Lutung Berkembang Biak di Cuban Talun

- Editor

Senin, 19 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Target pelepasliaran lutung jawa (Trachypithecus auratus) ke alam bebas bukan sekadar bertujuan satwa itu bertahan hidup, melainkan bagaimana hewan dilindungi itu berkembang biak dan populasinya meningkat. Upaya pelepasliaran itu pun membuahkan hasil.


Dari 13 lutung jawa yang dilepasliarkan Javan Langur Center (JLC) di sekitar hutan Cuban Talun, Batu, Jawa Timur, pada 2012, kini jumlah itu bertambah dua ekor. Penambahan itu sesuai pemantauan akhir 2014.

”Sesuai pemantauan kami, ada dua anak lutung berumur empat-lima bulan. Itu yang terlihat. Syukurlah kalau berkembang biak,” ujar Manajer Proyek JLC Iwan Kurniawan di Batu, Minggu (18/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejak 2011, JLC telah melepasliarkan 23 lutung, sedangkan sejak program pelepasliaran dilakukan pada 2002, ada 84 lutung jawa dikembalikan ke alam. Tahun ini, JLC berencana kembali melepasliarkan lutung dalam dua tahap, masing-masing pada April dan Oktober 2015.

Menurut Iwan, keberhasilan pelepasliaran dari sisi kemampuan lutung bertahan hidup di hutan memang 100 persen. Namun, untuk berkembang biak belum tentu 100 persen.

”Kami terus melakukan pemantauan secara konvensional dari pagi sampai menjelang tidur. Setelah tiga bulan dilepasliarkan, ruang jelajah lutung terbentuk sehingga lutung-lutung itu tidak akan pergi ke mana-mana,” katanya. Di JLC kini direhabilitasi 19 lutung yang dua di antaranya tiba dari Aspinall Foundation, Bandung. Satwa tersebut hasil pengembangbiakan Kebun Binatang Port Lympne, Inggris.

Tahun ini, dalam pelepasliaran pada Maret-April sudah ada dua kelompok yang menjadi kandidat, masing-masing berjumlah empat ekor, terdiri dari satu jantan dan tiga betina. Kedua kelompok itu hasil penyerahan dari masyarakat dan pembiakan dari Inggris. Dalam pelepasliaran tahap kedua belum ada kandidat pasti karena anggota kelompoknya belum solid.

Sebelumnya, Koordinator Tim Penjaga Satwa JLC Misdianto mengatakan, pembentukan kelompok sangat penting sebelum pelepasliaran ke alam. Jika tak saling kenal, hewan endemis itu bisa saling serang.

Populasi lutung terus berkurang seiring penyusutan luas hutan dan aktivitas perburuan. Dalam pendataan pada 2010 oleh Aspinall di Jatim, mulai dari Gunung Lawu hingga Merubetiri, hanya dijumpai 2.700 lutung. Di sekitar Cuban Talun pada 2013 terdapat tidak lebih dari 41 ekor yang terdapat di alam bebas. (WER)

Sumber: Kompas, 18 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB