Pola lingkaran misterius yang dikenal dengan istilah crop circle yang ditemukan di lahan pertanian di Sleman, Yogyakarta, perlu dibuktikan apakah itu ulah manusia, faktor alam, atau jejak UFO. Nyatanya, meski crop circle banyak ditemukan di sejumlah tempat di bumi ini, fenomena itu tetap menjadi teka-teki.
Kepala Laboratorium Hidrometeorologi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang juga Guru Besar Geografi UGM Sudibyakto, Senin (24/1), mengatakan, munculnya pola lingkaran misterius yang simetris di areal sawah Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, itu jangan serta-merta dihubungkan dengan benda terbang tak dikenal atau UFO. Perlu kajian lebih lanjut.
Menurut dia, pola crop circle, secara ilmiah dapat terjadi pada pusat pusaran angin puting beliung (zona depresi). Puting beliung di belahan bumi selatan, misalnya di Pulau Jawa, arah pusarannya searah jarum jam, sedangkan di belahan bumi utara arahnya berlawanan dengan arah jarum jam. Namun, crop circle di Sleman berpola simetris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta Tony A Wijaya berpendapat lain. Ia mengatakan, kemungkinan kejadian itu diakibatkan angin amat kecil sebab pola rebahan berbeda-beda.
Sementara itu, Kepala Program Studi Meteorologi ITB Plato Martuani Siregar mengatakan, pola geometris di tengah sawah itu kemungkinan disebabkan adanya angin turun yang bergerak melingkar hingga membentuk pola-pola geometris. Proses terjadinya angin turun sangat singkat, antara 2-3 jam.
Dosen Astronomi ITB lainnya, Taufiq Hidayat, menilai terlalu jauh mengaitkan munculnya lingkaran geometris di Sleman dengan kehadiran alien dan UFO. ”Lingkaran ini lebih berupa fenomena seni, ini buatan manusia,” ujarnya.
Melihat pola yang ada, Dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Ferry M Simatupang, mengatakan, pola itu pasti dibuat atau artifisial.
Menurut Ferry, memang ada sejumlah pengakuan pembuatan lingkaran simetris itu. Namun, jika dibandingkan dengan antara lingkaran simetris yang coba dibuat oleh manusia dan lingkaran simetris yang tidak diketahui pembuatnya, bedanya sangat jauh, seperti adanya lengkungan tanaman ataupun patahnya batang tanaman di sekitarnya.
Penyelidikan Lapan
Crop circle tergolong memiliki tingkat kerumitan tinggi. Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun, lingkaran itu sulit diwujudkan dalam waktu semalam oleh tangan manusia dan tanpa diketahui warga sekitar lokasi.
Sepengetahuannya, ini kejadian yang pertama di kawasan persawahan dan baru dilaporkan terjadi di Indonesia. Tahun 1980-an pernah ditemukan pada ladang jagung di Pacitan. Temuan serupa di Inggris dan Amerika Serikat berlokasi di ladang gandum yang kering.
Adi telah menunjuk Kepala Pusat Sain Antariksa Lapan Sri Kaloka untuk meninjau lokasi. Sri Kaloka yang dihubungi terpisah mengatakan akan membentuk tim dan akan berangkat ke lokasi pada Selasa ini.
Dalam penyelidikan di lapangan, jelas Sri, akan dilihat apakah ada tanda pada crop circle yang mengarah pada dua kemungkinan itu, yaitu ada batang patah atau rusak atau tanda hangus seperti terkena panas gelombang mikro.
Setiap muncul lingkaran geometris di tengah lahan pertanian langsung dikaitkan dengan adanya alien atau makhluk luar angkasa. Kondisi itu terjadi karena pola lingkaran yang muncul rumit, sangat simetris, terjadi dalam waktu sangat singkat, dan berlangsung di tempat gelap.
Pada 1991, Doug Bower dan Dave Chorley mengaku bertanggung jawab atas pola-pola geometris di tengah ladang di Inggris. Mereka membuat itu agar orang berpikiran bahwa alien pernah mendarat di tempat itu.
Kondisi ini membuat kolumnis LiveScience, Benjamin Radford, dalam tulisannya The World’s Greatest Hoaxes pada 19 Oktober 2009, menempatkan lingkaran geometris yang diduga dibuat alien sebagai salah satu kebohongan (hoax) besar di dunia.
(MZW/IRE/WKM/PRA, Oleh Yuni Ikawati)
———-
Minggu (23/1) pagi adalah hari Minggu biasa bagi Ngadiran, kecuali dia menemukan bahwa sebagian rumpun tanaman padinya roboh. Baginya, tak ada hal yang aneh.
Dia baru terkejut ketika menyaksikan warga mulai berdatangan dan mendaki Gunung Suru untuk melihat hamparan sawah dari atas.
Ngadiran adalah pemilik salah satu sawah dari tujuh sawah yang menjadi lokasi lingkaran misterius tersebut.
Gunung Suru adalah sebuah bukit kapur berketinggian 25 meter-30 meter di utara areal sawah Ngadiran dengan jarak sekitar 150 meter. ”Saya lalu mengecek sendiri (naik bukit) dan ternyata, kok, ada alur-alur di sawah,” kata Ngadiran. Sebelum ada pola itu, Sabtu lalu, ia mengaku tak ada angin kencang atau suara gemuruh.
Lingkaran misterius yang biasanya disebut sebagai crop circle—dengan diameter 60 meter-70 meter yang muncul di Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, yang pada Senin kemarin mengundang kehebohan—itu berada di atas tanah milik tujuh warga.
Kemenakan Ngadiran, Fachrurrozi (26), meyakini pola misterius itu bukan buatan manusia. Awalnya ia juga mengira lingkaran muncul akibat ulah binatang liar, seperti harimau. Dugaan itu sirna setelah ia menyaksikan pola dari atas Gunung Suru. Fachrurrozi segera memotret lingkaran misterius sebelum mengunggah gambar itu ke jejaring sosial Facebook.
Sangat rapi
Alur-alur berpola crop circle itu tercipta dari rumpun padi yang rebah. Rebahan rumpun setinggi satu meteran itu rapi. Tidak seperti bekas dipotong.
Gelombang warga kemarin menyerbu dusun tersebut. Ada yang langsung berbisnis: menjual foto ”lingkaran UFO” Rp 10.000 per lembar. Jejaring sosial Twitter dan Facebook langsung riuh dengan informasi dan foto lingkaran misterius itu.
Al Kautsar (19), mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung yang sedang berlibur di Yogyakarta, dan Roni (19), warga Kotagede, Yogyakarta, naik ke atas bukit. ”Saya tahu ada ini dari Facebook. Apa pun pendapat tentang ini, pola ini indah dan sepertinya presisi,” ujar Kautzar.
Kepala Desa Jogotirto Guntur Yoga Purnawan mengemukakan, beberapa hari sebelumnya tak ada angin kencang di areal sawah tersebut. Lokasi Jogotirto sekitar lima kilometer tenggara Bandara Adisutjipto.
Sejak kemarin pagi, garis batas polisi dipasang agar pola unik itu tidak dijamah warga. Kapolsek Berbah Ajun Komisaris I Mada Muliawan menegaskan, ia menanti pihak paling berwenang untuk menganalisis fenomena unik itu. Pihaknya tidak menemukan serpihan apa pun di sana.
Made belum bisa menyimpulkan apa pun. Ia mengatakan, kecil kemungkinan pola unik yang presisi ini dibuat manusia dalam waktu singkat. Pendapat senada juga dilontarkan Guntur.
Kepala Bagian Humas Pemkab Sleman Endah Sri Widiastuti mengatakan, pihaknya mempersilakan para ahli dari berbagai disiplin ilmu meneliti fenomena ini. ”Agar masyarakat mendapat jawaban logis dan ilmiah,” katanya. (IRE/WKM/PRA)
Sumber: Kompas, Selasa, 25 Januari 2011 | 04:18 WIB
————-
Geger ‘Alien’ di Persawahan Sleman
Garis polisi berwarna kuning-hitam melingkari persawahan Dusun Krasakan, Desa Jogotirto, Kabupaten Sleman. Di antara tanaman padi, terbentuk pola lingkaran teratur. Orang menyebut ini sebagai hasil karya alien atau makhluk luar angkasa, yang biasanya difantasikan mengendarai piring terbang atau unidentified flying object (UFO).
Ribuan orang mendatangi dusun itu setelah Tukiman, petani setempat, menemukan lingkaran berpola dengan diameter 30 meter pada Ahad lalu pukul 06.00 WIB. Agar bisa melihat lebih jelas, mereka memadati Bukit Suru, sekitar 200 meter dari lingkaran. Dari ketinggian bukit ini, terlihat motif lingkaran itu. Tampak di tengah lingkaran tergambar lingkaran kecil berbentuk segitiga, lalu lingkaran besar, hingga lingkaran paling besar.
Hamparan padi di sekitar 5 kilometer arah timur dari Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, itu tidak terpotong. Pola lingkaran itu terbentuk karena batang padi tumbang secara teratur.
Sehari sebelum “penampakan” ini, para petani seperti biasa mengawasi dan memberi pupuk di sawah tersebut. “Tidak ada suara atau kegaduhan pada malam sebelumnya,” kata Tukiman, salah satu warga.
Jejak pola lingkaran itu berada di sawah milik Daldiri, Djamsiyah, dan Warsidi. Ketiganya warga Jogotirto, Kecamatan Berbah.
Daldiri tidak percaya ada orang yang sengaja membuat tanamannya roboh. Ia juga tak percaya itu akibat angin kencang. Tumbangnya padi itu terlalu teratur jika akibat empasan angin. Maka orang-orang pun percaya bahwa ini akibat ulah makhluk luar angkasa yang datang dengan piring terbang (UFO).
Benarkah? “Bukan tidak percaya UFO, tapi belum yakin selama ini kita sudah kontak dengan makhluk luar angkasa,” ujar Kepala Observatorium Bosscha Hakim L. Malasan.
Hakim menduga pola lingkaran itu buatan manusia. Pendapat senada dilontarkan Thomas Djamaluddin, peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Menurut dia, pola-pola lingkaran teratur di tanah pertanian banyak dijumpai di luar negeri, terutama di Inggris.
Thomas menjelaskan, pada 1990-an, dua orang Inggris membuka rahasia lingkaran seperti itu sebagai karyanya. Mereka mempraktekkannya dengan menggunakan tali dan papan. Sebuah papan ditancapkan seperti tonggak sebagai pusat lingkaran. Lalu tali yang digantungi papan diputar mengelilingi tonggak tersebut. Radius lingkaran bergantung pada pengaturan letak papan. Pola garis lurus dan segitiga juga bisa dibuat dengan cara-cara kreatif ini. Nah, memang tak perlu UFO untuk menciptakan kehebohan seperti ini. MUH SYAIFULLAH | ANWAR SISWADI | BERNADA RURIT
Sumber: Koran Tempo, 25 Januari 2011