Melepasliarkan Orangutan di Taman Nasional Sebangau

- Editor

Minggu, 10 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Panas mentari siang itu sangat menyengat. Keringat membasahi dahi tim rescue Yayasan Borneo Orangutan Survival dan rombongan Kedutaan Besar Amerika Serikat. Dua orangutan jantan dewasa masing-masing di dalam kandang pun berulang kali menggedor-gedor pintu kandang. Lolongan suaranya terdengar bagai jeritan ingin segera bebas.

“Dua individu orangutan itu stres karena dikurung sejak kemarin,” kata Koordinator Komunikasi dan Edukasi Nyaru Menteng Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Monterado Fridman, Kamis (7/1), di Taman Nasional Sebangau, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Dua orangutan jantan liar yang berusia sekitar 15 tahun itu ditangkap di Desa Taruna Jaya dan Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Pulang Pisau, pada Rabu (6/1) siang karena masuk ke dalam permukiman warga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hutan sebagai habitatnya rusak akibat kebakaran pada Agustus-Oktober. Persediaan makanan pun lenyap sehingga orangutan mencari makanan ke permukiman dan melahap nanas yang ditanam warga.

Sesaat sebelum pintu kandang dibuka, Monterado mengarahkan awak media dan rombongan untuk memberikan jarak sedikitnya 15 meter dari kandang agar tidak diserang.

“Jangan ada keributan. Jika tiba-tiba orangutan berbalik arah dan menyerang, kita lari melalui jalur ini,” kata Monterado sambil menunjukkan alur di antara semak-semak menuju tepian kanal.

Pintu kandang orangutan jantan pertama dibuka oleh Kuasa Usaha Ad-Interim Kedutaan Besar AS Brian McFeeters. Brian yang berada di atas kandang untuk menarik pintu tampak kesulitan karena jari-jemari orangutan mencengkeram kuat menahan pintu itu. Setelah anggota tim berusaha melepaskan cengkeraman tersebut, pintu kandang pun perlahan bisa dibuka.

Semua yang menyaksikan tampak tercekat ketika tangan, kaki, dan seluruh tubuh orangutan terbebas dari kandang. Tingginya sekitar 1,2 meter melebihi tinggi kandang yang hanya sekitar 1 meter. Sebebasnya dari kandang, orangutan itu langsung meraih pohon yang ada di sekitarnya dan langsung memanjat ke puncaknya sambil bergelantungan.

Selanjutnya, pintu kandang orangutan kedua dibuka oleh Mission Director Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Indonesia Andrew Sisson. Meski sempat berjalan ke arah rombongan, orangutan tersebut pun langsung memanjat pohon di dekatnya.

“Saat melepas orangutan memang perlu kesiapan mental dan fisik. Apalagi, orangutan itu masih liar dan bisa menyerang sewaktu-waktu,” tambah Monterado.

Manajer Program Yayasan BOS Denny Kurniawan menyampaikan, sebelumnya tim rescue juga telah menyelamatkan enam orangutan liar yang masuk ke permukiman warga di Desa Tumbang Nusa dan Desa Taruna Jaya itu.

Selain di lokasi itu, kata Denny, Yayasan BOS juga telah menyelamatkan 44 orangutan di hutan sekitar Sungai Mangkutub, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, sejak periode November 2015-Januari 2016. Kawasan hutan di sana juga terbakar dan banyak terjadi pembalakan liar. Orangutan tersebut telah ditranslokasi ke Stasiun Penelitian Orangutan Liar Tuanan, Kapuas.

Lokasi pelepasliaran di Taman Nasional Sebangau itu bisa ditempuh melalui jalur sungai Sebangau menggunakan speedboat dari Dermaga Kereng Bangkirai, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Perjalanan memakan waktu hingga satu jam untuk menyusuri alur sungai sejauh 50 kilometer yang berkelok-kelok.

Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah II Taman Nasional Sebangau Dedy Santoso mengatakan, selama 2015 hingga awal Januari 2016 sudah ada 13 orangutan yang dilepasliarkan di Taman Nasional Sebangau.

“Orangutan itu mulai bisa menyesuaikan diri dengan habitat barunya. Beberapa sarang orangutan sudah mulai tampak,” kata Dedy sambil menunjukkan tumpukan dedaunan kering yang bertumpuk di sela-sela ranting pohon.

Di Taman Nasional Sebangau seluas 542.141 hektar itu ada sekitar 6.000 orangutan. Meskipun sedikitnya ada 10.000 areal yang terbakar pada 2015, Dedy menyebutkan, kondisi hutan masih mencukupi dan layak bagi keberlangsungan orangutan. “Areal yang terbakar banyak berada di pinggiran sungai dengan radius sekitar 1 kilometer ke dalam hutan. Pada bagian dalam hutan masih aman dan vegetasinya juga masih bagus,” kata Dedy.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah mencatat sejak Januari hingga awal Desember 2015 telah menerima 47 orangutan untuk kemudian direhabilitasi dan dilepasliarkan karena habitatnya makin rusak.

MEGANDIKA WICAKSONO

Sumber: Kompas Siang | 9 Januari 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB