Membasmi DBD dengan Nyamuk Mandul

- Editor

Senin, 4 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Batan mengembangkan teknik serangga mandul untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk jantan mandul disebar agar telur nyamuk betina tidak bisa menetas.

Kasus demam berdarah terus meningkat, terutama saat musim hujan tiba seperti saat ini. Pemberantasan nyamuk dengue dengan metode pengasapan nyatanya tak optimal. Badan Tenaga Nuklir Nasional pun mengembangkan alternatif lain dengan menyebar nyamuk mandul.

Deman berdarah dengue masih menjadi tantangan di Indonesia. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini terus merebak di berbagai daerah di Indonesia. Kementerian Kesehatan pun menyatakan kasus demam berdarah dengue semakin melonjak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah penderita DBD sejak 1 Januari hingga 29 Januari 2019 sebanyak 13.683 pasien. Adapun penderita DBD yang meninggal 133 orang. Sementara, sepanjang 2018, jumlah penderita DBD yang meninggal sebanyak 344 orang.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengentaskan penyebaran nyamuk ini belum membuahkan hasil optimal. Upaya itu, mulai dari fogging atau pengasapan; gerakan 3M Plus atau menguras, menutup, dan mendaur ulang; memberdayaan jumantik atau juru pemantau jentik, serta menaburkan bubuk abate (abateisasi). Sejumlah ahli bahkan sudah tidak menyarankan metode fogging karena bisa menimbulkan resisten pada nyamuk dengue dan tidak ramah lingkungan.

Karena itu, sejak 2004, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berupaya mengembangkan alternatif lain yang dinilai lebih efektif. Cara ini menggunakan teknik serangga mandul (TSM).

Sesuai sebutannya, teknik ini membuat nyamuk jantan menjadi mandul. Terlebih dahulu, penyinaran dilakukan pada pupa atau kepompong nyamuk dengan sinar gamma di laboratorium. Ketika nyamuk ini dewasa dan mengawini nyamuk betina, telur yang nanti dihasilkan tidak bisa menetas. Dengan begitu, populasi nyamuk penular demam dengue diharapkan bisa menurun, bahkan habis.

Peneliti Muda Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan Beni Ernawan menuturkan, proses laboratorium dilakukan sejak pengembangbiakan nyamuk. Pertama, nyamuk jantan dan betina dicampur di dalam satu kandang khusus dengan rasio 2 betina dan 1 jantan. Proses ini untuk memanen telur nyamuk yang akan menjadi target penyinaran.

Sebagai asupan protein yang diperlukan nyamuk betina untuk memproduksi telur, biasanya menggunakan darah marmut. Penghisapan ini dilakukan pada pagi dan petang. “Untuk itu, biasanya yang menggigit manusia adalah nyamuk betina bukan jantan. Jantan cukup mendapatkan asupan makanan dari madu di tumbuhan. Gigitan juga tidak dilakukan saat malam hari,” ujar Beni.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Peneliti Muda Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan Beni Ernawan saat memasukkan tangannya ke kandang nyamuk jantan mandul.

Setelah itu, proses pengembangbiakan nyamuk dilakukan, mulai dari telur, larva atau jentik, hingga menjadi pupa atau kepompong. Ketika sudah menjadi pupa, peneliti akan menyaringnya untuk dibedakan antara jenis pupa betina dengan pupa jantan. Pupa jantan ukurannya lebih kecil dibanding pupa betina. Hanya pupa jantan yang akan dipilih untuk diiradiasi, sementara pupa betina akan dikembangbiakan lagi untuk diambil telurnya.

Pupa yang telah dipilih akan dipanen dengan menggunakan petridish atau cawan pipih bebentuk silinder. Air yang diambil bersamaan dengan pupa harus seminimal mungkin karena bisa terkontaminasi ketika proses iradiasi dilakukan. Kemudian pupa tersebut dimasukkan ke dalam tabung iradioator (gamma chamber) untuk diradiasi. Ada 1.000 pupa jantan yang menjadi target dalam sekali proses iradiasi.

Proses iradiasi berjalan selama 40 detik dengan doses 70 gray (Gy). Dosis ini tidak akan berdampak “super” atau mutan pada nyamuk, serta berpengaruh pada rantai makanan. Jika dibandingkan dengan makanan yang diawetkan, paparan sinar gamma yang diberikan biasanya yang mencapai 10.000 gray.

Saat ini, laboratorium yang dimiliki Batan mampu menghasilkan 200.000 pupa mandul per minggu. Jumlah ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan Meksiko yang mampu menghasilkan 1 miliar serangga mandul per minggu.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Pupa nyamuk

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Ali Rahayu, radiasi dilakukan pada nyamuk jantan bukan pada pupa. “Dulu memang radiasi dilakukan pada fase dewasa atau nyamuk. Ketika saya bandingkan fase dewasa dengan fase pupa, penanganan pupa ternyata lebih mudah. Hasil pengamatan pun parameternya sama. Jadi, proses untuk radiasi berubah menjadi fase pupa,” katanya.

Pelepasan
Pupa yang diradiasi tersebut dikembangkan menjadi nyamuk jantan. Nyamuk jantan inilah yang kemudian dilepaskan di lingkungan masyarakat. Adapun perbandingan nyamuk yang dilepaskan harus sembilan kali lebih banyak dari populasi nyamuk di lapangan. Artinya, jika ada 100 ekor nyamuk, 900 nyamuk jantan mandul yang dilepaskan.

Dengan jumlah tersebut diharapkan nyamuk-nyamuk mandul ini akan mengganggu populasi nyamuk dengue di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang sudah menjadi target. Hal ini terjadi karena telur yang dihasilkan nyamuk betina tidak terbuahi sehingga tidak bisa menetap. Jumlah nyamuk pun bisa berkurang.

Untuk hasil optimal, pelepasan nyamuk mandul harus dilakukan setiap seminggu sekali, minimal selama lima kali. Peneliti akan terus menganalisasi dinamika populasi di lapangan dari sebelum pelepasan dilakukan, pelepasan, sampai pasca pelepasan. “Pelepasan selesai sampai populasi nyamuk dengue benar-benar nol,” ujar Beni.

Uji coba pelepasan nyamuk mandul telah dilakukan di beberapa tempat, seperti Bangka Belitung, Semarang, Salatiga, dan Banjarnegara. Area yang menjadi tempat uji coba masih dalam skala dusun sehingga belum memperlihatkan hasil maksimal. Meski begitu, berdasarkan hasil pengamatan, populasi nyamuk berhasil turun hingga 70 persen setelah dilakukan lima kali pelepasan nyamuk mandul setiap minggu.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Nyamuk jantan mandul yang siap dilepaskan.

Beni mengatakan, sebelum pelepasan dilakukan perlu banyak studi serta pengamatan di lapangan. Aspek yang diamati, yakni dinamika populasi nyamuk di lapangan, pola pemencaran dan jarak terbang nyamuk, kondisi lingkungan, serta partisipasi masyarakat. Menurutnya, partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk keberhasilan teknik nyamuk mandul ini.

“Terkadang masyarakat masih belum paham. Ada yang justru menolak karena menganggap aneh. Mereka berpikir, bagaimana bisa memberantas nyamuk dengan cara melepaskan nyamuk yang jumlahnya banyak sekali,” ucapnya.

Pabrik nyamuk
Kepala Bidang Pertanian Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan Irawan Sugoro menilai, pengendalian penyakit deman berdarah dengue lebih efektif dibandingkan dengan cara penyemprotan ataupun penebaran bubuk abate. Penyemprotan hanya membunuh nyamuk sementara dan tidak mematikan jentik. Terkadang, hewan nontarget lain malah ikut terbunuh.

“Teknik serangga mandul dengan nyamuk mandul ini lebih ramah lingkungan karena tidak perlu insektisida. Selain itu lebih efektif karena bersifaat spesifik hanya menekan populasi serangga yang menjadi target yaitu nyamuk deman berdarah. Ekosistem pun tidak terganggu karena bisa memakan jenis nyamuk lain,” katanya.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO–Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas melakukan pengasapan untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk di Perumahan Grand Harmoni, Desa Karangrau, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (29/1/2019).

Ia mengatakan, teknik ini akan memberikan hasil optimal apabila dilakukan secara massif. Pabrik nyamuk mandul bisa menjadi solusinya. Thailand saat ini sedang membangun pabrik nyamuk mandul di tingkat regional. Untuk itu, Indonesia pun seharusnya bisa membuatnya lantaran sumber daya yang tersedia sudah siap.

Selain nyamuk demam berdarah dengue, teknik serangga mandul juga bisa diterapkan untuk jenis serangga lain, seperti nyamuk Anopheles maculatus penular malaria, nyamuk penular penyakit filariasis atau kaki gajah, serta lalat buah.–DEONISIA ARLINTA

Sumber: Kompas,4 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB