LIPI mengukuhkan penelitinya sebagai profesor piset pada Selasa (27/7/2021), yaitu Rudi Subagja, Sensus Wijonarko, Efendi, dan Danny Hilman Natawidjaja. Riset mereka mulai dari logam hingga kebencanaan.
KOMPAS/AHMAD ARIF—-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengukuhkan empat profesor riset baru, mayoritas di bidang rekaya dan teknologi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengukuhkan empat profesor riset baru, mayoritas di bidang rekayasa teknologi. Termasuk yang dikukuhkan adalah ahli gempa bumi Danny Hilman Natawijaya, satu-satunya dari empat profesor riset baru yang mendalami ilmu dasar kebumian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengukuhan dan pembacaan orasi profesor riset ini dilakukan secara daring pada Selasa (27/7/2021). Keempat profesor riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut ialah Rudi Subagja (ahli pengembangan teknologi pengolahan logam) dan Sensus Wijonarko (ahli instrumentasi hidrologi dari pusat penelitian fisika). Berikutnya, ahli gempa bumi dari Pusat Penelitian Geoteknologi Danny Hilman Natawidjaja dan ahli metalurgi dan teknologi Efendi.
Rudi Subagja menghasilkan 58 karya tulis ilmiah, sebanyak 12 di antaranya dalam bahasa Inggris, 6 dalam bahasa Jepang, dan sisanya dalam bahasa Indonesia. Dia juga menghasilkan sejumlah paten dalam teknik pengolahan logam.
”Indonesia kaya sumber daya mineral, tetapi minim pengetahuan dan kemampuan dalam pengolahannya,” katanya.
KOMPAS/AHMAD ARIF—–Rudi Subagja, ahli pengembangan teknologi pengolahan logam, saat membacakan orasi pengukuhannay sebagai profesor riset LIPI, Selasa (27/7/2021).
Dalam orasinya, Rudi menguraikan tentang rangkaian hasil-hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan, meliputi penelitian pemanfaatan ilmenit Indonesia menjadi titanium, penelitian pemanfaatan bijih nikel laterit kadar rendah Indonesia menjadi konsentrat dan logam nikel, serta penelitian pemanfaatan malasit menjadi logam tembaga.
Hasil dari kegiatan penelitian ini, menurut Rudi, diharapkan memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan kemandirian industri nasional. Selain itu, ia juga berharap risetnya membantu memecahkan masalah pemanfaatan dan peningkatan nilai tambah sumber daya mineral ilmenit, nikel laterit, dan malasit Indonesia.
Sementara itu, dalam orasinya, Sensus Wijonarko menjelaskan tentang pengembangan instrumentasi neraca air yang dapat mengambil keputusan sendiri secara otomatis untuk memantau dan membantu mengelola perubahan aktual di suatu kawasan. Instrumentasi ini bisa berguna untuk menambah persediaan air bersih, mengurangi pemakaian air bersih, mengolah air bekas pakai, dan mengatur jenis air sesuai peruntukannya.
KOMPAS/AHMAD ARIF—–Sensus Wijonarko, ahli instrumentasi hidrologi dari pusat penelitian fisika, membacakan orasi dalam pengukuhannya sebagai profesor riset LIPI, Selasa (27/7).
Instrumentasi neraca air ini, menurut Sensus, diharapkan dapat dihubungkan dengan sistem pemantau hidrometeorologi sebagai bagian dari Decision Making Support System (DMSS) dalam bidang hidrometeorologi. Dengan interkoneksi yang seperti ini, instrumentasi neraca air ini dapat membantu meningkatkan jaminan ketahanan air di kawasan yang dikelolanya, untuk berbagai aplikasi sejak dari hulu sampai hilir.
Efendi menghasilkan 112 karya tulis ilmiah dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dalam orasi pengukuhannya, dia memaparkan pengembangan paduan logam untuk komponen turbin dalam pembangkit listrik tenaga uap. Dia mendesain komposisi kimia dan struktur mikro paduan-super berbasis nikel kristal tunggal generasi baru berdasarkan interaksi unsur-unsur paduan pada suhu tinggi, yang dianggap lebih unggul.
KOMPAS/AHMAD ARIF—Ahli metalurgi Efendi saat orasi pengukuhannya sebagai profesor riset LIPI, Selasa (27/7/2021).
Orasi ini juga menyajikan permasalahan yang terjadi pada turbin gas dan turbin uap, perkembangan dan desain paduan-super berbasis nikel untuk aplikasi sudu turbin gas, serta perkembangan dan desain baja tahan karat untuk aplikasi sudu turbin uap. Hilirisasi hasil desain paduan-paduan ini untuk turbin pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dan tenaga uap (PLTU) di Indonesia juga disajikan dalam orasi Efendi.
Mitigasi bencana
Sementara itu, Danny Hilman menulis 77 publikasi ilmiah dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Danny yang aktif di Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATSI) dan sejumlah organisasi kebencanaan lain ini memulai orasinya dengan menjelaskan wilayah Indonesia yang terletak di antara lempeng tektonik aktif mempunyai aktivitas gempa yang sangat tinggi. Kondisi ini menjadi tantangan besar untuk pembangunan yang aman dari bencana alam.
Meski demikian, bidang riset (sesar) gempa yang sangat dibutuhkan untuk mitigasi bencana masih sangat kurang, bahkan di kalangan para ahli geologi dan geofisika karena hampir seluruh komunitas geosains menekuni sisi ekplorasi dan eksploitasi sumber daya alam.
”Setelah bencana Aceh tahun 2004, riset gempa dan tsunami mulai mendapat perhatian luas. Baru pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan UU kebencanaan yang menjadi tonggak pertama dalam mewajibkan mitigasi bencana alam,” kata Danny.
KOMPAS/AHMAD ARIF—-Pengukuhan Danny Hilman N sebagai profesor riset LIPI, Selasa (27/7/2021).
Menurut Danny, diperlukan riset yang sistematis dan komprehensif dalam skala nasional untuk memahami dan mengkaji lebih lanjut berbagai sumber dan potensi bencana. Tanpa pengetahuan dasar yang baik, usaha mitigasi akan kehilangan arah, tidak efektif, dan tidak tepat sasaran.
Danny mengatakan, riset sesar aktif sumber gempa di Indonesia mulai dikembangkan sejak awal tahun 90-an di wilayah Sumatera, kemudian diteruskan ke Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, dan Maluku. Hasil riset memperlihatkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia terancam bencana gempa dan tsunami. Hasil riset juga dapat merinci bahwa sistem sesar aktif sumber gempa di Indonesia berbeda-beda karakteristik dan jenis potensi bahayanya dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Karakter dan potensi sumber gempa dan tsunami yang spesifik untuk setiap wilayah membutuhkan penanganan mitigasi bencana yang juga harus dengan desain spesifik disesuaikan dengan kondisi sumber bencananya. Desain tersebut termasuk dalam hal materi pendidikan kebencanaan untuk masyarakat, desain program untuk menyiapkan masyarakat tangguh, dan juga desain sistem monitoring untuk peringatan dini-nya, tidak bisa asal-asalan. Inilah konsep mitigasi berbasis sains dan riset.
Kajian-kajian di bidang kebumian tentang sesar aktif ini, menurut Danny, sudah dipakai sebagai input untuk membuat peta-peta seismic hazard Indonesia yang dipublikasikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2010 dan 2017. Peta ini kemudian dipakai untuk membuat SNI Peraturan Konstruksi Tahan Gempa, yaitu SNI 1726-2012 dan terakhir SNI 1726-2019. Namun, hal ini belum mencakup mitigasi bahaya karena pergerakan di jalur sesar dan bahaya ikutannya.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 27 Juli 2021