Sebanyak 57 guru dari Program Indonesia Cerdas dan 17 guru garis depan tiba di Kabupaten Lanny Jaya, Papua, untuk memulai tugasnya. Sebagian dari mereka hingga kini masih belum menuju lokasi mengajar karena belum tersedia tempat tinggal bagi guru.
Ke-17 guru garis depan telah tiba sejak dua pekan lalu di Wamena, Kabupaten Jaya Wijaya. Senin (27/7), mereka diberangkatkan dengan menggunakan kendaraan segala medan untuk menempuh 2,5 kilometer perjalanan menuju Tiom (ibu kota Kabupaten Lanny Jaya) dan sekolah-sekolah lain di distrik.
Sementara ke-57 guru dari Program Indonesia Cerdas asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), baru tiba di Wamena pada Senin kemarin. Mereka akan menambahkan 60-an guru dari program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan (SM3T) asal Universitas Negeri Medan yang telah setahun ini mengajar di Lanny Jaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Program mendatangkan guru dari luar seperti SM3T ini sangat membantu kami memenuhi kebutuhan guru. Kehadiran mereka juga membuat guru-guru asli dari daerah ini yang semula jarang mengajar, jadi malu kalau tidak datang. Kami harap ini diteruskan,” kata Aletinus Yigibalom, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran, di Tiom, Lanny Jaya, Selasa.
Program SM3T
Dalam program SM3T, pemerintah pusat memberikan bantuan biaya hidup Rp 2,5 juta per bulan serta prioritas untuk mengikuti pendidikan profesi guru. Di Lanny Jaya, pemerintah kabupaten memberikan lagi tambahan Rp 2,5 juta per bulan bagi tiap guru SM3T serta memasok kebutuhan beras dan tempat tinggal.
“Pemerintah kabupaten sangat memperhatikan kami, terutama masalah keamanan karena beberapa kali kejadian penembakan, kami langsung dievakuasi,” kata Jenopa Pardosi (25), guru bidang Fisika dan Matematika di SMP 2 Tiom dari program SM3T asal Universitas Negeri Medan. Kontrak guru ini bakal selesai Agustus 2015.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA–Elda dan guru garis depan lainnya mencuci pakaian sambil menunggu ditempatkan di lokasi mengajar di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Selasa (28/7). Belasan guru garis depan ditempatkan di Kabupaten Lanny Jaya untuk mengajar siswa sekolah dasar.
Aletinus mengatakan, peningkatan kualitas pendidikan anak-anak Lanny Jaya telah menjadi fokus kepala daerah setempat. “Pendidikan anak-anak ini investasi masa depan daerah,” katanya.
Sekolah unggulan
Selain program SM3T, pihaknya juga mengadakan sekolah unggulan di Tiom, Poga, dan Indawa yang bekerja sama dengan Surya Institute. Selain itu, pendidikan anak usia dini dan TK juga didatangkan dari Yayasan Hadasa.
“Kami juga membiayai 50 orang yang mau belajar di Australia di bidang kedokteran dan pilot. Karena pendidikan ini penting, kami habis-habisan saja,” ujar Aletinus.
Aletinus mengatakan, hingga kini pihaknya masih membutuhkan sekitar 200 guru bagi 145 TK, 60 SD, 23 SMP, dan 7 SMA serta 1 SMK. Namun kebutuhan guru ini masih belum terpenuhi karena pihaknya masih kesulitan menyediakan tempat tinggal bagi guru.
Seperti Ika Setya Yuniarti, guru garis depan yang akan mengajar di SD Inpres Gimbuk, hingga kini belum bisa ke lokasi mengajar karena ketiadaan tempat tinggal. Pihak pemda sedang mencarikan lokasi.
“Informasinya ada rumah bisa dipakai saya tinggal, ini lagi tunggu kepastiannya,” kata Ika yang pernah mengikuti program perdana SM3T 2011-2012 di Ende, NTT.
Program Indonesia Cerdas
Secara terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya Christian Sohilait mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya secara resmi mengirim 50-an tenaga pengajar ke sejumlah kecamatan terpencil. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Program Indonesia Cerdas demi menurunkan angka buta huruf di Lanny Jaya.
“Para pengajar merupakan lulusan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka akan bertugas selama setahun di beberapa kecamatan di bagian selatan Lanny Jaya, seperti Balingga, Tinggipura, Wanungga, dan Kuyawage,” kata Christian Sohilait, saat ditemui seusai kegiatan pelepasan 50 guru di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Selasa kemarin.
Christian menuturkan, para tenaga pengajar akan bertugas di 20 sekolah. Setiap sekolah akan ditempatkan tiga tenaga pengajar. “Mudah-mudahan dengan kegiatan ini akan menurunkan 50 persen angka buta huruf di Lanny Jaya yang mencapai sekitar 30.000 orang,” harapnya.(ICH/FLO)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juli 2015, di halaman 11 dengan judul “Lanny Jaya Terus Datangkan Guru”.