Plastik mikro telah mencemari udara di berbagai kota di dunia. Penelitian terbaru menunjukkan, konsentrasi plastik mikro di udara London merupakan yang tertinggi dibandingkan kota-kota lain yang telah diteliti.
Keberadan plastik mikro di udara ini dilaporkan para peneliti dari King’s College London di jurnal Environment International pada 27 Desember 2019. Temuan ini menunjukkan udara di kota-kota besar dunia telah tercemar plastik mikro dengan yang tertinggi yang telah dikaji di London, Inggris.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Lanskap Kota London, Inggris, terlihat dari wahana London Eye, Sabtu (2/2/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Plastik mikro berukuran kurang dari 5 milimeter, terbentuk dari fragmentasi atau potongan plastik lebih besar, seperti dari sampah plastik yang terdegradasi atau serat dari pakaian sintetis. Plastik mikro juga sengaja dibuat untuk berbagai aplikasi atau ditambahkan ke produk tertentu.
Dalam riset ini, para peneliti memakai alat pengukur hujan dengan permukaan corong untuk mengumpulkan endapan atmosfer atau debu yang mengendap di udara di pusat London selama musim dingin 2018. Debu ini disaring dan dianalisis memakai instrumen khusus guna mengidentifikasi komposisi mereka.
Penelitian ini menemukan, mikroplastik terdapat di setiap sampel yang diambil di London dan jumlagnya lebih besar dibandingkan yang pernah dilaporkan sebelumnya oleh penelitian lain. Tingkat mikroplastik di London ini lebih tinggi dibandingkan temuan di Dongguan, China, Paris, Prancis, dan Hamburg, Jerman.
Tingkat plastik mikro di London hampir 20 kali lebih besar daripada di Pyrenees, Prancis. Sebanyak 92 persen plastik mikro itu berasal dari produk tekstil, meliputi pakaian dan karpet. Sumber lain berasal dari fragmen produk plastik yang lebih besar, film, kantong plastik sekali pakai, dan polystyrene.
KOMPAS/PASCAL S BIN SAJU–Sekalipun langit cerah, London, ibu kota Inggris, Rabu (13/2/2019), diselimuti udara dingin dengan suhu siang hari berkisar 6-8 derajat Celsius. Di jalan orang-orang mengenakan mantel atau baju hangat, syal, atau bahkan sarung tangan untuk menahan embusan angin yang menusuk tulang.
Plastik mikro diketahui dapat melayang di udara dan menempuh jarak sejauh 95 km oleh angin. Namun untuk pencemaran di udara London diperkirakan dari sumber lokal.
Penulis utama kajian ini, Stephanie Wright dari School of Population Health & Environmental Sciences di King’s College mengatakan, “Serat (plastik) yang paling melimpah untuk rentang ukuran yang kami lihat. Dari mana plastik mikro dipancarkan dan berapa lama mereka di udara tidak diketahui,” katanya.
Menurut Wright, dengan tingginya paparan plastik mikro di udara ini, diperlukan kajian berikutnya untuk mengetahui dampaknya terhadap kesehatan manusia. Meski dampak plastik mikro di udara pada manusia belum diketahui, sejumlah studi menunjukkan orang yang terpapar debu plastik tingkat tinggi dapat menderita peradangan kronis saluran napas hingga penyakit paru.
KOMPAS/RIZA FATHONI–Iyem (70) memungut sampah plastik di pesisir Jakarta di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (12/12/2019). Sembilan sungai dari DKI Jakarta, Tangerang, dan Bekasi setiap hari membawa 23 ton sampah ke Teluk Jakarta. Sebagian besar dari sampah itu berupa sampah plastik. Hasil penelitian peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyimpulkan plastik menjadi jenis sampah yang paling banyak mencemari perairan Teluk Jakarta, yakni mencapai 59 persen.Kompas/Riza Fathoni
Penelitian sebelumnya oleh oleh Steve Allen dari Department of Civil and Environmental Engineering University of Strathclyde, Inggris, dan tim di jurnal Nature Geoscience, 15 April 2019 menyebutkan, plastik mikro u terbawa dari perkotaan ke pegunungan terpencil hingga jarak 95 km.
Temuan plastik mikro ini didapat para peneliti dari Stasiun Meteorologi Bernadouze di Pegunungan Pyrenees, antara Perancis dan Spanyol. Para ilmuwan itu mengunjungi stasiun tersebut sebulan sekali dari November 2017 sampai Maret 2018 untuk mengambil sampel endapan atmosfer, lalu menganalisis partikel untuk mengidentifikasi dan menghitung potongan plastik.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 2 Januari 2020