Kontribusi para peneliti Indonesia pada pengembangan ilmu secara internasional masih rendah. Hal ini, antara lain, disebabkan minimnya karya ilmiah peneliti Indonesia pada jurnal-jurnal internasional.
Sebagai perbandingan, artikel ilmiah yang disumbangkan ilmuwan Singapura sekitar 10.000 artikel per tahun, Thailand 5.500, dan Malaysia 3.500. ”Adapun Indonesia belum mencapai 1.000 artikel per tahun,” kata Prof Mien A Rifa’i dari anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dari Pusat Penelitian Nasional Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Seminar Hak Cipta dan Penerbitan Jurnal di Jakarta, Selasa (22/6).
Ia mengatakan, situasi jurnal ilmiah di Indonesia banyak kelemahan, antara lain tirasnya sangat rendah, hanya sekitar 300 eksemplar, tidak dilanggani perpustakaan utama, tidak dijadikan acuan mahasiswa, hanya menggunakan bahasa Indonesia, dan tidak dikelola profesional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prof Riris K Toha Sarumpaet, Guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, mengatakan, etika dalam penelitian serta pengutipan karya ilmiah di kalangan akademisi masih lemah. Padahal, kejujuran dan etika dalam dunia akademis merupakan hal yang utama. (THY)
Sumber: Kompas, Rabu, 23 Juni 2010 | 04:38 WIB