Banyak mahasiswa menderita saat menjalani aktivitas perkuliahan. Ini karena apa yang dipelajari saat ini tidak sesuai dengan panggilan jiwanya. Temukan lentera jiwa, maka kehidupanmu akan bahagia.
Demikian disampaikan oleh Andy F Noya yang menjadi salah satu narasumber pada seminar pendidikan bertema “Bermimpi untuk Bangsa” di depan ratusan siswa SMA Kolese Kanisius, Jakarta, Jumat (18/9). Pembicara lain adalah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan guru besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Prof Harkristuti Harkrisnowo.
Andy menengarai, tidak sedikit siswa yang memilih jalur pendidikan di perguruan tinggi atas dasar keinginan orangtua, ajakan teman, dan paksaan pacar. “Mereka tidak memilih jalur yang mereka senangi. Akibatnya, mereka tidak menikmati perkuliahan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini terjadi pada orang yang telah masuk ke dunia kerja. Banyak di antara mereka yang bekerja di bidang yang tidak disukainya. Akibatnya, hasil karya yang dihasilkan tidak optimal.
RHAMA PURNA JATI–Menteri Perhubungan Ignasius Jonan seusai menjadi pembicara di seminar pendidikan bertema “Mimpi untuk Bangsa” di SMA Kolose Kanisius, Jakarta, Jumat (18/9).Seminar ini digelar untuk memberi inspirasi bagi siswa dalam memilih pendidikan sesuai minat, sehingga dapat bekerja dengan optimal di masa datang.
Andy pun berbagi cerita tentang pengalaman hidupnya. Sejak dulu ia sangat menyukai hal yang berhubungan dengan sastra, terutama tulis menulis, mulai dari mengarang hingga membaca puisi. Kesenangan itulah yang membuat ia semakin yakin untuk menjadi seorang wartawan.
Segala daya upaya dilakukannya untuk menggapai pekerjaan itu. Andy bahkan mengambil Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelumnya, yakni sekolah teknik.
Atas dasar kesenangan pada bidang jurnalistik, Andy terus mengasah dan bekerja optimal. Alhasil, walau tidak menyandang gelar sarjana, Andy berhasil menduduki jabatan penting di sejumlah media di Indonesia.
“Intinya, jika kita menemukan lentera jiwa dan bekerja di bidang yang kita suka, maka kesuksesan tinggal tunggu waktu,” ujar Andy.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan berbagi soal tanggung jawab pada pekerjaan dan empati. Dengan memiliki visi menciptakan angkutan publik yang layak dan nyaman, pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia ini mampu mengubah stigma negatif mengenai kereta api yang kotor, jorok, dan tidak aman menjadi bersih dan layak.
Resepnya adalah bekerja dengan penuh komitmen dan tanggung jawab diiringi rasa empati kepada orang lain. Dengan adanya komitmen, setiap pekerjaan tidak dijadikan sebuah beban, tetapi menjadi tanggung jawab yang harus dilakukan.
Berbicara mengenai empati, kata Jonan, setiap orang harus memiliki misi “setiap hari, setidaknya ada satu kebaikan yang dibagikan kepada masyarakat”. Dengan demikian, kita akan berupaya keras untuk dapat melayani orang banyak.
Tak boleh ada rasa malas dalam bekerja karena masyarakat tidak akan menolerir kemalasan. Saat kita malas, maka kita akan ditinggalkan. “Untuk dapat mengubah orang lain, ubah diri sendiri terlebih dulu,” kata Jonan.
Seiring jabatannya sebagai Menteri Perhubungan, Jonan memiliki visi untuk memperbaiki seluruh fasilitas angkutan umum menjadi lebih tertib dan rapi. “Boleh dicatat, visi itu bisa tercapai paling lambat pada 2018,” kata Jonan menegaskan.
Kepala sekolah SMA Kolose Kanisius, Jakarta, Pastor J Heru Hendarto SJ mengatakan, seminar pendidikan ini digelar untuk memberikan gambaran dan inspirasi kepada peserta didik mengenai langkah apa yang mereka tempuh untuk masa depannya. (B12)
Sumber: Kompas Siang | 18 September 2015