Mitigasi; Waspadai Runtuhan Kubah Lava Sinabung

- Editor

Senin, 3 Februari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah awan panas Gunung Sinabung merenggut 15 korban jiwa, Sabtu (1/2) lalu, ancaman lain masih harus diwaspadai. Saat ini tumpukan lava di puncak Gunung Sinabung terus bertambah, membentuk kubah dan berpotensi runtuh.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (2/2) menyebutkan, aktivitas erupsi Gunung Sinabung memang cenderung menurun.

Meskipun demikian, volume lava terus bertambah dan saat ini diperkirakan panjang lidah lava sekitar 1,5 kilometer dari puncak Gunung Sinabung ke arah selatan dan tenggara. Lebar ujung leleran lava sekitar 368 meter, sedangkan ketebalannya sekitar 35-75 meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Volume kubah dan leleran lava sekitar 9 juta-12 juta meter kubik,” kata Sutopo. Ini berbahaya jika runtuh, meskipun tidak akan sampai ke pengungsian yang berada di jarak aman, lebih dari lima kilometer.

Sementara itu, korban tewas hingga Minggu tercatat 15 orang. Surya Sembiring (22), anak dari Sehat Sembiring (45), yang semula mengalami luka bakar, akhirnya meninggal Minggu pagi sekitar pukul 08.00.

Korban meninggal lainnya adalah Aleksander Sembiring (17), Daud Surbakti (17), Diva Nusantara, David (17), Mahal Surbakti (25), Rizal Saputra (23), Teken Sembiring (47), Santun Siregar (22), Fitriani Napitupulu (19), Asran Lubis (21), Marudut Brisnu (25), Daniel Siagian, Julpiandi Mori (21), Tomas Lakae (27).

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Muhammad Hendrasto, mengatakan, banyaknya korban tewas yang terkena awan panas erupsi Gunung Sinabung menunjukkan, warga tak paham peta risiko bencana. Atau bisa jadi, warga sudah tahu, tetapi nekat dan tak memedulikannya.

”Seharusnya risiko bencana seperti yang berpotensi dilalui awan panas Gunung Sinabung dipatuhi warga dan siapa pun. Tidak bisa main-main dengan erupsi gunung api,” kata Hendrasto.

Menurut Sutopo, radius lima kilometer dari puncak Gunung Sinabung masih ditetapkan untuk dikosongkan dari aktivitas masyarakat, termasuk Desa Sukameriah.

Namun, saat ini banyak warga desa yang kembali ke rumah pada siang hari dan malam hari kembali ke pengungsian secara sembunyi-sembunyi meskipun sudah dilarang petugas. (NAW/A08)

Sumber: Kompas, 3 Februari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB