Kesempatan perempuan untuk bergerak di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika lebih terbuka saat ini. Sejumlah industri lebih melihat kemampuan individu daripada latar belakang jender yang dimiliki. Sayangnya, ketertarikan perempuan dalam industri itu masih rendah.
Kepala Departemen Teknik Rel Kereta PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Tengku Alia Sandra menilai, industri yang berbasis sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM) lebih terbuka menerima perempuan sebagai karyawannya.
“Seseorang itu kini lebih dinilai dari kemampuan yang dimiliki, bukan pada jender lagi. Kalau nyatanya perempuan lebih mampu, kenapa tidak?” katanya di sela-sela acara diskusi publik yang diselenggarakan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada bagian perawatan jalur kereta di PT MRT Jakarta dari 12 pekerja, 8 orang merupakan perempuan. Hal itu menunjukkan perempuan memiliki kemapuan di bidang tersebut sehingga patut mendapatkan kesempatan yang sesuai.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Kepala Departemen Teknik Rel Kereta PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Tengku Alia Sandra saat memaparkan pandangannya terkait pekerjaan bidang stem dalam acara diskusi publik yang diselenggarakan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Fenny Martha Dwivany, profesor madya dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) menambahkan, kunci utama agar perempuan bisa bersaing di bidang STEM adalah memperhatikan aspek profesionalitas, kemampuan, dan kepercayaan diri.
“Ketika seseorang, termasuk perempuan, diberikan kesempatan dan secara profesional menjalani bidang itu, maka ia bisa maksimal menjalaninya. Termasuk di bidang STEM,” ujarnya.
Meski demikian, sejumlah tantangan juga dihadapi perempuan yang bergerak di bidang STEM. Dosen dan peneliti senior dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Dwinantika Rika Marthanty, berpendapat, tanpa adanya dukungan dari orang-orang sekitar, perempuan harus bekerja lebih keras.
Menurut Dwinantika, orangtua jadi aspek paling berpengaruh karena mereka yang mendukung untuk bergerak di bidang teknik. Sejak kecil, orangtuanya tak melarang saat Dwinantika tertarik dengan bidang STEM. Namun, ia menyayangkan banyak orang memandang bidang STEM sebagai dunia lelaki dan maskulin, sehingga perempuan tidak tertarik menggeluti dunia STEM.
KOMPAS/KHAERUDIN–Para pekerja PT Freeport Indonesia yang mayoritas perempuan, menjadi operator loader jarak jauh di ruang operator Minegem Tambang deep ore zone (DOZ) di lantai 1 OB 4 CIP MP 72, Tembagapura, Papua, Jumat (17/8/2018).
Sementara Direktur strategi Fifty50, Francessa Maclean menambahkan, dunia STEM seharusnya diperkenalkan sejak dini. Dalam pendidikan, unsur STEM mulai dibiasakan sehingga bisa diterima semua anak, baik anak perempuan maupun lelaki. Pola pembelajaran yang diterima di rumah, sekolah, dan warga berperan penting mengubah persepsi salah terkait bidang STEM.
Selain itu, faktor lain yang berperan adalah ada tokoh sebagai contoh. Sebagian besar orang lebih mengenal tokoh lelaki bidang STEM seperti Bill Gates ataupun Mark Zukenberg. Generasi muda perlu mengenal lebih banyak tokoh perempuan di bidang stem sebagai panutannya. “Untuk itu, mari perempuan-perempuan membuktikan kita bisa dan mampu bekarya di bidang ini (STEM),” ucapnya.–DEONISIA ARLINTA
Sumber: Kompas, 19 Oktober 2018