Musim berbunga berbagai tanaman keras dan berbiji adalah momentum penting para peternak lebah, khususnya jenis lebah jinak impor dari Australia, Apis mellifera. Menggembala dan menyaksikan tarian lebah sekaligus momentum menggembirakan: masa-masa menjelang panen madu.
Sekali penggembalaan pada setiap musim bunga bisa diperoleh 400 kilogram madu. Terakhir kali ini merosot hanya 200 kilogram. Gangguan cuaca dengan banyak hujan pada tahun 2010 membuat hanya sedikit yang bisa berbunga,” kata Suminta, penanggung jawab peternakan lebah di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan di Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/2).
Apis mellifera tergolong jenis lebah madu unggul. Menurut Suminta, jenis lebah ini diimpor dari Australia sekitar tahun 1971. Selain berkarakter jinak, produktif, dan cepat dikembangbiakkan, jenis lebah ini juga tak mudah meninggalkan sarang saat digembalakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam di Bogor memiliki 130 kotak sarang Apis mellifera. Satu koloni untuk setiap kotak sarang berisi sekitar 30.000 ekor lebah yang siap digembalakan ke sejumlah wilayah di Jawa, saat musim bunga di perkebunan dan areal hutan produksi.
Periode penggembalaan
Masa menggembalakan lebah Apis mellifera terbagi dalam tiga periode. Pada bulan Mei, Juni, dan Juli, Suminta bersama tim kerja mengusung 130 kotak sarang lebah untuk digembalakan di wilayah Pati, Jepara, Rembang, Kudus di Jawa Tengah, hingga memasuki wilayah Pasuruan dan Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka biasa menggunakan dua truk untuk mengangkut sarang-sarang lebah itu.
Penggembalaan lebah di Jateng dan Jatim itu karena tersedia sumber pakan lebah: nektar dan serbuk sari dari pohon kapuk yang memasuki musim bunga. Pohon kapuk diproduksi untuk menghasilkan serat berbagai keperluan industri.
Selanjutnya, penggembalaan lebah Apis mellifera pada bulan berikutnya, Agustus dan September, dari wilayah Jatim bergeser kembali ke wilayah Jateng, yaitu di Ungaran, Wonogiri, dan Sragen.
Dari sana, penggembalaan kembali masuk wilayah Jabar, yaitu Subang, Sumedang, Majalengka, dan Sukabumi. Penggembalaan kali ini untuk mendekatkan sumber pakan lebah pada musim bunga dari pohon karet dan kaliandra.
Pada penggembalaan berikutnya, antara bulan Oktober hingga November, berlokasi di Subang dan sekitarnya. Nektar dan serbuk sari pohon rambutan menjadi sumber pakan lebah dan madu.
”Sepanjang tahun lalu banyak hujan sehingga musim bunga menjadi berkurang. Produksi madu juga turun sampai 50 persen,” kata Suminta.
Untuk menjaga dan meningkatkan populasi lebah, kata Suminta, timnya rajin mengganti ratu lebah. Setiap enam bulan sekali mengganti ratu lebah supaya terus bertelur.
”Kalau ratu lebah dibiarkan tetap hidup, bisa mencapai tiga tahun lamanya. Namun, produktivitas bertelurnya akan berkurang,” kata Suminta.
Lebah asli Indonesia
Kemudahan mengganti ratu lebah Apis mellifera juga menjadi keunggulan jenis lebah ini. Sementara itu, jenis lebah madu asli Indonesia meliputi Apis dorsata, Apis andreniformis, Apis florea, Apis cerana, Apis nigorcincta, dan Apis koschevnikovi.
Lebah jenis Apis dorsata merupakan lebah madu asli Indonesia dengan ukuran tubuh paling besar. Namun, lebah jenis ini juga terkenal paling agresif. Lebah ini banyak terdapat di Sulawesi.
Apis andreniformis merupakan jenis lebah asli Indonesia dengan ukuran tubuh terkecil. Sebarannya di sebelah barat garis maya Wallacea.
Apis dorsata, Apis andreniformis, dan Apis florea merupakan jenis lebah madu asli Indonesia yang memiliki sarang terbuka dan biasanya sarang itu menggantung di dahan pohon.
Selebihnya, jenis-jenis lebah madu asli Indonesia lainnya membuat sarang di tempat-tempat tertutup. Selain lebah-lebah itu lebih agresif, produktivitasnya juga masih di bawah lebah Apis mellifera.
Tarian lebah
Warsito, ahli serangga dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan, lebah merupakan jenis serangga yang hidup berkoloni dan mengenal pembagian tugas secara cerdas.
”Ada tarian lebah yang berperan sebagai explorer (pencari bunga) untuk memberi aba-aba kepada lebah pekerja menuju lokasi bunga,” kata Warsito.
Lebah explorer, kata Warsito, akan terbang menari-nari di udara memberi aba-aba kepada lebah pekerja. Suminta menambahkan, tarian lebah juga dilakukan di dalam sarang.
”Tarian lebah itu dengan cara memutar-mutar di dalam kotak sarang pada pagi hari, sekitar pukul 06.00. Lebah pekerja lalu mendapatkan informasi untuk bekerja mengumpulkan madu,” kata Suminta. Musim berbunga, saatnya lebah menari-nari. [Nawa Tunggal]
Sumber: Kompas, 23 Februari 2011