Perkembangan teknologi otomotif seharusnya membuat penggunanya kian tenang. Mereka bisa memantau segala hal yang terjadi pada kendaraan mereka, mulai dari tekanan ban hingga memantau kelaikan komponen untuk diperbaiki sebelum aus dan harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk perbaikan di bengkel.
Kemunculan mobil yang terhubung dengan internet juga tidak lepas dari keinginan para pembuat mobil untuk menjadikan kendaraan roda empat itu sebagai telepon seluler, pengemudi bisa menelepon, tersambung ke internet, hingga menyediakan koneksi internet bagi perangkat di dalamnya. Semua dilakukan sambil menyetir.
Semua tidak lepas dari tren penggunaan unit pengontrol elektronik (ECU) yang memanfaatkan perangkat keras ataupun lunak untuk mengendalikan sistem elektronik di kendaraan. Modul demi modul dipasang untuk mengatur fungsi terpisah, seperti pengereman, pengaturan mesin, pengatur pintu, hingga transmisi. Begitu mobil tersebut tersambung dengan internet, beberapa disediakan pembuatnya dengan integrasi ke dasbor mobil, peluang untuk diretas (hacking) pun terbuka lebar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nama Jeep Cherokee menjadi perbincangan beberapa bulan terakhir setelah mobil dengan ECU ini bisa diretas. Charlie Miller dan Chris Valasek adalah dua orang di balik peretasan tersebut. Mereka melakukannya untuk membuktikan kerentanan yang harus dihadapi industri otomotif yang sedang gandrung menghubungkan produk mereka dengan internet.
Peretasan tersebut untungnya dilakukan sepengetahuan so pengemudi. Sewaktu berkendara dengan kecepatan sekitar 110 kilometer per jam, pendingin udara tiba-tiba menyemburkan hawa dingin pada pengaturan maksimum dan pengendara ditemani radio yang bersuara lantang pada volume penuh. Tangkai wipertiba-tiba bergerak dan kaca depan tidak jelas karena disembur cairan pembersih yang biasa dipakai untuk membersihkan kaca.
KOMPAS/PRASETYO EKO PRIHANANTO–“Head unit” mobil kini semakin pintar dan murah. Salah satu head unit mobil yang sudah diganti dengan perangkat pengganti berbasis Android bisa digunakan untuk berselancar di internet.
Pengalaman tersebut dilalui Andy Greenberg untuk tulisannya di situs Wired.com, dengan panduan dari Miller dan Valasek yang berjarak 16 kilometer. Beberapa bulan sebelumnya, duet ini mempresentasikan risiko peretasan otomotif yang wajib diwaspadai dalam konferensi keamanan dengan menegaskan beberapa peluang untuk menjebol lantas menguasai sistem kendara mobil tersebut. Beberapa peluang yang muncul seperti, ”Apabila anda berhasil meretas radio, bisakah mengirim perintah kepada rem atau kemudi? Jika iya, apa yang akan Anda lakukan?”
Setidaknya ada tiga tahapan peretasan, yakni sistem di permukaan seperti koneksi Bluetooth, Wi-Fi, hingga sistem monitor tekanan ban untuk dicari celah keamanan menuju sistem di dalam mobil. Tahap berikutnya adalah mengulik arsitektur kendaraan untuk mencari akses ke sistem yang lebih vital, seperti kemudi atau pengereman. Dan tahap terakhir adalah peretasan digital yang berwujud fisik, yakni membuat kendaraan bisa melaju di luar keinginan pengemudi.
”Semakin banyak perangkat yang terhubung ke internet seharusnya membuat kita sadar mengenai ancaman yang bisa muncul,” kata Sanjay Rohatgi, Vice President Symantec untuk Asia Pasifik dan Jepang, saat ditemui bulan lalu di Indonesia.
Ditarik ke fenomena yang lebih umum lagi, Rohatgi menyebutkan bahwa inilah dua sisiteknologi yang semakin menjangkau lebih banyak aspek di kehidupan manusia. Di satu sisi, fenomena internet of things berhasil menghubungkan benda-benda mati ke internet untuk menghasilkan data yang berguna bagi manusia. Sementara, di sisi lain, begitu mereka terhubung ke internet, sama saja membuka peluang bagi siapa pun untuk menerobos masuk.
Tentu saja hal ini seharusnya tidak membuat calon pembeli mobil menjadi ketakutan, tetapi seharusnya mereka lebih banyak membaca dan menimbang tipe mana yang paling memberikan rasa aman, selain layanan purnajual, di atas pertimbangan harga semata. (DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Oktober 2015, di halaman 28 dengan judul “Mobil Terkoneksi, Kian Nyaman tetapi Waspadai Peretasan”.