Aplikasi aneka kebutuhan sebagai bisnis menjadi peluang yang makin menarik banyak pengembang (developer) digital. Pekan lalu, 13 perusahaan pemula (startup) lokal Indonesia mengikuti pelatihan bersama Google untuk mengembangkan beragam aplikasi, lewat kegiatan bernama Google Launchpad Week di Jakarta.
Program yang pertama kali diselenggarakan di Asia Tenggara itu melibatkan lebih dari 30 mentor. Indonesia menjadi negara penting di Asia setelah India yang diberikan akses Google berupa sumber-sumber, konten daring (online), bimbingan, dan pelatihan yang memungkinkan perusahaan-perusahaan pemula (startups) tersebut fokus pada pembangunan, distribusi, dan monetisasi aplikasi. Untuk pertama kali, Google mengadakan Launchpad Week di Indonesia dan wilayah Asia Tenggara.
Launchpad Week adalah program preinkubasi untuk perusahaan pemula yang difokuskan pada strategi produk, teknologi, pemasaran, pengembangan bisnis, sampai keterampilan presentasi seputar dunia digital. Kegiatan ini menjadi semacam pusat pelatihan (bootcamp), bagi perusahaan pemula yang digelar seminggu penuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ada 13 perusahaan pemula yang terpilih mengikuti acara. Mereka disaring dari 140 perusahaan startup yang mendaftar dan mendapat rekomendasi awal. Sementara mentornya, selain dari Indonesia, juga dari Malaysia, Singapura, dan India.
Bidang yang dikembangkan ke-13 perusahaan pemula itu juga beragam, mulai dari kesehatan, keuangan, pariwisata, pengiriman barang, belanja, sampai perbengkelan.
Di ujung acara, ke-13 perusahaan pemula itu mempresentasikan aplikasi yang dikembangkan di depan empat juri yang akan menilai kelayakan aplikasi tersebut sebelum dilempar ke pasar. Para juri adalah Veronica Utami (Head of Marketing Google Indonesia), Eunice Sari (akademisi dan co-founder Uxindo.com), Yansen Kamto (CEO Kibar), dan Sanny Gaddafi (technopreneur).
Kukuh Nomikusain, pengembang dari perusahaan Lunasin, mempresentasikan aplikasi yang bisa dipakai untuk mengatur pembayaran utang. Perusahaan pemula ini punya tagline menohok “Pay your debt, now!”
KOMPAS/INGKI RINALDI–Sejumlah aktivitas dalam kegiatan Google Launchpad Week di Art:1 New Museum, Jakarta, Jumat (13/11).
Aplikasi yang dirancang untuk membantu orang-orang membayar utang ini mengundang gelak tawa para juri. Namun, mereka memuji solusi sederhana untuk persoalan mendasar yang banyak menimpa orang, yaitu soal utang piutang. Membayar dan menagih utang kerap berujung pada terancamnya hubungan personal di antara para pihak. “Bagaimana kalau kita buat gerakan Indonesia Berutang,” seloroh Yansen, yang terpesona dengan aplikasi itu dan melihat potensi bisnis di baliknya.
Kukuh menambahkan, pembuatan aplikasi itu diawali pengalaman bisnis seorang rekan mereka yang berutang relatif besar. “Bisnisnya tidak terlalu bagus, cash flow tidak lancar. Ternyata masalahnya adalah pengelolaan utang yang tidak lancar,” kata Kukuh, mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ia lalu bercerita aplikasi tersebut telah menang dalam ajang Indonesia Banking Expo 2015 Hackathon, September lalu. Setelah menciptakan aplikasi itulah, Kukuh baru bergabung ke Lunasin sebulan setelahnya, mengisi posisi sebagai pengembang. Aplikasi itu juga yang dia siapkan ketika mengikuti seleksi Google Launchpad Week.
Menurut Kukuh, pelatihan Google Launchpad Week sangat berguna bagi perusahaan tempatnya bekerja. “Model bisnis kami ternyata tidak cukup jelas. Nah, pada kesempatan mentoring ini kami lalu difokuskan,” kata Kukuh.
Hal sama dirasakan Bening Rara, Chief Promotion & Host Engagement Go Archipelago. Dia bersama sejumlah rekannya menawarkan pengalaman berbeda dalam berwisata dengan turut mengajak pengunjung membantu memberikan solusi terhadap sejumlah persoalan penduduk di lokasi wisata.
Menurut Bening, hal utama yang diperolehnya selama mentoring adalah keutamaan melakukan riset. “Bisnis bagus selalu didasarkan pada riset, bukan pada asumsi,” katanya.
Riset, validasi, cek ulang, dan terus begitu. Selain hal itu, problem lain yang dirasanya mulai bisa diretas selama sesi mentoring tersebut adalah mengomunikasikan ide. Lewat mentoring, Go Archipelago kini lebih fokus dalam menjual konsep dan program wisatanya, dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku industri pariwisata. “Kami menjadi lebih fokus pada kekuatan utama program yang kami jual. Misalnya, kami membuat program yang mengajak wisatawan berkunjung ke workshop pembuat mainan tradisional,” katanya.
Konsep wisata yang melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku industri wisata menempatkan Go Archipelago sebagai satu dari tiga peraih predikat pitching terbaik.
Perusahaan lain, Paket ID, terpilih karena membuat aplikasi yang dapat membantu para penjual daring menghemat waktu dalam pengiriman dengan membiarkan mereka memesan pengiriman secara daring. Sementara Rumah Bengkel terpilih karena aplikasi pemesanan untuk melayani dan memelihara kendaraan.
Perusahaan pemula lain yang ikut mentoring, Obralindo, Elitics Technologies, LabConX, Qiimee, Veryfund, Rekreasy, Joobelee, GetVet, dan Asuransi 88 mempresentasikan aplikasi yang bisa mendapatkan pasar yang baik ketika dijual. Mereka diharapkan membesar, mandiri, dan percaya diri dalam menembus persaingan global. Bahkan bukan tidak mungkin, bisa mengungguli inkubatornya. (INGKI RINALDI)
—————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 November 2015, di halaman 26 dengan judul “Mencari Peluang Lewat Aplikasi”.