Aneka inovasi teknologi diperkirakan akan memengaruhi perekonomian global dalam 20 tahun mendatang. Alih-alih sebagai pasar semata, negara-negara berkembang yang berhasil mengembangkan model bisnis yang inovatif dan adaptif atas kondisi itu diproyeksikan akan bertahan dan tetap tumbuh.
Pendapat itu disampaikan the timken chaired professor pada Global Technology and Innovation sekolah ekonomi INSEAD, Serguei Netessine, dalam pelatihan di Jakarta, Selasa (2/12). Pelatihan itu menandai peluncuran Emerging Market Institute yang dilakukan INSEAD bersama Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura (EDB), awal bulan lalu.
”Kita tidak dapat memastikan perkembangan teknologi-teknologi baru itu (nantinya). Namun, negara-negara berkembang bukan berarti tidak dapat berinovasi. Inovasinya harus pintar-pintar,” kata Serguei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Serguei menyebut dua hal yang bakal menentukan perkembangan zaman dari sisi teknologi, yakni Big Data dan nanoteknologi.
Big Data dapat diasumsikan sebagai media penyimpanan data yang menawarkan ruang tak terbatas serta kemampuan untuk mengakomodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat. Sementara nanoteknologi merupakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengontrol zat, material, dan sistem pada skala nanometer sehingga menghasilkan fungsi baru.
Menurut dia, pelaku ekonomi dan pemerintah negara-negara berkembang wajib mengembangkan model bisnis yang khusus, inovatif, dan tidak mengekor Barat. Fokus ke penemuan baru diharapkan mampu memberi warna perekonomian mereka.
”Itu, misalnya, terlihat dari bagaimana Xiaomi mengembangkan teknologinya. Zara mempersingkat jalur produksinya dari setahun menjadi dua pekan,” katanya.
Presiden Direktur PT Multi Nitrotama Kimia Dharma H Djojonegoro menyatakan, perubahan model bisnis adalah bagian dari menanggapi dinamika zaman. Kini, perusahaannya memberikan layanan penuh dan mengikat kontrak jangka panjang dengan konsumen. (BEN)
Sumber: Kompas, 3 Desember 2014