Dengan teknologi, akses pendidikan memungkinkan dijangkau khalayak umum di mana saja dan kapan saja. Pemelajar bisa mendapatkan konten apa saja yang diinginkan. Mimpi mereka yang terhambat karena keterbatasan pun bisa terjawab dengan cara ini.
Salah satu pintu akses itu dapat diperoleh melalui program Amazon Web Services EdStart, para pelaku perusahaan rintisan di Asia Pasifik yang bergerak di bidang pendidikan. Perusahaan ini berambisi menyajikan pendidikan di genggaman tangan pengguna telepon seluler.
KOMPAS/RYAN RINALDY–Perusahaan rintisan di bidang yang tergabung dalam program AWS EdStart berbagi pengalaman menggunakan komputasi awan AWS di AWS Public Sector Summit 2019 yang berlangsung di Suntec Singapore International Convention and Exhibition Center, Singapura, Rabu (25/9/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam konferensi Amazon Web Services (AWS) Public Sector Summit 2019 yang berlangsung di Suntec Singapore International Convention and Exhibition Center, Singapura, Rabu (25/9/2019) lalu, sejumlah perusahaan rintisan di bidang pendidikan berbagi pengalaman mereka memanfaatkan komputasi awan dari AWS.
Perusahaan rintisan yang tergabung dalam program AWS EdStart itu ialah Arkademi dari Indonesia, Miao Academy dari Singapura, dan Inkerz dari Australia. ”Kompleksitas kebutuhan pendidikan di Indonesia yang berpopulasi besar dan terpisah pulau-pulau semakin besar seiring berkembangnya zaman,” ujar pendiri sekaligus CEO Arkademi Hilman Fajrian di hadapan wartawan dari sejumlah negara di Asia Tenggara.
KOMPAS/RYAN RINALDY–Peserta berbincang pada konferensi Amazon Web Services (AWS) Public Sector Summit 2019 di Suntec Singapore International Convention and Exhibition Center, Singapura, Rabu (25/9/2019). Ratusan peserta dari sektor publik Asia Pasifik bergabung dalam acara itu.
Ia menjelaskan, akses pendidikan yang berkualitas sejauh ini hanya bisa diperoleh di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Yogyakarta. Akibat adanya keterbatasan, tak semua penduduk bisa memiliki akses ke pendidikan berkualitas itu. Untuk itu, diperlukan model bisnis dan dukungan teknologi untuk membuat pendidikan bisa diraih melalui aplikasi telepon pintar atau komputer.
Arkademi, yang menawarkan kelas dengan berbagai materi secara daring, kata Hilman, memanfaatkan teknologi komputasi awan milik AWS. Untuk menunjang proses belajar-mengajar secara daring itu, Arkademi menggunakan Amazon S3 yang bisa menampung lebih dari 400 video bahan ajar. ”Dengan dukungan teknologi, Arkademi dapat membantu guru-guru mendesain kurikulum berkualitas tinggi melalui materi online,” ucap Hilman.
Sementara itu, Miao Academy, yang merupakan perusahaan kecerdasan buatan, berupaya merevolusi cara pelajar mengakses bahan pendidikan. Miao Academy ingin meningkatkan efisiensi pendidikan melalui pendekatan pemelajaran berbasis mesin untuk membantu anak berusia 13-18 tahun mendalami sains, teknologi, teknik, dan matematika.
Berdirinya Miao Academy bermula dari keresahan CEO Miao Academy, Betty Zhou, mengenai tingginya biaya memanggil guru privat di Singapura ke rumah-rumah. Miao hadir sebagai upaya menyelesaikan persoalan tersebut.
”Dengan mengirim teks atau foto soal pekerjaan rumah, Miao dapat menyajikan jawaban dengan penjelasan teori, definisi, dan arahan mengerjakannya,” tutur Betty.
Kehadiran program AWS EdStart memungkinkan Miao Academy memproses basis data yang menyimpan lebih dari lima juta bahan edukasi. Memanfaatkan Amazon Lex dan layanan lainnya dari AWS, hal itu telah membantu mengolah lebih dari 300.000 permintaan penjelasan jawaban.
Regional Head of Education, Research, Healthcare, and Not-For-Profit Organitzations, APAC Public Sector, AWS, Vincent Quah, menjelaskan, AWS EdStart dirancang sebagai akseletator bagi perusahaan rintisan yang khusus bergerak di bidang pendidikan.
KOMPAS/RYAN RINALDY–Regional Head of Education, Research, Healthcare, and Not-For-Profit Organitzations, APAC Public Sector, AWS, Vincent Quah.
”AWS EdStart fokus pada inovasi pengajaran melalui teknologi yang menghasilkan sumber daya manusia positif. Program ini memudahkan perusahaan rintisan di bidang pendidikan yang baru masih di tahap awal,” kata Quah.
Harapannya, AWS EdStart dapat mendorong pelaku perusahaan rintisan merevolusi pendidikan dan memunculkan berbagai solusi di bidang pendidikan. Sejauh ini, program AWS EdStart sudah ada di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Afrika.
Perusahaan rintisan yang dapat bergabung dalam program ini merupakan perusahaan yang usianya kurang dari lima tahun dan dan menghasilkan pendapatan kurang dari 10 juta dollar AS atau sekitar Rp 141 miliar dalam setahun.–RYAN RINALDY
Editor ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 30 September 2019