Setelah pesawat N219 berhasil terbang perdana, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional bersama PT Dirgantara Indonesia akan merintis pembuatan pesawat komuter versi baru, yaitu N245. Seremoni uji terbang N219 yang akan dilakukan saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2017 tersebut akan disaksikan Presiden.
Hal ini disampaikan Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, Kamis (2/3). Senin lalu, Thomas meninjau progres pembuatan prototipe N219 di PT Dirgantara Indonesia Bandung bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir.
Budi Santoso, Direktur Utama PT DI, saat menerima kunjungan tersebut, mengatakan, pesawat komuter N219 saat ini dalam tahap akhir pengujian, sebelum uji terbang perdana pada akhir April. “Dengan selesainya pembuatan prototipe N219, tenaga desain dan rancang bangun pesawat sudah dapat didayagunakan untuk memulai program N245,” ujar Budi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Gunawan Setyo Prabowo, ketika dihubungi kemarin, mengatakan, studi kelayakan N245 sudah ada, tetapi belum diluncurkan karena menunggu kepastian programnya. Skema pelaksanaan program ini kemungkinan besar mirip dengan N219, yaitu Lapan sebagai koordinator program.
Rencana pembuatan pesawat baling-baling ganda berpenumpang 45-50 orang sesungguhnya telah disampaikan Budi Santoso pertama kali di hadapan Presiden Joko Widodo saat National Innovation Forum pada 13 April 2015 di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Banten.
“Sebelumnya, saat berkunjung ke PT DI pada Maret 2015, Presiden menanyakan apakah PT DI bisa membuat pesawat komersial 50 penumpang,” ujar Gunawan.
Ia mengatakan, Presiden mengharapkan ada sarana transportasi antarpulau yang cocok untuk Indonesia yang terdiri dari banyak pulau kecil. Konektivitas antarpulau harus dapat mengatasi kesenjangan harga komoditas antara kawasan barat dan timur Indonesia. Salah satunya contoh harga semen di Jawa sekitar Rp 60.000 per zak, sedangkan di Papua bisa Rp 2,5 juta per zak.
Dalam kajian cepat PT DI dan Lapan, kata Budi, pesawat berkapasitas 50 penumpang dapat dibuat. Untuk rancang bangun pesawat itu, PT DI memanfaatkan kemampuan kapasitas yang ada.
Menurut Budi, pembuatan pesawat itu sekitar 70 persen akan berbasis pada fasilitas produksi CN235 yang telah ada. Tenaga kerja di PT DI juga telah menguasai teknologi pembuatannya. Karena itu, biaya pengembangan dapat ditekan hingga 20 persen dan waktu yang diperlukan relatif singkat, tiga tahun.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisjahbana menambahkan, pesawat N245 merupakan modifikasi pesawat CN235 sehingga bisa membawa 50 penumpang. Pesawat CN235 hanya mengangkut maksimum 42 penumpang.(YUN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “Lapan-PT DI Siapkan Pembuatan Pesawat N245”.