LUAR biasa. Tak ada kata lain yang lebih tepat untuk menggambarkan pekerjaan cemerlang I Made Agus Wirawan, lulusan SMU Negeri 1 Bangli, Bali, yang mengantar Indonesia untuk pertama kali mendapat penghargaan tertinggi dalam Olimpiade Fisika Intemasional 1999 di Padua, Italia. Emas akhirnya berada dalam genggaman, setelah tujuh tahun mengikuti kompetisi bergengsi dalam ilmu pengetahuan bagi siswa sekolah lanjutan atas sedunia itu.
”Ujian telah berlangsung tanpa complain yang signifikan,” ujar Ketua Olimpiade Fisika Internasional ke-30 Tahun 1999 Prof Paolo Violino dalam sidang pleno para pemimpin kontingen dan pengamat yang berlangsung Minggu (25/7) pukul 21.00 waktu Padua.
Acara penyerahan medali herlangsung Senin pukul 16.00 waktu Padua. Wartawan Kompas Salomo Simanungkalit dari Padua melaporkan, bersama I Made Agus Wirawan, terdapat 29 siswa lain dari 15 negara yang mendapat medali emas’ dengan skor di antara 44,0 sampai 49,8 dari 5O nilai sempurna Agus mendapataskor final 44, 4.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua tempat teratas diisi oleh dua pelajar Rusia, sedangkan peringkat ketiga dan keempat ditempati dua pelajar Iran. Tahun ini Iran berjaya. Kelima pesertanya semua mendapat emas. Rusia mendapat empat emas dan satu perak. Amerika Serikat, tiga emas, RRC dan Korea Selatan masing-masing dua emas, Israel satu emas.
Olimpiade kali ini diikuti 291 orang siswa-siswa terbaik dari 62 negara, termasuk. Rusia, Amerika Serikat, Israel, Inggris, dan Jerman yang mempunyai reputasi tertinggi dalam fisika sepanjang abad ini. Tetapi Inggris dan Jerman tahun ini tidak mendapat emas.
KALI ini Indonesia juga mencatat rekor tertinggi: kelima peserta semuanya mendapat panghargaan. Ferdinand Renaldi Wawolumaya (SMU St Aloysius Bandung) mendapat perak, Jerry Prawiharjo (SMU Albertus Malang) dan Landobasa Yosef Mario Aleksander Lumbantobing (SMU St Angela Bandung) masing-masing satu perunggu, dan Ma’muri (SMU Negeri II Cirebon) sebuah penghargaan khusus yang dikenal sebagai honorable mention.
”Saya tidak dapat menggambarkannya,” kata Agus saat ditanya bagaimana perasaannya sebagai orang Indonesia yang pertama mendapat emas. Kegembiraan pemuda Bali yang lebih banyak diam tetapi spontan bereaksi setiap mendengar humor-humor yang mengandalkan logika itu merasa dari genggaman tangannya yang erat saat menerima ucapan selamat dari kontingen Indonesia.
Agus yang diproyeksikan pemimpin kontingen Indonesia, Yohanes Surya, untuk melanjukan studi Fisika di Institut Teknologi Massachusatts (MIT), Amerika Serikat mulai musim panas tahun 2000, dengan demikian menambah daftar reputasinya sebagai calon fisikawan berbakat setelah Juni lalu mendapat hadiah The First Step to Nobel Prize in Physics. Bulan November mendatang ia akan berangkat ke Polandia untuk melakukan riset selama sebulan.
Prof Waldemar Gorzkowski yang merupakan Ketua Panitia The First Step to Nobel Prize in Physics 1999 dan hadir dalam olimpiade ini, sangat gambira menyambut medali emas yang dipereleh Agus.
”Keputusan memberikan hadiah The First Step bukanlah kebetulan, ” kata Gorzkawski kepada kontingen Indonesia yang sedang membicarakan prestasi Indonesia tahun ini di kantin Universitas Padua.
BOBOT penelitian Agus di Polandia nanti terlihat dari bahan yang diberikan Gorzkowski kepadanya di Padua kemarin, untuk dipelajarinya selama di Indonesia sebagai persiapan. Naskah itu berupa perumusan medan elektromagnetik dalam bahasa tensor yang di Jurusan Fisika ITB, misalnya,diberikan dalam kuliah Teori Medan Elektromagnetik Lanjut pada semester enam.
” Olimpiade yang menyajikan satu soal eksperimen dan tiga soal teori ini sangat menghargai kreativitas dan kejernihan siswa menyelesaikan problem fisika. Hal ini terlihat dari pengumuman Violino dalam sidang pleno yang menyebutkan tiga nama peserta yang berhasil mendapat the best theory solution dan seorang yang berhasil mendapat the best experimental solution.
Untuk soal teori namor dua misalnya, Suvrat Raju mendapat gelar terbaik itu. Ia mendapat 10 (sempurna) di antara 51
Peserta yang mendapat nilai sempurna juga untuk nomor sama , termasuk I Made Agus Wirawan. Peringkatnya hanya di urutan ke-103 tetapi ia berhasil mendapat gelar khusus karena menurut Violino, “Pekerjaannya orisinal cerdas dan jernih.”
Partisipasi Indonesia dalam olimpiade fisika sejak tahun 1993 itu menurut Yohanes, memperlihatkan perkembangan yang terus membaik. Ketika pertma kali ikut, Indonesia mendapat satu perunggu dan satu penghargaan khusus.Tahun 1995 mulai mendapat perak dan tahun ini baru mendapat emas. Ia yakin kurva prestasi Indonesia di masa mendatang bisa naik hingga seperti Iran, Rusia, dan Cina yang barman-main dalam domain medali emas.
”Saya melihat sistem pelatihan kita mendekati sistem yang benar,” katanya. “Sedangkan untuk menjaring anak-anak berbakat seperti Agus, saya kira tidak sulit dari 200 juta penduduk Indonesia. Yang panting rekrutmennya obyektif.”
Tuan rumah Olimpiade Fisika Internasional 2000 tahun depan adaIah Inggris. Tahun 2001 Turki, 2002 Indonesia sudah dipastikan menjadi tuan rumah. Kontingen Indonesia dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada hari Rabu sore mendatang.
Sambutan meriah agaknya pantas untuk mereka. Sebab di tengah krisis berkepanjangan para pelajar ini memberi harapan masa depan Indonesia masih ada.
Sumber: Kompas, 23 Juli 1999