Cibiran adalah reaksi yang didapatkan Samsung pada tahun 2011 saat mereka memperkenalkan seri Galaxy Note. Saat itu hanya ada dua kategori gawai yang beredar di pasaran, yakni telepon seluler pintar dengan ukuran 4-5 inci serta sabak elektronik dengan ukuran 7 inci, telepon seluler dipilih karena fitur telefoni sementara sabak elektronik karena layar besarnya bisa dimanfaatkan untuk menikmati konten multimedia di dalam media penyimpanan atau dari internet.
Yang terjadi adalah mereka memperkenalkan produk blasteran, yakni ponsel dengan fungsi telefoni berlayar 5,3 inci yang terbilang raksasa pada masanya. Mereka juga memperkenalkan kembali stylus (pena digital) yang bisa digunakan untuk memberi perintah ke layar, sementara pengguna lain masih membiasakan diri dengan gestur jari. Mereka memperkenalkan seri Galaxy Note sebagai ponsel bagi konsumen untuk beraktivitas sekaligus pembeda sewaktu berkumpul dengan sesama.
Tentu saja cibiran yang didapat karena ide bahwa ponsel dengan layar terlalu besar dan sabak elektronik dengan fitur telefoni terdengar janggal. Tetapi, ide janggal itu pun diikuti produsen lain dengan membuat ponsel ukuran besar hingga memunculkan istilah pablet, penggabungan dari kata ponsel dan tablet, untuk menyebut produk itu. Fenomena itu terus berlangsung hingga tahun ini, sewaktu Samsung merilis versi kelima dari Galaxy Note pada 13 Agustus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kisah tersebut dilontarkan Yoo Young Kim, President Samsung Electronics Indonesia, sewaktu meluncurkan Galaxy Note 5 untuk pasar Indonesia di Jakarta, 27 Agustus 2015. Ide mengenai pablet dan stylus menjadi masuk akal karena pengguna bisa mencatat ide, menulis komentar, atau membuat coretan secara alamiah layaknya memakai pena di atas kertas.
“Semua orang tertawa, tetapi sekarang kebanyakan produsen mengikuti pasar ponsel layar besar yang telah dibuat oleh Samsung,” katanya.
Terjangkau
Samsung menempatkan Galaxy Note 5 untuk segmen ekonomi atas dan tidak ragu-ragu untuk mempersiapkan perangkat ini dengan spesifikasi mumpuni dan bersanding dengan seri premium lain, yaitu Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge. Salah satunya dengan penggunaan prosesor buatan sendiri, yakni Exynos 7420 berkecepatan 2,1 gigahertz, prosesor 8 inti berarsitektur 64 bit yang sepadan dengan sistem operasi Lollipop yang sudah dibenamkan sebagai tampilan antarmuka.
Sama-sama menggunakan RAM sebesar 4 gigabit, Samsung mendesak batas baru dari kapasitas memori sebuah perangkat setelah sebelumnya dipimpin OnePlus One yang rilis tahun lalu dengan RAM 3 gigabit. Sayangnya, kapasitas tersebut hanya terpakai untuk mengakomodasi aplikasi yang digunakan secara bersamaan dan belum ada aplikasi atau permainan yang membutuhkan kapasitas memori sebesar itu.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Presiden Samsung Electronics Indonesia Yoo Young Kim memperagakan Samsung Galaxy Note 5 dalam peluncuran produk di Jakarta, Kamis (27/8). Ini adalah seri premium dari ponsel yang dirilis Samsung dengan ciri khas penggunaan pena digital (stylus) dan ukuran layar yang besar, yakni 5,3 inci.
Fitur pengisian daya nirkabel yang diperkenalkan di S6 juga ditemui di Note 5, termasuk near field communications (NFC) untuk komunikasi lintas perangkat. Begitu pula sensor sidik jari yang menjadi standar untuk ponsel premium Samsung. Fitur ini yang dipilih oleh produsen asal Tiongkok, yakni OnePlus, untuk tidak disertakan dalam ponsel premium mereka berikutnya, yakni OnePlus Two yang dirilis semester II tahun ini. Namun, mereka memilih menggunakan colokan USB Tipe C, sementara Note 5 tetap bertahan dengan mikro USB yang lazim dipakai hingga kini.
USB Tipe C adalah standar yang mulai diperkenalkan dua tahun terakhir dengan ciri khas bentuk colokan yang bisa digunakan secara bolak balik, sehingga pengguna tidak perlu khawatir salah colok. Koneksi yang dihasilkan dari colokan tersebut mampu mengantarkan data lebih cepat ke perangkat dan daya lebih banyak dengan hambatan lebih sedikit. Beberapa produsen juga mempertimbangkan untuk memakai format ini sebagai pertimbangan bahwa USB Tipe C bakal menjadi standar di masa mendatang.
Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia, Flegon Koen, beralasan bahwa rendahnya penetrasi USB Tipe C membuat mereka memilih untuk mempertahankan jenis USB yang sudah ada. Dia beralasan, pengguna tidak perlu berinvestasi dengan membeli perangkat baru, seperti pengisi daya atau aksesoris dengan colokan yang baru.
Catatan lain dari Galaxy Note 5, terutama yang beredar di Indonesia, adalah varian yang tersedia. Samsung memperkenalkan perangkat yang mampu beroperasi di jaringan Long Term Evolution (LTE) hingga Cat 9 yang mampu mengakomodasi koneksi data berkecepatan tinggi, dengan catatan tergantung kesiapan jaringan infrastruktur. Adapun yang tersedia di Indonesia adalah LTE Cat 6 yang memiliki kemampuan lebih rendah. Hal tersebut bisa dimaklumi karena kondisi infrastruktur internet Tanah Air tidak sebaik negara maju lain.
Varian yang beredar di Indonesia nantinya memiliki kapasitas penyimpanan internal 32 gigabit, adapun saat diluncurkan terdapat varian 64 gigabit. Samsung memilih untuk menghadirkan varian yang lebih “terjangkau” ini dengan alasan harga dan memantau kesiapan pasar.
“Kami memahami tengah ada masalah dengan nilai tukar rupiah terhadap asing, itu sebabnya varian ini dipilih agar bisa dijangkau oleh masyarakat. Kami meyakini bahwa ponsel pintar premium masih memiliki basis pengguna yang kuat,” ujar Andre Rompis, Vice President IT and Mobile Business Samsung Electronics Indonesia.
Harga yang dimaksud adalah Rp 10 juta, tidak bisa dibilang termahal mengingat Samsung sebelumnya meluncurkan Galaxy S6 dengan harga Rp 12,5 juta.
“Stylus”
Samsung juga menaruh perhatian pada stylus yang tersemat di Galaxy Note 5. Dimulai dari cara untuk mengeluarkan, tidak lagi harus diungkit dengan ujung kuku karena pengguna tinggal mendorongnya dan membiarkan pegas mengeluarkan pena digital itu dari dalam ponsel. Air Command muncul begitu stylus memiliki tampilan yang baru dan berwarna-warni. Pengguna bisa mengubah isi layar dengan stylus termasuk menyiapkan tiga pintasan aplikasi yang bisa diatur sebelumnya.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan stylus, seperti mengambil tangkapan layar (screenshot) yang tidak berhenti untuk layar yang aktif, tetapi sisa halaman yang ada. Ada pula fitur menulis saat mencabut stylus dalam keadaan layar mati, pengguna bisa langsung mencoret-coret dan hasilnya langsung disimpan.
Tidak lama setelah peluncuran secara global dilakukan, beredar kabar bahwa stylus yang dimasukkan secara terbalik alias bagian runcing menghadap luar akan menyebabkan kerusakan permanen pada Galaxy Note 5. Pihak Samsung merespons kabar tersebut dengan mengutip isi buku petunjuk bahwa kerusakan memang bisa timbul bila digunakan tidak semestinya. Hanya saja mereka tidak menjawab secara jelas apakah kerusakan akibat itu tetap bisa dijamin oleh garansi, tetapi berkaca dari penjelasan sebelumnya bahwa kerusakan tersebut disebabkan penggunaan di luar ketentuan besar kemungkinan tidak akan mendapat penggantian.
Galaxy Note 5 kembali menjadi pertaruhan bagi Samsung untuk memimpin pasar ponsel berlayar besar.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 2 September 2015