Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Balai Konservasi Kebun Raya Bogor membuat program baru untuk konservasi keanekaragaman hayati di lokasi tambang. Program tersebut sebagai tahapan lanjutan dari reklamasi tambang.
Kolaborasi tersebut dilakukan atas permintaan salah satu perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur, PT Indo Tambangraya Megah (ITM), untuk mengaplikasikan program rehabilitasi dengan pendekatan konservasi keanekaragaman hayati di lokasi tambang.
“Prosesnya nanti, tanaman yang langka baik lokal maupun umun kami ambil dan kami jaga. Jadi, pada saat aktivitas tambang selesai, tanaman tersebut bisa ditanam kembali,” ujar Ketua UPT Balai Konservasi Kebun Raya Purwodadi R Hendrian yang ditemui di Jakarta, Rabu (9/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Program yang dimulai sejak 2010 itu sudah mengumpulkan 603 jenis tumbuhan langka di hutan. Salah satu jenis yang paling langka ialah Bullbophyllum Beccarii, yakni anggrek hijau kalimantan. Jenis itu hanya bisa tumbuh di hutan tropis Kalimantan.
“Jadi, pada saat proses reklamasi, tidak hanya tanam pohon, tetapi kami juga berusaha untuk mengembalikan fungsi hutan seperti awal sebelum ditambang. Meskipun tidak akan menyerupai, kami berusaha,” kata Hendrian.
Manajer PT ITM Puji Rahardian mengatakan, program ini dilakukan tahun 2010 pada 5,6 hektar lahan pasca tambang di Barito. Kemudian tahun 2012 di lokasi Indominco Mandiri pada lahan seluas 4 hektar.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS–Truk-truk berukuran besar melintas di areal tambang batubara di wilayah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Rabu (18/2). Sistem penambangan terbuka yang diterapkan perusahaan-perusahaan tambang batubara di Kalsel menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Luas bukaan tambang di Kalsel mencapai 685.000 hektar. Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Balai Konservasi Kebun Raya Bogor membuat program baru untuk konservasi keanekaragaman hayati di lokasi pasca tambang.
“Saat ini kami masih terus memonitor perkembangan tumbuhan-tumbuhan tersebut. Mereka sudah bertumbuh dengan baik,” ujarnya.
Puji menambahkan, tidak semua lokasi pasca tambang dapat langsung ditanami tumbuhan langka yang sebelumnya dialih tanam di nursery. Sebelum ditanam kembali di lahan bekas tambang, kondisi tanah harus diperiksa terlebih dahulu kesiapannya.
“Mulai dari kandungan logam, pH (kadar keasaman) tanah, dan lain sebagainya. Kalau itu siap, baru kami tanam,” kata Puji.
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Didik Widyatmoko mengatakan, untuk mengembalikan fungsi hutan setelah dieksplorasi dan dieksploitasi sangat sulit. “Ini merupakan upaya, daripada tidak melakukan sesuatu,” katanya.
Rehabilitasi hutan, menurut Didik, tidak hanya menanam kembali pohon-pohon yang di lahan yang rusak, tetapi juga mengembalikan fungsi hutan yang lumpuh setelah ditambang. “Banyak jaringan kehidupan lumpuh setelah dirusak, jadi harus bisa dikembalikan lagi. Inventarisasi tumbuhan sebelum ditambang penting untuk dilakukan, apalagi di hutan-hutan yang memiliki ciri khas,” katanya.
Sayang, kelengkapan ekosistem pada hutan tidak seimbang dengan proses eksploitasi dan eksplorasi tambang. Program ini hanya ditujukan untuk konservasi tumbuhan, bukan pada hewan.
“Kami hanya melakukan yang sesuai bidang kami, untuk fauna belum bisa dilakukan,” ujar Hendrian.(B09)
Sumber: Kompas Siang | 9 September 2015