Kontes Robot Nasional; Pesta Para Mahasiswa Teknik

- Editor

Jumat, 10 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rasanya tak ada hajatan mahasiswa bidang teknologi semeriah Kontes Robot Indonesia (KRI). Kemeriahan, kerja keras, kreativitas, semangat berkompetisi, dan kerelaan membagi kemampuan bercampur dalam lomba tahunan itu.

Bagi mahasiswa penggemar sekaligus pembuat robot, kemampuan mereka tak hanya untuk diri sendiri. Di balik keunggulan dan kemenangan, ada niat mulia. Mereka bersedia membantu tim lain agar bisa berkembang bersama. Di akhir kompetisi para mahasiswa saling berbagi kemampuan. “Ini yang terjadi di KRI. Kami bisa sama-sama belajar,” ujar Hariyanto, peserta KRI dari Universitas Indonesia.

Jadilah kompetisi bernama Kontes Robot Nasional 2016 ini bak pesta teknologi ala mahasiswa apa pun jurusannya. Kali ini ratusan mahasiswa yang tergabung dalam 114 tim dari 52 perguruan tinggi swasta dan negeri mendapat dukungan tak kurang dari 2.000 penonton. Sebagian penonton tidak lain kawan kuliah mereka sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Suasana lomba di Mal Pakuwon Trade Center Surabaya pada 1-4 Juni tersebut terasa meriah. Tribune penonton selalu penuh sehingga tak mampu menampung mahasiswa. Beruntung panitia, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), menyediakan layar lebar di luar arena pertandingan untuk nonton bareng.

Dalam KRI 2016 ada lomba untuk lima divisi, yakni Kontes Robot ABU Indonesia, Kontes Robot Pemadam Api, KRPAI Beroda, Kontes Robot Seni Tari Indonesia, dan Kontes Robot Sepak Bola Indonesia. Di luar itu, ada hal yang baru, yakni ekshibisi Robot Soccer Beroda. Para peserta merupakan juara di empat kompetisi tingkat regional (PTN dan PTS se-Indonesia dibagi dalam empat regional).

Berdebar-debar
Panitia menyediakan tempat paling besar dan lapang di tengah arena pertandingan untuk Kontes Robot ABU yang menampilkan dua jenis robot. Yang besar hybrid-robot, yakni robot yang mendorong robot kecil (eco-robot) dengan tenaga angin. Robot kecil membawa propeler (kipas) untuk membuat kincir angin. Hybrid-robot harus mengambil kipas itu lalu memasangnya di ujung tiang setinggi sekitar 3 meter.

Penonton dibuat terpukau melihat gerakan mereka. Sebab, robot kecil harus melalui jalan naik, berliku, lalu turun. Sementara robot besar tak hanya harus mendorong robot kecil, tetapi juga harus bisa mengambil kipas, naik ke tiang untuk memasang kipas, kemudian kembali ke tempat. Sepertinya mudah mengambil propeler dari robot kecil, atau memasang propeler ke tiang, padahal tak demikian.

Ada robot di babak awal lancar bertugas, tetapi di perdelapan final mereka “mogok”. Tim tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi jika lawan dengan cepat melakukan tugas.

Nama Robot ABU mengacu pada jenis lomba yang diadakan oleh The Asia-Pacific Robot Contest (ABU Robocon). Pemenang pertama kontes ini akan mewakili Indonesia ke kontes tersebut di Bangkok pada awal Agustus nanti. Tim Robot ABU dari PENS menjadi juara pertama.

Robot menari
Sekalipun robot, ia mampu bergerak luwes. Pergerakan para robot pemain sepak bola tampak menggemaskan. Mereka pintar menggiring bola walau sering kali jatuh sendiri.

Robot-robot itu juga bisa membedakan gawang sendiri dan gawang lawan. “Tahun kemarin banyak gol bunuh diri karena robot tak bisa membedakan gawang sendiri dan gawang lawan,” kata Aldi, mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Negeri Jember. Ia datang bersama 20-an kawannya untuk menyemangati tim dari universitasnya.

Bagian kompetisi yang tak kalah menarik adalah robot menari Topeng Betawi. Mahasiswa pembuatnya berhasil membuat robot yang luwes menari dan melakukan gerakan variatif.

Tim Robot Seni Tari dari PENS yang memenangi lomba itu menyiapkan dua robotnya selama sembilan bulan. Menjelang lomba mereka setiap malam sampai pagi harus kerja keras untuk membuat program dan lainnya. “Kalau sudah di panggung, kami pasrah total. Tetapi, setelah menang, syukur banget,” kata Fahmi Kusuma, anggota tim.

Ketua Dewan Juri RKI 2016 Wahidin Wahab menilai, kini karya mahasiswa lebih inovatif. Bahkan, robot seni tari sangat dinamis dan mampu bergerak dengan sinkron. Robot sepak bola juga semakin sempurna karena bisa mendeteksi lawan main sehingga tak sering terjadi gol bunuh diri. (ETA/TRI)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Juni 2016, di halaman 36 dengan judul “Pesta Para Mahasiswa Teknik”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB