Konsumsi secangkir kopi secara rutin ternyata tidak hanya bisa membuat suasana hati lebih baik, tetapi juga membantu mengatasi obesitas dan diabetes melitus. Hal itu disebabkan konsumsi minuman yang mengandung kafein itu menstimulasi lemak cokelat yang berperan dalam membakar kalori.
Ilmuwan dari University of Nottingham menemukan bahwa mengonsumsi secangkir kopi dapat menstimulasi lemak cokelat, yang merupakan pertahanan terhadap lemak dalam tubuh, dan menjadi kunci mengatasi obesitas serta diabetes.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Kopi arab tersaji menjelang buka puasa di Masjid Layur atau Masjid Menara di Kampung Melayu, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara, Semarang, Jawa Tengah, Senin (27/5/2019). Kopi arab merupakan minuman khas kopi yang direbus dengan aneka rempah-rempah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama ini kopi dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan mulai dari tengkes (stunting) atau kurang gizi kronis hingga meningkatkan risiko menderita penyakit jantung. Namun, menurut artikel yang dimuat dalam situs mayoclinic, studi menunjukkan, kopi memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan dan tidak terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung ataupun kanker.
Faktanya, beberapa studi menemukan kaitan antara konsumsi kopi dan penurunan kesakitan serta risiko kematian karena penyakit kardiovaskular, meski kesimpulan itu masih diragukan pada kelompok masyarakat berusia lebih muda yang minum kopi dalam jumlah banyak.
Beberapa studi juga menunjukkan, konsumsi kopi memiliki beberapa manfaat kesehatan, termasuk melindungi dari penyakit parkinson, diabetes tipe dua, dan penyakit hati, termasuk kanker hati. Kopi juga diyakini memperbaiki fungsi kognitif dan menurunkan risiko mengalami depresi.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Warga bercengkerama sembari minum kopi di kampung Liur, Desa Rana Mese, Kecamatan Sambi Rampas, Manggarai Timur, NTT, Minggu (11/2/2018). Kopi menjadi salah satu sarana untuk mengkrabkan antar warga di Kampung Liur yang majemuk agamanya sekaligus bermanfaat bagi kesehatan.–KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Menurunkan risiko obesitas
Studi terbaru yang dipublikasikan Jumat (28/6/2019), di jurnal Scientific Reports, merupakan pertama kali dilakukan manusia untuk menemukan komponen yang dapat memiliki efek langsung terhadap fungsi lemak cokelat, bagian penting tubuh manusia yang berperan penting dalam membakar kalori dengan cepat sebagai energi.
Brown adipose tissue (BAT) yang juga dikenal sebagai lemak cokelat, merupakan satu dari dua jenis lemak yang ditemukan dalam tubuh dan mamalia lainnya. Awalnya, itu hanya dikaitkan dengan bayi dan mamalia yang mengalami hibernasi, tapi dalam beberapa tahun terakhir ini terungkap bahwa manusia dewasa juga dapat memiliki lemak cokelat.
Sejauh ini, lemak cokelat berperan penting untuk menghasilkan panas tubuh dengan membakar kalori (berlawanan dengan lemak putih yang merupakan hasil dari menyimpan kalori yang berlebih). Seseorang dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih rendah cenderung memiliki kadar lemak cokelat lebih tinggi.
Prof Michael Symond dari Sekolah Kedokteran di University of Nottingham, yang turut memimpin studi itu, sebagaimana dikutip dalam sciencedaily, Jumat (28/6/2019), menyatakan,” Lemak cokelat bekerja dengan cara berbeda dengan lemak lain di tubuh Anda. Lemak cokelat memproduksi panas dalam tubuh dengan membakar gula dan lemak, serta kerap merespons terhadap dingin.”
Peningkatan aktivitas lemak cokelat memperbaiki pengendalian gula darah sebagus memperbaiki level lipid darah dan mampu membakar kalori yang berlebih untuk menurunkan berat badan. Meski demikian, belum ada yang menemukan cara untuk mendorong aktivitas tersebut pada manusia.
“Ini merupakan studi pertama kali pada manusia yang menunjukkan secangkir kopi bisa memiliki efek langsung pada fungsi lemak cokelat dalam tubuh kita. Ini amat bagus, karena obesitas menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan peningkatan epidemi diabetes. Keberadaan lemak cokelat dapat berpotensi menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah itu,” ujarnya.
DOKUMENTASI ICE 2019–Para barista bersaing meracik minuman kopi pada ajang Indonesia Coffee Event (ICE) 2019, Rabu (16/1/2019) di Bandung.
Tim peneliti memulai riset dengan serangkaian studi sel punca untuk melihat apakah kafein akan menstimulasi lemak cokelat. Ketika mereka menemukan dosis tepat, studi pun dilakukan terhadap manusia untuk melihat apakah itu bisa memberi hasil serupa. Tim peneliti menggunakan teknik pencitraan termal, yang mereka rintis, untuk melacak cadangan lemak cokelat tubuh.
Teknik non invasif membantu tim peneliti menemukan lemak cokelat dan menilai kapasitasnya untuk memproduksi panas tubuh.
“Dari riset sebelumnya, kami mengetahui bahwa lemak cokelat terutama terletak di daerah leher, sehingga kami dapat menggambarkan langsung dampaknya setelah mereka minum untuk melihat apakah lemak cokelat meningkatkan panas tubuh,” kata Symond.
Hasil riset itu positif dan tim peneliti kini perlu memastikan bahwa kafein merupakan salah satu komponen dalam kopi yang berperan sebagai stimulus atau apakah ada komponen lain yang membantu dengan aktivasi lemak cokelat. Tim peneliti kini memantau suplemen kafein untuk menguji apakah memiliki efek serupa.
Setelah tim peneliti mengonfirmasi komponen yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut, itu berpotensi digunakan sebagai bagian dari pengelolaan berat badan atau sebagai bagian dari program pengaturan glukosa untuk membantu mencegah diabetes.–EVY RACHMAWATI
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 29 Juni 2019