Prototipe mobil berbahan bakar penggerak sari lemon dibuat tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, untuk Taiwan 2010 Chemical Engineering Car (Chem-E Car) Competition di Taipei, Taiwan, 7 Oktober 2010. Syarat lomba adalah penggunaan bahan bakar ramah lingkungan serta penggerak dan kendali dengan memanfaatkan reaksi kimia.
Empat mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri ITS, yaitu Hardiyanto, Donny, Yeremia, dan Rizka, memanfaatkan bahan bakar sari lemon yang direaksikan dengan asam sulfat (HSO) untuk menggerakkan prototipe mobil yang dinamai SpeKtronics.
Dengan anode dan katode berupa lempengan seng (Zn) dan tembaga (Cu) serta penambahan bahan kimia yang menguatkan arus sampai sejuta kali, terjadi reaksi elektrolit. Zn akan teroksidasi, sedangkan Cu yang berasal dari garam elektrolit tereduksi. Perpindahan elektron pada reaksi ini menghasilkan arus listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari reaksi elektrolit ini dihasilkan tegangan 1,1 Volt dengan arus 1 Ampere. Untuk menggerakkan prototipe mobil, digunakan sembilan sel yang masing-masing bervolume 50 mililiter (ml).
Dari sembilan sel ini, tiga dipasang paralel dan sisanya dipasang secara seri. Dari kesembilan sel ini yang masing-masing diisi sekitar 20 ml sari lemon, kata ketua tim SpeKtronics Hardiyanto Dwi Putra Wijaya, dihasilkan listrik setara dua baterai AAA dengan tegangan 3 Volt dan 3 Ampere atau berdaya total 9 Watt. Dari daya ini, mobil bisa maju 32 meter dalam 2 menit.
Untuk kendali penghentian mobil, digunakan oksidasi aluminium (Al). Menurut dosen pembimbing tim, Hamzah Fansuri, yang juga pengajar Jurusan Kimia Fakultas MIPA ITS, kendali ini dibuat dari logam Al yang direndam larutan asam sulfat sehingga terbentuk garam. Ketika garam Al(SO) terbentuk, arus tidak mengalir dan mobil terhenti.
Masalah berapa banyak larutan dan konsentrasi serta logam yang digunakan, menurut Kepala Laboratorium Studi Energi dan Rekayasa ITS ini, harus disesuaikan dengan jarak yang ditentukan dalam lomba.
Dalam lomba, SpeKtronics harus melintasi 15 meter dengan beban 300 ml air dan 25 meter dengan beban 400 ml air. SpeKtronics sesungguhnya berfungsi, tetapi selama ini percobaan dilakukan di lintasan berupa lantai tegel. Hal serupa biasa terjadi di perlombaan serupa di negara lain.
Karpet yang berdaya gesek lebih tinggi membuat semua perhitungan buyar. Pada lintasan 25 meter, SpeKtronics tetap melaju, tetapi berhenti pada jarak 28 meter.
Karena itu, pada sesi unjuk kerja, SpeKtronics belum mendapatkan penghargaan. Pemenang pertama sampai kelima diborong tim-tim asal Taiwan. Peserta asal sembilan negara lain, seperti Singapura, India, Malaysia, Arab Saudi, dan China, pun tersisih.
Justru pada poster session, tim SpeKtronics menjadi pemenang ketiga. Bahkan, untuk desain, prototipe ini menjadi yang terbaik (Best Design).
”Mungkin kami dinilai baik pada inovasi penggunaan sari lemon. Data yang kami siapkan dalam poster juga lengkap,” ujar Hardiyanto.
Untuk desain, SpeKtronics dikerjakan mahasiswa Jurusan Desain Produk Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Arditya Wicaktama. Menurut Arditya, bagian depan mobil berbentuk seperti daun, sedangkan bagian belakangnya diberi rongga untuk wadah beban air. Di tepi mobil terdapat semacam undakan ruas daun.
Tubuh mobil ini dibuat dari resin dengan rangka dari perban yang dipotong-potong. ”Biasanya digunakan resin dan fiberglass, tapi terlalu berat untuk SpeKtronics. Lagi pula perban membuat bahan lebih mudah dibentuk. Proses pembuatannya berkisar satu bulan karena dilakukan dengan menyesuaikan pembuatan chassis,” ujarnya.
SpeKtronics dibuat dengan biaya di bawah Rp 1 juta atau sekitar 100 dollar AS. Biaya produksi memang menjadi salah satu kriteria. Harga tertinggi sebuah prototipe yang dibuat yaitu 2.000 dollar AS. Namun, para mahasiswa Indonesia mampu membuat dengan harga yang sangat minim.
Keikutsertaan ini adalah pertama kalinya untuk Indonesia dalam lomba mobil prototipe berpenggerak reaksi kimia. Karena itu, Hardiyanto berharap SpeKtronics bisa menjadi pionir. Apalagi undangan untuk berlomba di Chem-E Car di Malaysia, Maret-April 2011, sudah di tangan. Ketua Jurusan Teknik Kimia ITS Prof Tri Widjaja berharap, selanjutnya ada kompetisi serupa untuk menyeleksi tim-tim asal Indonesia yang akan maju ke ajang serupa.
Kalau sekarang dengan sari lemon, mungkin nanti bisa menggunakan cuka, legen (air nira), atau bahan lain yang ramah lingkungan dan terdapat berlimpah di Indonesia. [Nina Susilo]
Sumber: Kompas, Rabu, 20 Oktober 2010 | 05:03 WIB
Keteranagn foto: Tim Spektronics mahasiswa ITS, Surabaya, mencoba mobil SpekTronics yang akan diikutsertakan dalam Taiwan 2010 Chemical Engineering Car Competition. Percobaan dilakukan di rekltorat ITS, Surabaya, Jawa Timur Kamis, 30 September 2010. SpekTronics akhirnya mendapatkan penghargaan untuk desain.