagai negara telah menyetujui resolusi bersama untuk mengatasi kerusakan lingkungan hingga mendekati tahap tak bisa dipulihkan lagi sehingga bisa mengancam keberlangsungan makhluk hidup di Bumi. Saatnya bagi komitmen, langkah nyata, dan kolaborasi untuk mencegah lebih lanjut kehancuran lingkungan serta memitigasi dampaknya.
–Salah satu stan di area Sidang PBB tentang Lingkungan di Nairobi, yang dibangun dari material bambu, Kamis (14/3). Inovasi material ramah lingkungan, menjadi salah satu cara cara mengurangi degradasi lingkungan. Kompas/Ahmad Arif
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Memasuki hari keempat Sidang Perserikatan Bangsa-Bangas tentang Lingkungan (United Nations Environment Assembly/UNEA) Ke-4, di Nairobi, Kamis (14/3) menunjukkan perkembangan signifikan. Seluruh usulan selesai dinegosiasikan dan sebagian besar disetujui menjadi resolusi bersama. Salah satu proposal yang disetujui di antaranya terkait dengan upaya mengatasi pencemaran sampah plastik dan plastik mikro di lautan, serta penggunaan plastik sekali pakai.
Sidang dilanjutkan dengan pertemuan tingkat tingggi yang diikuti oleh Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Presiden Srilanka Maithripala Sirisena, dan sejumlah pimpinan negara lain dan para pemimpin delegasiberbagai negara. Secara bergiliran, mereka menyatakan komitmen terkait konsumsi dan produksi berkelanjutan, memerangi perubahan iklim, mencegah dan memitiasi pencemaran serta polusi, hingga menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.
Uhuru yang mendapat kesempatan pertama, menyerukan agar negara-negara lain di dunia menghentikan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan dan penggunaan energi secara efisien. Dia juga menyoroti pengelolaan sampah yang telah menjadi masalah global. Disebut, Kenya telah berkomitmen mereduksi sampah plastik, salah satunya melalui pelarangan penggunaan kantung plastik sekali pakai.
Macron mengajak semua kekuatan, baik publik maupun swasta berkolaborasi dalam menghadapi tantangan bersama ini. Selain inovasi teknologi, juga dibutuhkan perubahan cara hidup modern yang telah menjadi penyebab utama degradasi lingkungan.
Menurut Macron, batubara yang telah menjadi bahan bakar utama bagi industrialisasi di negara maju seharusnya tak dipakai lagi karena pemicu utama pencemaran. Negara-negara lain perlu meniru Kenya yang sudah memenuhi 75 persen kebutuhan energinya dari sumber yang terbarukan.
Sementara Presiden Srilanka Maithripala mengatakan, negaranya telah mengusulkan salah satu resolusi yang disetujui dalam UNEA-4 ini, yaitu pelestarian mangrove. Usulan ini disampaikan bersama-sama dengan Indonesia. Selain itu, Srilanka juga mengusulkan upaya untuk mengatasi masalah plastik mikro. “Sebagai komitmen, kami akan menyiapkan kebijakan terkait perubahan pola konsumsi dan produksi,” kata dia.
Komitmen dari Indonesia, rencananya disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Kenya, Soehardjono Sastromihadjo pada sore waktu setempat. Seperti diketahui, Indonesia telah sukses mengusulkan lima inisiasi dalam UNEA-4 kali ini, meliputi perubahan pola produksi dan konsumsi, pengelolaan lahan gambut, mangrove, konservasi ekosistem laut, dan terumbu karang.
Tak bisa pulih
Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina J Mohammed mengingatkan, pertemuan UNEA ke-4 kali ini sangat penting dan genting karena kondisi lingkunagn sedang dalam tekanan berat dan butuh aksi segera. “Saya kira semua orang di sini menyadari berbagai persoalan lingkungan yang bisa mengancam kehidupan umat manusia,” kata dia.
Secara khusus, Amina juga mengajak anak-anak muda di seluruh penjuru dunia untuk lebih terlibat dalam mencari solusi untuk mengadapi degradasi lingkungan.
Mengacu pada Global Environment Outlook yang diluncurkan sehari sebelumnya, aktivitas manusia telah menyebabkan degradasi di bidang keberagaman hayati, atmosfer, lautan, ketersediaan air dan juga daratan. Sebagian degradasi ini telah mencapai tahap tak bisa dipulihkan lagi, terutama yang terkait merosotnya serangga penyerbuk dan kepunahan gen, sepesies, dan ekosistem. Hal ini pada akhirnya mengancam pada ketahanan pangan.
Polusi udara akibat kebakaran lahan dan aktivitas perkotaan serta industri, memberikan dampak negatif terbesar dengan menjadi penyebab utama kematian dan masalah kesehatan secara global.
Seperti diingatkan Presiden UNEA Ke-4, Siim Kiisler, bukti-bukti ilmiah dari kajian para ahli dan juga tawaran jalan untuk mengatasi persoalan telah tersedia. “Sekarang momen penting bagi aksi nyata,” kata dia.
Oleh AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 15 Maret 2019