Lumia 950 telah hadir di Indonesia sejak pertengahan Desember 2015. Ponsel ini menawarkan pengalaman yang akrab layaknya menggunakan perangkat lain seperti sabak elektronik atau komputer pribadi berkat ekosistem yang dibangun oleh sistem operasi Windows 10. Tidak ketinggalan pula, fitur Continuum yang membuatnya seperti komputer saku menjadikan Lumia 950 memiliki nilai tawar yang tidak bisa disepelekan.
Memiliki spesifikasi di kelas ponsel premium, Lumia 950 seperti menawarkan kemudahan bagi penggunanya untuk tetap terhubung, terhibur, sekaligus produktif hanya dengan satu perangkat. Itulah mimpi untuk menjadi ponsel paripurna.
Harian Kompas berkesempatan untuk mencoba memakai perangkat ini selama beberapa hari agar bisa menikmati seluruh fitur yang ditawarkan Lumia 950. Saat ini baru Lumia 950 menjadi perangkat yang menggunakan sistem operasi Windows 10 dengan spesifikasi paling baik untuk pasar di Indonesia. Saat diumumkan Oktober 2015, ada varian dengan spesifikasi lebih baik, yakni Lumia 950 XL, tetapi Microsoft Indonesia memutuskan untuk hanya menawarkan satu varian yang dijual dengan harga Rp 9 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kesimpulan sementara, ada beberapa hal yang membuat ponsel ini cukup menawan meski ada pula catatan yang harus diberikan.
Ala kamera
Sebagai sebuah produk andalan Microsoft, Lumia 950 memang didesain secara apik. Badan ponsel memang masih menggunakan punggung dari plastik warna hitam, tetapi ada aksen yang khas berupa tombol pengatur kelantangan suara, tombol daya, dan tombol untuk mengambil gambar kamera dari bahan besi dan berwarna perak sehingga terlihat kontras.
Penempatan tombol kamera dimaksudkan untuk mempermudah pengguna menyiapkan gawainya menjadi kamera. Tinggal memegang ponsel dengan posisi memanjang, jari di tangan kanan secara intuitif akan menekan tombol kamera layaknya memegang kamera saku atau kamera SLR. Satu hal yang cukup mengganggu adalah tombol yang sensitif ini kerap membuat layar kembali menyala karena tidak tertekan dengan sengaja saat ponsel ada di dalam tas. Hal tersebut dapat menyebabkan baterei terbuang sia-sia.
Punggung ponsel didominasi warna hitam ditimpali logo Microsoft berupa empat buah kubus warna perak di tengah serta pinggiran kamera berupa lingkaran tebal yang didampingi tulisan “Pureview Zeiss” yang menjadi nama dari teknologi fotografi yang dibenamkan di Lumia 950. Tidak ditemukan lubang untuk kartu SIM dari operator telekomunikasi dan kartu memori di bagian pinggir karena semuanya bisa dipasang dengan membuka penutup bagian belakang.
Dengan bentang layar mencapai 5,2 inci, tampilan antarmuka yang diperlihatkan cukup tajam berkat resolusi 2560×1440 piksel. Dalam berbagai kondisi pencahayaan baik remang maupun silau, layar Lumia 950 tetap nyaman dilihat dengan posisi tegak lurus. Tanpa tombol fisik di bagian muka, terdapat tiga tombol virtual yang ada di bagian bawah sementara bagian atas terdapat kamera serta logo Microsoft yang ada di tengah.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Lumia 950 dengan Display Dock yang memungkinkan unit ponsel menjadi layaknya komputer bila dihubungkan dengan layar monitor, Senin (29/2/2016).
Lubang untuk colokan USB ada di bagian bawah ponsel, Lumia 950 menggunakan USB Type C yang memungkinkan kabel dimasukkan tanpa perlu khawatir tertukar antara bagian atas dan bawah. USB yang mampu menghantarkan daya dan data lebih dari tipe micro USB dimanfaatkan untuk fitur pengisian daya cepat serta Continuum.
Kencang
Prosesor Snapdragon 808 yang menjadi otak dari Lumia 950 memang membuatnya bisa menjalankan komputasi yang berat. Dari berbagai pengujian menggunakan permainan dengan grafis tiga dimensi, ponsel ini mampu menjalankannya tanpa hambatan. Begitu pula untuk menjalankan beberapa aplikasi dan beralih dari satu aplikasi ke lainnya dengan lancar.
Kamera Pureview dengan resolusi 20 megapiksel merupakan salah satu fitur andalan yang dimiliki Lumia 950. Gambar bisa diambil tanpa jeda waktu sejak tombol pelepas rana ditekan. Pengguna bisa memanfaatkan fitur kecepatan rana rendah untuk mengambil gambar dengan efek neon di malam hari. Hasilnya lebih memuaskan karena sistem operasinya kadang memoles foto agar memiliki pencahayaan, pengaturan kontras dan warna, serta detail lebih baik.
Ada beberapa fitur yang bisa dimanfaatkan dari kamera yang dimiliki perangkat ini baik untuk mengambil gambar diam maupun bergerak. Misalnya perbaikan otomatis yang membuat gambar akhir terlihat lebih baik, begitu pula fitur lain seperti memperlambat kecepatan untuk menunjukkan satu adegan agar lebih intens. Sayangnya pengaturan untuk mematikan perbaikan gambar otomatis absen sehingga tidak bisa diketahui bagaimana gambar yang sesungguhnya ditangkap kamera.
Teknologi Quick Charger 2.0 yang didapatkan dari prosesor Snapdragon 808 cukup membuat pengisian daya berlangsung dalam waktu singkat. Meski terdapat baterei berkapasitas 3.000 mAh di dalamnya, hanya butuh waktu setidaknya setengah jam untuk mengisinya lebih dari separuh. Fitur ini sangat membantu apabila kita hanya memiliki waktu singkat untuk mengisi daya sebelum dipergunakan kembali.
Dan yang menjadi pusat perhatian tentunya adalah Continuum. Fitur ini memungkinkan Lumia 950 dihubungkan dengan televisi atau layar monitor melalui koneksi HDMI dan menjadikannya sebagai layar kedua. Koneksi tersebut dimungkinkan melalui perangkat tambahan, yakni display dock yang dihubungkan ke colokan USB di bagian bawah Lumia 950. Metode lain bisa dipergunakan, yakni menggunakan Miracast meski ada beberapa syarat, yaitu televisi tersebut bisa melakukannya dan harus berada pada jaringan internet yang sama dan hasilnya tidak selancar menggunakan display dock karena ada jeda karena perintah diberikan lewat internet.
Display dock sendiri memiliki beberapa lubang input USB yang bisa dipergunakan untuk dihubungkan dengan perangkat lain seperti tetikus, papan tuts, atau batang flash disk. Dengan demikian, Lumia 950 memang membuktikan dirinya sebagai komputer saku yang muat dalam kantong, tinggal dihubungkan dengan layar dan bisa dioperasikan layaknya komputer biasa.
Hanya saja, perlu ada yang dipahami bahwa masih ada perbedaan mendasar antara memanfaatkan Continuum dan memakai komputer sendiri, yakni pada aplikasi yang dipergunakan. Komputer tidak tergantung sepenuhnya kepada Windows Store karena dia bisa mengeksekusi file dengan ekstensi exe untuk memasang aplikasi baru. Berbeda dengan Lumia 950 yang sepenuhnya harus mengandalkan Windows Store untuk mendapatkan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan.
Selebihnya, tampilan antarmuka saat beralih ke fitur Continuum tidak banyak berubah layaknya menggunakan komputer. Ini adalah buah dari keputusan Microsoft untuk menghadirkan pengalaman yang serupa bagi pengguna Windows 10 dari berbagai perangkat.
Tantangan yang harus dihadapi barangkali adalah keharusan untuk membawa display dock, tetikus, dan papan tuts ke mana pun pergi agar navigasi dan mengetik bisa dilakukan dengan nyaman. Sebetulnya ada fitur untuk menggunakan layar ponsel sebagai pengganti input, tetapi terasa kurang efektif dari perangkat asli.
Ekosistem
Kesan akhir yang didapatkan setelah menggunakan ponsel ini dalam beberapa hari adalah Lumia 950 merupakan produk yang bisa diandalkan, baik performanya untuk menjalankan aplikasi dan permainan, kamera yang andal, maupun fitur Continuum yang bisa membantu hidup penggunanya. Masalah yang muncul bisa jadi berasal dari ekosistem aplikasi yang belum banyak yang bisa membuat Lumia 950 mengeluarkan segenap potensinya.
Hal itu terlihat pada aplikasi dan permainan yang jumlahnya terbatas dalam kategori menuntut ponsel dengan performa tinggi. Ekosistem perangkat Windows saat ini masih didominasi perangkat kelas pemula dan menengah. Dengan pengalaman penulis sebagai pengguna ponsel dengan sistem operasi Android dalam waktu yang lama, tidak diketemukan aplikasi-aplikasi yang membuat pengguna untuk betah atau bahkan beralih menggunakan perangkat Windows, kecuali apabila dia memutuskan sejak awal.
Itulah kenapa, sewaktu memegang Lumia 950 seperti menimang perangkat yang bertenaga, tetapi seperti kesepian karena tidak banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 7 Maret 2016