Kolaborasi Jamin Keberhasilan Penelitian

- Editor

Rabu, 1 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keberhasilan suatu inovasi tidak hanya soal ide orisinal dan hasil penelitian. Tapi juga sejauh mana bisa diaplikasikan menjadi sebuah produk yang berkelanjutan dan bisa dipasarkan ke seluruh dunia.

Untuk menjamin hasil inovasi tidak jatuh ke jurang kematian teknologi, suatu ide penelitian harus mampu melewati berbagai tahapan hingga menjadi produk yang mendunia. Hal itu tidak bisa dilakukan sendirian. Perlu kolaborasi intensif seluruh pemangku kepentingan.

Hal tersebut dikemukakan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam webinar bertopik ”Unlocking Innovation in Food Technology: Nutrition and Wellness”, Selasa (30/6/2020) siang di Jakarta. Webinar diselenggarakan Sekolah Bisnis IPMI bekerja sama dengan IPB University, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Kalbe Farma dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Ketua Komisi Ilmu Rekayasa AIPI yang juga Direktur Eksekutif Sekolah Bisnis Internasional IPMI, Prof M Aman Wirakartakusumah, sebelum ada vaksin dan obat untuk Covid-19, yang bisa dilakukan masyarakat adalah meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan bantuan pangan sehat dan herbal.

Ini menjadi tantangan bagi Indonesia yang kaya dengan tanaman herbal dan sumber pangan. Sejauh mana mampu menangkap peluang lewat inovasi pangan dan gizi. Apalagi saat ini ada Konsorsium Percepatan Penanganan Covid-19. Berbagai penelitian difasilitasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) dan BPPT.

Staf Ahli Bidang Relevansi dan Produktivitas Kemenristek/BRIN, Ismunandar, memaparkan, pengembangan inovasi teknologi untuk merespons Covid-19 dilakukan dalam 4 kelompok tim konsorsium riset dan teknologi, yakni pencegahan, obat dan terapi, skrining dan diagnosis, serta alat kesehatan dan pendukung.

Kelompok inovasi teknologi terkait pencegahan, antara lain melakukan penelitian tanaman obat untuk imunomodulator (peningkat daya tahan tubuh), meliputi jahe merah, sambiloto, meniran, jambu biji, kulit jeruk, vaksin, suplemen, serta berbagai alat pelindung diri (APD).

Kelompok obat dan terapi berpartisipasi dalam uji klinis multicenter obat Covid-19, penelitian plasma konvalens, dan sel punca mesenkimal. Di kelompok skrining dan diagnosis mulai produksi rapid test, test kit PCR, juga laboratorium lapangan BSL2. Adapun kelompok alat kesehatan dan pendukung melakukan penelitian ventilator, software data movement, peta geospasial, serta robot pemberi obat.

Dana penelitian
”Saat ini 86 persen dana penelitian berasal dari pemerintah. Ke depan diharapkan dana lebih banyak dari swasta seperti di negara-negara lain. Tentu saja riset-riset yang dekat ke hilir,” kata Ismunandar.

Hammam Riza mengungkapkan, Indonesia berada di ranking 85 pada Indeks Inovasi Dunia 2019. Jauh di bawah negara-negara ASEAN seperti Singapura (ranking 8), Malaysia (35), Thailand (42), Vietnam (43), Filipina (54), Brunei (71).

Ia menyatakan, indikator terpenting dalam inovasi adalah investasi penelitian dan pengembangan (R&D), jumlah paten dan merek internasional yang dimiliki sebuah negara, pengembangan aplikasi ponsel serta ekspor produk-produk berteknologi tinggi.

Untuk meningkatkan keberhasilan, berbagai penelitian dilakukan lewat kerja sama pentaheliks, melibatkan berbagai kementerian di pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, industri, investor dan penyandang dana, serta organisasi nonpemerintah termasuk media.

Misalnya, pengembangan ekstrak daun jambu biji untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena memiliki berbagai senyawa yang bisa meningkatkan imunitas terhadap virus SARS-CoV-2 dilakukan bersama antara Universitas Indonesia (UI), IPB University, PT Soho, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Saat ini sedang persiapan untuk uji klinis.

Hal senada dikemukakan CEO PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius. ”Inovasi adalah kunci keberhasilan”, ujarnya.

Sejak lama pihaknya membangun ekosistem bisnis melibatkan pemasok, distributor, pelanggan, lembaga pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian, untuk menciptakan jaringan kerjasama.

Sebagai contoh, untuk produk air kelapa pihaknya melibatkan ekosistem di Kepulauan Riau, sedangkan produksi jahe merah dari hulu ke hilir melibatkan ekosistem di Sumatera dan Jawa.

Menurut Vidjongtius, saat ini Kalbe berpartisipasi dalam uji klinis terkait Covid-19 di Wisma Atlet untuk 2 produk herbal yang digunakan sebagai imunomodulator berupa kombinasi jahe merah, sambiloto, meniran, dan sembung. Selain itu, jamur Cordyceps militaris untuk imunitas dan kesehatan saluran pernapasan.

Pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai lembaga di Indonesia (UI, Balitbangkes, LIPI, BPOM, IDI) dan Korea Selatan dalam penelitian kandidat vaksin berbasis DNA yang disebut GX-19.

Bukan obat
Guru besar Teknologi Pangan dan Gizi IPB University, C Hanny Wijaya, menekankan, pangan fungsional dan herbal yang saat ini diteliti bukan obat. Fungsinya untuk pencegahan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Sejak 1996, Hanny melakukan penelitian efikasi dan pengembangan produk permen kayu putih (Melaleuca cajuputi) atau cajuputs candy. Zat aktif utama kayu putih, 1,8-cineole, berfungsi sebagai antimikroba.

Permen kenyal dengan sejumlah varian rasa itu sudah dipatenkan dan mendapat sertifikasi halal serta meraih berbagai penghargaan. Saat ini permen didonasikan ke para tenaga kesehatan yang merawat Covid-19 untuk meningkatkan imunitas.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik UNS Ahmad Yunus memaparkan sejumlah penelitian yang dilakukan perguruan tinggi itu. Antara lain, purwarupa ventilator portabel yang kini diuji klinis di Rumah Sakit Fakultas Kedokteran UNS. Selain itu, ada robot pembantu perawat Covid-19, gerbang pengukur suhu tubuh, Covid-19 rapid sensor berbasis potentiostat.

Tim UNS melakukan analisis sekuen nukleotida SARS-CoV-2 strain Jawa. Juga penelitian herbal untuk imunomodulator, yakni temu lawak, jahe, VCO, dan seledri. Sebagian kini sudah dalam tahap uji klinis.

Oleh ATIKA WALUJANI MOEDJIONO

Editor: ATIKA WALUJANI MOEDJIONO

Sumber: Kompas, 1 Juli 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB