Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta siap berkompetisi di Shell Ideas360 2018 di London, Inggris pada 5 Juli 2018 mendatang. Tim ini berangkat membawa gagasan Smart Car Microalgae Cultivation Support, yaitu mobil pintar yang dapat mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar rendah emisi.
“Ide ini muncul dari keprihatinan kami terhadap banyaknya sampah plastik yang ada di masyarakat yang tidak diolah dengan baik. Selain itu, tren konsumsi energi juga terus meningkat, sementara ketersediaan bahan bakar semakin tipis,” ujar Herman Amrullah, ketua tim Smart Car Microalgae Cultivation Support (Smart Car MCS) UGM di Jakarta, Rabu (27/6/2018).
Selain Herman, tim ini terdiri dari Sholahuddin Alayyubi dan Thya Laurencia Benedita Araujo. Mereka merupakan satu-satunya tim asal Indonesia yang berhasil lolos sampai tahap final di Shell Ideas 360 dari 203 tim dengan 507 siswa yang mendaftar pada tahap pertama kompetisi. Pada tahap final, mereka berkompetisi dengan empat tim lain dari American University of Sharjah (Uni Emirat Arab), University of Texas at Austin (Amerika Serikat), University of Bordeaux (Perancis), dan University of Melbourne (Australia).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–(kiri-kanan) Herman Amrullah, Sholahuddin Alayyubi, dan Thya Laurencia Benedita Araujo memamerkan purwarupa dari inovasi “Smar Car Microalgae Cultivation Support” di Kantor PT Shell Indonesia, Jakarta, Rabu (27/6/2018). Mereka merupakan tim mahasiwa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang akan berkompetisi di ajang Shell Ideas360 di London, Inggris pada 5 Juli 2018 mendatang.
Kompetisi Shell Ideas360 merupakan kompetisi bagi mahasiswa di seluruh dunia untuk mengembangkan inovasi terkait tantangan global di sektor energi, pangan, dan air. Tahun ini merupakan tahun kelima diadakannya kompetisi internasional tersebut.
Inovasi yang dirancang dari Smart Car MCS UGM menggunakan teknologi ramah lingkungan dengan memanfaatkan panas dari gas buang kendaraan. Sebuah reaktor pirolisis disematkan di dekat mesin mobil sehingga dari panas gas buang kendaraan bisa mengkonversi limbah plastik menjadi bahan bakar yang rendah emisi. Proses pirolisis plastik merupakan proses degradasi plastik menggunakan panas suhu tinggi tanpa adanya oksigen.
Konversi limbah plastik
Herman menyampaikan, panas gas buang kendaraan bisa mencapai 400 derajat Celcius sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengonversi limbah plastik menjadi bahan bakar. Semua jenis plastik bisa digunakan, namun platik LDPE (Low Density Polyethylene) merupakan jenis plastik mampu menghasilkan kualitas bahan bakar yang paling baik. Sedangkan jenis plastik PVC yang paling buruk karena dapat menyebabkan klorit pada reaktor.
Reaktor pirolisis dapat menampung 2 kilogram sampah plastik dan menghasilkan sekitar 2,2 liter sumber bahan bakar. Dalam satu kali proses konversi butuh waktu sekitar 2 jam, mulai dari sampah masuk sampai menjadi bahan bakar.
“Setelah bahan bakar dihasilkan, nanti masih harus diproses dengan menambahkan oktan agar kualitasnya sama dengan bahan bakar yang dijual dipasaran,” ujar Thya.
DOKUMEN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA–Desain Smart Car Microalgae Cuktivation Support yang mampu mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar.
Mobil pintar ini juga dilengkapi dengan teknologi Microalgae Cultivation Support (MCS) yang digunakan untuk mengurangi jumlah karbon dioksida (CO2) gas buang pada kendaraan. Teknologi MCS, yaitu photobioreactor diletakaan di atas atap mobil. Teknologi ini yang berfungsi untuk menyerap karbon dioksida gas buang knalpot mobil dengan menggunakan mikroalga. Jenis mikroalga yang digunakan adalah chlorella vulgaris karena memiliki kadar minyak yang cukup banyak sehingga mampu mengkonversi kadar karbon dioksida menjadi biofuel.
“Photobioreactor tersebut dapat menampung 19 liter mikroalga. Sehingga teknologi ini memiliki tujuan untuk mengolah limbah plastik menjadi energi alternatif dan dapat mengurangi emisi gas karbon dioksida pada kendaraan hingga 16,9 persen. Apabila teknologi ini diterapkan setidaknya dapat mengurangi kurang lebih 60,8 persen limbah plastik di Jakarta,” kata Thya.
Ia berharap, Smart Car ini tidak hanya dapat memproduksi bahan bakar dan biofuel, tetapi mengurangi persoalan sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 28 Juni 2018