Limbah plastik bisa dikurangi dengan mengolahnya menjadi bahan bakar minyak solar. Hal tersebut bisa dimulai di sekolah. Sebab, siswa perlu dibiasakan dan diberi pemahaman untuk mengurangi limbah plastik.
Pendiri Komunitas Get Plastic, Dimas Bagus Wijanarko, mengatakan siswa sekolah dasar (SD) perlu mendapat pengetahuan bahwa Indonesia menjadi produsen sampah plastik kedua di dunia. “Mereka perlu diedukasi di sekolah bahwa sampah plastik perlu dikelola, salah satunya bisa diolah jadi solar,” kata Dimas, saat menjalankan Program Pengelolaan Sampah Plastik dan Alat Konversi Plastik di SDN 02 Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Selasa (2/10/2018).
SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Tetesan Bahan Bakar Minyak (BBM) solar yang diolah dari limbah plastik. Alat konversi plastik itu disediakan dalam Program Pengelolaan Sampah Plastik dan Alat Konversi Plastik di SDN 02 Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Selasa (2/10/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bekerja sama dengan PT SC Johnson and Son Indonesia, Get Plastic menyediakan alat konversi plastik jadi solar di SD itu. Dalam program tersebut, pihak sekolah didorong untuk mengelola sampah plastik yang dihasilkan oleh siswa dan guru di sekolah.
Awalnya siswa dan guru diberi pengetahuan tentang bahaya dan potensi sampah plastik. Selanjutnya, mereka diberi pelatihan memilah sampah plastik. Hal itu terwujud dengan memisahkan sampah plastik di tempat sampah berbeda. Selanjutnya, siswa dan guru dilatih mengoperasikan alat konversi plastik.
“Segala jenis plastik bisa diolah menjadi solar dengan alat tersebut, mulai dari kantong plastik, botol plastik, dan barang yang berbahan HDPE,” ujar Dimas.
Alat konversi itu berkapasitas lima kilogram kantong plastik. Plastik yang dimasukkan ke tabung dipanaskan dengan suhu 300-400 derajat celsius. Kurang dari satu jam, alat itu bisa menghasilkan satu liter solar. Dimas mengatakan, solar yang dihasilkan sudah diuji laboratorium dengan hasil yang sesuai standar solar yang beredar di Indonesia.
SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Alat konversi plastik menjadi solar yang ada di SDN 02 Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi diluncurkan pada Selasa (2/10/2018).
Melebihi kapasitas
Camat Muara Gembong, Junaefi, mengatakan Kabupaten Bekasi memiliki masalah sampah yang kompleks. Sampah di TPA Burangkeng melebihi kapasitas. Di Muara Gembong, sampah plastik kerap menumpuk di Sungai Ciliwung. “Sampah dari daerah lain terbawa aliran sungai dan kerap tersangkut di tepi Sungai Ciliwung di Muara Gembong. Semoga program ini bisa mengurangi sampah plastik, setidaknya di lingkungan sekolah,” katanya.
SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Limbah plastik dimasukkan ke dalam alat konversi.
Ia mengatakan, warga perlu dibiasakan agar tidak membuang sampah plastik rumah tangga. Dalam waktu dekat, pihak Kecamatan Muara Gembong akan fokus ke sekolah-sekolah. Sampah plastik yang terkumpul di sekolah akan dikirim ke SDN 02 Pantai Bahagia untuk diolah jadi solar. Hal itu diharapkan jadi cadangan solar untuk menghidupkan genset saat listrik sekolah padam.
Plant Manager PT SC Johnson and Son Indonesia, Agus Ruhiat, berharap solar yang dihasilkan bisa meringankan ongkos siswa saat naik perahu ke sekolah. Sebagian besar siswa di SDN 02 Muara Gembong pergi sekolah menaiki perahu. Untuk ongkos pulang pergi, mereka mengeluarkan biaya Rp 3.000.
“Ongkos ke sekolah jadi lebih murah, bisa setengah harga karena bahan bakarnya bisa disediakan sekolah,” ujar Agus.
SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Sebagian besar siswa SDN 02 Pantai Bahagia pulang dan pergi ke sekolah menggunakan perahu karena harus melintasi Sungai Ciliwung yang membelah Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Kepala SDN 02 Pantai Bahagia, Abdul Muin, berharap program ini bisa berjalan konsisten. Menurutnya sekolah menjadi tempat efektif untuk membentuk perilaku siswa lantaran sebagian besar waktu siswa dihabiskan di sekolah. “Harapannya siswa bisa menularkan kebiasaan itu ke orang lain di luar sekolah,” kata Abdul. (SUCIPTO)–EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 3 Oktober 2018