Di Bandung, sebagian ibu-ibu rumah tangga lulusan SMP belajar matematika bersama sambil menunggu anaknya sekolah. Kecerdasan literasi para ibu pun bertambah, mulai dari mendukung prestasi anaknya hingga berkontribusi dalam menangkal kabar bohong.
Bel tanda masuk sekolah berbunyi memanggil siswa untuk masuk kelas di SDN 085 Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Kamis (4/4/2019), tepat pukul 07.00. Setelah memastikan anaknya masuk kelas, sembilan ibu tak langsung pulang. Mereka naik ke lantai dua menuju salah satu ruangan kelas yang kosong. Seperti anak-anaknya, mereka belajar mengasah ilmu.
Tergabung dalam komunitas Ibu Belajar Matematika (IBM), waktu yang dimiliki menunggu anak rampung sekolah begitu bermakna. Tak ada waktu untuk bergosip. Yang ada, mereka menambah pengetahuan, didampingi sivitas akademika Universitas Katolik Parahyangan (Unpar).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kampus Unpar berjarak 2 kilometer dari SDN 085. Hari itu, hadir Ketua Program Studi (Prodi) Matematika Fakultas Teknologi Informasi dan Sains Unpar Erwinna Chendra, Koordinator Semester Genap (Tahun Ajaran 2018/2019) Komunitas IBM Taufik Limansyah, serta empat mahasiswa Prodi Matematika Unpar.
”Hari ini, kita sudah sampai Modul 27 tentang luas persegi dan persegi panjang. Silakan buka halaman 146.
Ingat, luas persegi panjang adalah panjang x lebar,” kata Erwinna membuka pertemuan di depan kelas.
Para ibu lantas membuka buku. Judulnya Bahan Ajar untuk Pelatihan dan Pendampingan Matematika Sekolah
Dasar. Setebal 283 halaman, buku itu disusun para dosen Prodi Matematika Unpar dan diberikan gratis kepada anggota komunitas IBM.
Buku itu sebenarnya didesain untuk siswa kelas I-VI SD. Namun, isinya dielaborasi dengan konsep baru dan bahasanya mudah dipahami. Di dalamnya dibahas materi bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung, pengukuran, serta aritmetika sosial.
”Tujuannya agar mereka nantinya dapat mengajarkan matematika dengan cara yang mudah dan sederhana kepada anak-anak mereka di rumah,” kata Erwinna.
Setelah Erwinna menerangkan beberapa soal, para peserta kemudian diminta mengerjakan soal-soal dari buku. Dibantu mahasiswa, ibu-ibu itu dibimbing jika menemukan kendala menyelesaikan soal.
”Matematika bukan sekadar tambah dan perkalian. Ilmu ini membantu berpikir kritis, analitis, dan logis. Kombinasi semuanya jelas sangat diperlukan menghadapi tantangan zaman,” kata Erwinna.
Pacu literasi
IBM dimulai tahun 2012. Inisiatornya Agus Sukmana, saat itu ketua tim kegiatan hibah pengabdian masyarakat lewat program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Unpar. Awalnya, program itu mendapat bantuan dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) di Kementerian Riset dan Teknologi. Namun, sejak 2013, program ini dibiayai Unpar. Anggota IBM berfluktuasi, 20-30 orang per tahun.
Pengajar komunitas IBM, J Dharma Lesmono, mengatakan, orangtua murid kelas I atau II SD diajak belajar bersama. Umumnya mereka masih kesulitan mendampingi anak belajar Matematika. Sebagian besar lulusan SMP.
”Saat ditawari ikut, banyak ibu tertarik,” katanya.
Hingga tujuh tahun berselang, IBM rutin digelar di SDN 085 Ciumbuleuit setiap Selasa dan Kamis. Kegiatan serupa digelar di SDN 188 Bandung Baru pada Selasa dan Rabu. Prodi Matematika Unpar menyediakan 12 dosen untuk mengajar di dua SD tersebut.
Dharma berharap program tidak hanya mampu membantu proses belajar-mengajar di rumah, tetapi juga meningkatkan kemampuan literasi anak dan orangtuanya.
Berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OCED), tingkat literasi, sains, dan matematika siswa di Indonesia tergolong rendah. Tahun 2015, dari 72 negara yang mengikuti PISA, Indonesia ada di posisi ke-64.
Kepala SDN 188 Bandung Baru Jaya Rahmat menuturkan, IBM turut berkontribusi positif pada nilai kelulusan siswa. Lulusan sekolah itu meraih nilai tertinggi se-Kecamatan Cidadap. ”Ke depan diharapkan kegiatan IBM dapat diikuti oleh semua orangtua siswa. Saat ini, sifatnya masih sukarela,” katanya.
Tidak sekadar prestasi di sekolah, Kepala SDN 085 Ciumbuleuit Sri Sukoati mengatakan, IBM juga meningkatkan kualitas literasi ibu dan anak. Pola seperti ini ideal melatih otak untuk berpikir kritis.
”Di era digital ramai hoaks seperti sekarang, literasi sangat penting. Harapannya, masyarakat tidak mudah terpengaruh kabar bohong,” kata Sri.
Lawan hoaks
Manfaat itu dirasakan Lina Marlina (39), warga Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dia semakin percaya diri mendampingi anaknya, Aura Mutmainah (12), belajar Matematika. Lina, lulusan SMP, ikut belajar di IBM sejak 2013.
”Aura selalu masuk tiga besar di kelas dari kelas I hingga kelas VI,” ujar penjual gorengan ini.
Dwi Hariani (31), warga Kelurahan Ciumbuleuit, mengatakan, minat bacanya semakin tinggi setelah ikut IBM. Dari awalnya sekadar kewajiban membaca buku ajar untuk membantu anaknya belajar, ia sekarang doyan melahap beragam jenis bacaan. Dwi tidak menyangka kegemarannya membaca ternyata memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dwi mencontohkan, wawasan dan pengetahuannya bertambah seperti pada pemilu kali ini. Dia rajin membaca rekam jejak calon pemimpin pilihannya. Kabar bohong yang kerap muncul di media sosial ia pilah dengan mencari sumber tepercaya. ”Kali ini, saya sudah mantap punya pilihan. Saya banyak lihat kinerja dan riwayat hidupnya,” kata lulusan SMP ini tanpa ragu.
Satu jam berlalu, ketekunan ibu-ibu itu usai. Namun, tak berarti mimpi meningkatkan literasi tersebut berhenti. Lewat kemauan belajar matematika, ibu-ibu IBM membuktikannya. Esok, mereka bisa meraih apa saja yang diinginkan.–Samuel Oktora
Sumber: Kompas, Kompas10 Apr 2019