Penguatan kompetensi teknologi informasi dan komunikasi siswa lewat mata pelajaran informatika dapat diberikan sejak jenjang Sekolah Dasar. Namun, pemberlakuan mata pelajaran informatika ini bergantung pada kesiapan sekolah, utamanya dengan melihat ketersediaan guru serta sarana dan prasarana.
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Awaluddin Tjalla, mengatakan hal itu, dalam seminar nasional guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertajuk “Menyambut Datangnya Mata Pelajaran Informatika” yang digelar Ikatan Guru TIK Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta, Sabtu (1/9/2018).
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kemdikbid, Awaluddin Tjalla (kedua dari kiri) memberilan penjelasan pada guru TIK di Gedung Guri PGRI di Jakarta, Sabtu (1/9/2018). Guru TIK disisiapkan menyambut mata pelajaran informatika mulai tahun 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejauh ini, Puskurbuk terus menyiapkan beragam perangkat untuk menyambut diberlakukannya mata pelajaran Informatika. Mata pelajaran ini sebagai pengganti TIK di jenjang SMP dan SMA sederajat yang sempat dihapus seiring diberlakukannya kurikulum 2013. Mata pelajaran TIK dijadikan sebagai Bimbingan TIK atau dimasukkan dalam mata pelajaran Prakarya.
Namun di lapangan implementasinya tidak mulus. Pembelajaran TIK dinilai tetap penting, tapi legalitasnya dalam kurikulum yang tidak diakui sebagai mata pelajaran membuat pembelajaran TIK tak optimal. Ada desakan dari asosiasi guru TIK untuk tetap mengadakan mata pelajaran TIK dengan mereformasi materi sesuai perkembangan zaman.
“Kita tidak ingin menambah mata pelajaran karena konsekuensinya cukup banyak. Hal yang banayak. bisa dilakukan yakni membuat mata pelajaran informatika sebagai pilihan,” kata Awaluddin.
Dalam rancangan Puskurbuk, mata pelajaran informatika di jenjang SD bisa dimasukkan sebagai pilihan di muatan lokal atau bisa juga untuk ekstrakururikuler. Adapun di jenjang SMP bisa memilih untuk mengajarkan prakarya atau informatika. Adapun di SMA sebagai pilihan lintas minat.
“Jika ada sekolah yang mau memberlakukan mata pelajaran informatika, akan diverifikasi oleh dinas pendidikan setempat. Nanti dilihat soal kesiapan guru serta sarana dan prasarana,” ujarnya.
Menurut Awaluddin, kemampuan TIK sebenarnya sudah ada dalam diri anak saat ini. Pembelajaran informatika didasari untuk memperkuat berpikir komputasi dan menguatkan kecakapan literasi digital para siswa. Materi yang disajikan meliputi sistem komputer, jaringan dan internet, algoritma dan program, data dan analisis, serta dampak sosial dari perkembangan TIK.
Ketua Divisi PGRI Smart Learning and Character Center Richardus Eko Indrajit mengatakan, adanya mata pelajaran informatika baik bagi siswa Indonesia. Banyak negara lain juga menyediakan pembelajaran TIK dengan beragam nama untuk membuat siswa mampu beradaptasi dengan perkembanga ilmu TIK yang semakin penting dalam semua aspek kehidupan di masa depan.
“Memberikan pembelajaran TIK bagi siswa menurut UNESCO penting untuk menghasilkan pekerja yang profesional di bidang TIK. Namun tak kalah penting dengan menguatkan kompetensi TIK siswa di sekolah dapat membantu mereka menjadi profesional di bidangnya yang dapat makin berkembang karena mampu memanfaatkan TIK,” kata Eko.
Memberikan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK bagi siswa menurut UNESCO penting untuk menghasilkan pekerja yang profesional di bidang TIK.
Sementara Praktisi Pendidikan TIK Indra Charismiadji mengatakan mengajarkan coding dalam informatika pada siswa bukan untuk menjadikan swmua siswa sebagai programmer. “Dengan memperkuat kemampuan ini, membekali siswa untuk dapat berpikir kritis dan memecahkan masalah dengan berpikir komputasional. Dengan demikian, siswa terbiasa berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skillls (HOTS),” ujar Indra.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Ratusan guru TIK dari berbagai daerah di Indonesia menghadiri seminar untuk menyambut mata pelqjaran informatika. Seminar digelqr Ikatan Guru TIK PgRi di Gedung Guru PGRI di Jakarta, Sabtu (1/9/2018).
Kompetensi Guru
Awaluddin mengatakan dalam memberlakukan mata pelajaran imformatika yang dimulai di tahun ajaran baru 2019 ada tantangan dalam kompetensi guri TIK. Ada sekitar 40.000 guru TIak, namun baru separuhnya yang bersertifikat pendidik dan linear pendidikannya.
“Sebagian besar lagi guru TIK yang ada berasal dari pendidikan non-TIK. Karena itu, soal peninhkatan komoetwnsi guru TIK ini sangat penting. Nanti akan dipetakan kemampuan para guru sehungga bisa ditingkatkan agar sesuai dengan tuntutan konpetensi yang diharapkan,” kata Awaluddin.
Sekretaris Jenderal Ikatan Guru TIK Wijaya Kusumah mengakui kompetensi guru TIK belum sepenuhnya sesuai harapan. Keberadaan guru TIK seiring diberlakukannya Kurikulum 2006 tidak semuanya berlatar belakang sarjana TIK.
“Ada yang guru bahasa Inggris atau mata pelajaran lain yang sengaja dialihkan untuk mengisi mata pelajaran TIK. Keberadaan mata pelajaran Informatika bukan hanya untuk kepentingan guru supaya punya jam mengajar. Namun yang lebih penting untuk anak bangsa,” ujarnya.
” Kita tidak ingin anak-anak hanya memandang TIK sebagai alat pemebelajaran yang artinya tercipta mindset sebagai pemakai atau konsumen saja. Kami ingin mendorong supaya anak-anak indonesia juga kreatif dalam memanfaatkan TIK untuk kehidupan dan inovasi,” kata Wijaya.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 2 September 2018