Hasil Penelitian Tak Sampai ke Petani
Komersialisasi benih kualitas unggul hasil penelitian di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian tidak berjalan. Hal itu terjadi karena tumpang tindih kewenangan antara Balitbang Pertanian dan produsen benih BUMN.
Hal itu disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Sabtu (22/11), seusai berkunjung ke perusahaan benih BUMN PT Sang Hyang Seri (Persero) dan Balai Penelitian Padi, di Subang, Jawa Barat. Menurut Amran, produktivitas tanaman padi tingkat penelitian tinggi, bisa 8 ton sampai 10 ton gabah kering giling. Namun, di tingkat petani produktivitasnya rendah, bahkan bisa hanya separuhnya.
Yang terjadi, lembaga penelitian menghasilkan banyak varietas padi kualitas unggul dengan produktivitas tinggi. Namun, benih unggul itu tidak sampai ke tangan petani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika Amran mengecek, ternyata selain memproduksi, produsen benih BUMN juga meneliti. ”Ini yang tidak sinkron. Seharusnya produsen benih BUMN hanya fokus memproduksi benih yang dihasilkan Balitbang Pertanian Kementan,” jelasnya.
Amran mengungkapkan betapa lambatnya adopsi teknologi benih hasil penelitian Balitbang Kementan. Banyak varietas baru benih padi dihasilkan, bahkan mempunyai karakter yang spesifik. Namun, benih-benih unggul itu tidak sampai ke petani.
Amran mencontohkan, hingga sekarang benih padi varietas Ciherang menguasai 40 persen pangsa pasar benih padi nasional. Padahal, benih itu sudah diperkenalkan puluhan tahun lalu. Ia menegaskan, ke depan produsen benih BUMN, seperti PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani, hanya memproduksi benih padi yang dihasilkan Balitbang Kementan. Dengan cara itu, benih hasil penelitian diharapkan banyak yang sampai ke petani.
Selain menyinkronkan Balitbang Pertanian dengan produsen benih BUMN, pihaknya juga akan mengembangkan 1.000 desa mandiri benih melalui kerja sama dengan petani penangkar. Dengan pola itu, pangsa pasar benih padi kualitas unggul diharapkan semakin meningkat sehingga berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan produksi padi nasional.
Amran mengatakan, produsen benih BUMN mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, pola penyaluran benih bersubsidi akan dilakukan dengan cara penunjukan langsung.
Menunggu perpres
Pemerintah juga akan menyalurkan 7.000 alat dan mesin pertanian (alsintan), seperti traktor tangan, kepada petani di 12 provinsi sentra produksi beras nasional. ”Kami menunggu peraturan presiden sebagai payung hukum pengadaan dan penyaluran benih melalui penunjukan langsung serta pengadaan dan penyaluran 7.000 alsintan. Kami harapkan dalam minggu ini bisa selesai,” kata Amran.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso, Bulog siap menampung produksi padi petani. Jika peningkatan produksi beras besar, pengadaan beras Bulog juga akan meningkat signifikan. Pengawalan penanaman padi yang baik berdampak signifikan terhadap peningkatan produksi padi. Sarana produksi pertanian, seperti benih, pupuk, dan obat-obatan, harus tepat waktu dengan kualitas baik. Deteksi dini serangan hama dan penyakit juga penting. (MAS)
Sumber: Kompas, 24 November 2014