Perguruan tinggi di Indonesia dituntut meningkatkan produktivitas dan kualitas riset guna menuju universitas kelas dunia. Riset dan inovasi yang sudah mendapat paten juga didorong untuk berlanjut hingga tahap komersialisasi.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Ismunandar, mengatakan, ada tiga jenis riset yang didorong. Pertama adalah riset dasar, lalu riset terapan, dan terakhir riset pengembangan. Termasuk di dalam riset terapan yakni terkait hak cipta dan paten.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Guru besar Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Muhammad Nur (kiri) menunjukkan mesin Medical Ozone di Pusat Penelitian Plasma (CPR) Undip, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019). Alat itu itu menghasilkan ozon dari oksigen murni, yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati luka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Paten terus kami dorong. Namun, tantangannya bagaimana paten itu laku atau berhasil menjadi produk komersial,” ujar Ismunandar, di sela-sela Dies Natalis Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Selasa (15/10/2019).
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Ismunandar, di Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/10/2019).
Ismunandar menambahkan, inovasi yang sudah mendapat paten artinya telah dilindungi hukum. Namun, perlu ada penguatan agar produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, hingga akhirnya menjadi produk komersial.
Rektor Undip Yos Johan Utama, menuturkan, kesiapan teknologi menjadi penting untuk membuat paten dapat berlanjut hingga menjadi produk komersial. Selain itu, perlu berbagai kemudahan dari pemerintah untuk komersialisasi. Ini penting karena juga menyangkut daya saing.
Undip memiliki berbagai inovasi yang menjawab berbagai permasalahan di masyarakat, seperti tangan robot, teknologi penghasil ozon, dan pengisi daya bertenaga cahaya
Menurut Yos, Undip memiliki berbagai inovasi yang menjawab berbagai permasalahan di masyarakat, seperti tangan robot, teknologi penghasil ozon, dan pengisi daya bertenaga cahaya. “Namun, kerap kali terhambat terkait izin edar, birokrasi dan lainnya,” kata dia.
Yos pun berharap, ada kajian bersama sehingga berbagai hambatan birokrasi tak lagi menjadi penghalang. Sebab, hal tersebut menjadi salah satu pendukung agar Indonesia dapat meningkatkan daya saing dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara seperti Taiwan dan Korea Selatan.
Pendaftaran hak kekayaan intelektual dari Undip terus meningkat. Pada 2015, hanya ada 5 pendaftar. Sementara pada 2019, hingga Oktober, telah terdapat 194 pendaftar. Sertifikat yang diterima pada 2019 pun telah mencapai 180 sertifikat, terdiri dari paten, paten sederhana, software, dan hak cipta.
Perangkingan dunia
Menristekdikti, Mohamad Nasir, dalam orasi ilmiah yang dibacakan Ismunandar, menuturkan, riset merupakan komponen utama dalam perangkingan perguruan tinggi yang ada di dunia. Karena itu, publikasi internasional perlu terus dipacu agar daya saing perguruan tinggi meningkat.
“Bagaimana kita meningkatkan produktivitas dan kualitas riset dan sitasi. Riset bisa mendukung perguruan tinggi masuk dalam kategori kelas dunia. Di Kemristekdikti, kami berkomitmen untuk mendukung riset dengan menggunakan tingkat kesiapan terapan,” ujar Nasir.
Ia menambahkan, pelayanan kepada masyarakat juga menjadi penting sebagai bagian dari pelayanan prima di era revolusi industri 4.0 atau generasi keempat. Kreativitas dan kegiatan kewirausahaan yang berdampak langsung pada masyarakat harus terus ditingkatkan.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA–Kiri ke kanan: Wakil Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro Esmi Warassih Pudjirahayu, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Ismunandar, Rektor Undip Yos Johan Utama, Sekda Jawa Tengah Sri Puryono, dan Ketua Senat Akademik Undip Sunarso, pada Dies Natalis ke-62 Undip, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/10/2019).
ADITYA PUTRA PERDANA
Editor CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Sumber: Kompas, 15 Oktober 2019