Sepekan menjelang gerhana matahari total pada 9 Maret 2016, masyarakat, peneliti, dan pemerintah di sejumlah daerah mulai bersiap. Meski demikian, masyarakat menilai informasi tentang fenomena alam langka itu kurang, khususnya cara mengamati gerhana dengan aman.
Spanduk-spanduk berisi ajakan melihat gerhana di Balikpapan Kalimantan Timur, mulai dipasang Pemerintah Kota Balikpapan, Rabu (2/3). Di daerah tersebut, gerhana akan mulai pukul 07.26 Wita. Adapun fase totalitas gerhana mulai terjadi pukul 08.34 Wita selama 1 menit 1 detik.
Acara menonton bersama gerhana di Balikpapan akan diadakan di Pantai Manggar yang berjarak 20 kilometer dari pusat kota dan Lapangan Merdeka di Pantai Banua Patra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski demikian, informasi itu dinilai warga masih kurang. Menurut Ita, warga Balikpapan yang ditemui di Pantai Manggar, dirinya butuh informasi tentang waktu gerhana, cara mengamati gerhana dengan aman, hingga tempat pembelian kacamata gerhana. Ia sudah mencari informasi itu di situs internet Pemkot Balikpapan, tetapi tidak tersedia.
Sementara itu, sejumlah petugas dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Palu, Sulawesi Tengah, menguji penggunaan sejumlah teropong yang akan dipakai untuk mengamati gerhana. Pengamatan gerhana untuk publik akan diselenggarakan di Lapangan TVRI Sulteng.
Citra Matahari yang diperoleh dari teropong itu akan diproyeksikan ke empat layar besar sehingga bisa disaksikan masyarakat dengan aman. Teropong itu juga akan digunakan untuk menyiarkan secara langsung atau live streaming gerhana yang terjadi sehingga gerhana matahari total (GMT) di Palu bisa disaksikan warga di daerah lain yang tak dilintasi jalur umbra Matahari.
Pihak BMKG Palu juga akan meneliti pengaruh gerhana terhadap gravitasi Bumi. “Kami ingin membandingkan gravitasi Bumi sebelum, fase total, dan sesudah gerhana,” kata Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Palu Bambang Suriyanto.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Sulteng hingga kemarin berusaha merampungkan pembangunan dua tugu GMT, yakni di Anjungan Nusantara di tepi Teluk Palu dan di Desa Pakuli Selatan, Gumbasa, Kabupaten Sigi.
Gerhana sebagian
Antusias menyambut GMT pada 9 Maret 2016 itu juga ditunjukkan masyarakat dan akademisi di daerah yang tidak mengalami GMT ataupun hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian atau GMS.
Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, mengajak warga Lampung untuk menyaksikan GMS yang melintasi daerah itu. “Di Lampung, 92 persen bagian Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Saat itu, Matahari akan terlihat sebagai sabit tipis,” kata Moedji Raharto, dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Proses gerhana di Lampung akan dimulai pukul 06.20 WIB dan berakhir pukul 08.30 WIB. Puncaknya, terjadi pukul 07.20 WIB. “Fenomena langka ini bisa dijadikan sarana untuk mengedukasi masyarakat,” ujar peneliti Observatorium Bosscha ITB, Zainuddin Muhammad Arifin.(PRA/VDL/GER)
——–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Masyarakat Bersiap Menyambut Gerhana Matahari”.