Saat ini rata-rata penggunaan sedotan plastik setiap hari mencapai 93 juta buah. Adapun sampah yang diproduksi manusia mencapai 0,7 kilogram per hari. Jika pengurangan dan pengelolaan sampah tidak dilakukan, kondisi tempat pembuangan akhir sampah akan semakin penuh sesak.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI–Anak-anak di Desa Bangun, Mojokerto, bermain di tengah gunungan sampah plastik, Rabu (19/6/2019).
Tidak harus menunggu momentum, kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan pengurangan sampah harus terus digalakkan. Hal tersebut bertujuan untuk mendukung target pemerintah dalam menciptakan Indonesia Bersih pada 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, di Jakarta, Jumat (5/7/2019), mengatakan, pihaknya telah coba membangun momentum kesadaran pengurangan sampah melalui Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Masyarakat diharapkan terdorong dengan inisiatif-inisiatif pada serangkaian kegiatan pengelolaan dan pengurangan sampah tersebut. Hal itu digalakkan demi mencapai target pemerintah untuk Indonesia Bersih 2025.
”Untuk mencapai target pengurangan 30 persen dan penanganan 70 persen dari jumlah sampah yang kita hitung 2017, yakni 65,7 juta ton per tahun,” ujarnya saat acara penutupan HPSN di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, imbauan agar membuang sampah pada tempatnya kini sudah tidak cukup. Masyarakat harus didorong untuk memilah dan mengolah sampah agar target pengurangan tercapai.
”Di kota-kota besar, banyak anak muda yang sudah membawa botol minum sendiri atau tidak mau memakai sedotan plastik,” ujarnya.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati
Gerakan-gerakan pengurangan tersebut, menurut Rosa, sudah banyak dilakukan di kantor-kantor kementerian dan pemerintah daerah. Lebih kurang ada 18 kota dan kabupaten yang sudah membuat peraturan tentang larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai.
”Satu provinsi, yakni Bali, yang juga melarang penggunaan sedotan plastik dan kantong plastik di seluruh wilayahnya,” lanjutnya.
Rosa menyebutkan, saat ini rata-rata penggunaan sedotan plastik setiap hari mencapai 93 juta buah. Adapun sampah yang diproduksi oleh manusia mencapai 0,7 kilogram per hari. Jika pengurangan dan pengelolaan sampah tidak dilakukan, kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah akan semakin penuh sesak.
”TPA Bantargebang di Bekasi saja itu tinggal tiga tahun usianya, padahal luasnya ada 115 hektar. Setelah itu, sampahnya mau dibuang ke mana?” katanya.
Terkait dengan pengelolaan TPA, daerah-daerah harus membuat Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada) yang memuat target penanganan dan pengurangan sampah. Saat ini ada 200 lebih daerah yang sudah menyampaikannya ke KLHK.
Dalam acara penutupan HPSN tersebut, Rosa turut menyampaikan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan KLHK selama HPSN. Kegiatan tersebut antara lain bersih sampah di pantai-pantai, mudik asyik tanpa sampah plastik, serta lomba foto dan vlog. Meski seluruh rangkaian telah resmi ditutup, akan ada momentum-momentum lain yang juga digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Konten kreatif
Pada kesempatan yang sama, KLHK mengumumkan pemenang lomba foto dan vlog dalam rangka HPSN. Foto peraih juara kedua karya Rofyan Sofyaman memperlihatkan seorang laki-laki yang sedang mengolah limbah karet menjadi produk bernilai ekonomis, seperti tas dan sandal.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Pemberian hadiah juara lomba foto dan vlog HPSN.
Sementara itu, vlog peraih juara kedua karya Mikail Kaysan Leksmana memperlihatkan tentang kompleksnya proses pengangkutan sampah dari rumah warga Jakarta ke TPA Bantargebang. Bahkan, truk-truk pengangkut sampah tersebut sampai membutuhkan waktu tujuh jam untuk mengantre masuk TPA.
Pimpinan Redaksi Media Daring Greeners Syaiful Rochman, yang menjadi salah satu juri, mengatakan cukup mengejutkan mengetahui anak-anak muda mau membuat konten-konten kreatif mengenai sampah. Untuk lomba foto, jumlah pesertanya tak kurang dari 160 orang, sedangkan vlog sekitar 65 orang.
”Anak-anak muda ini cukup jeli melihat masalah di lapangan. Sebagian besar TPA masih dikelola secara open dumping,” katanya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO–Pemulung menyortir sampah yang diratakan alat berat di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (14/6/2019).
Pemenang pertama lomba vlog, Andhika Bagas Dirgantoro, mengatakan baru pertama kali membuat konten mengenai lingkungan. Menurut dia, ide yang muncul berasal dari keresahannya pada konsumsi kantong plastik berlebihan masyarakat di daerah asalnya, Sukoharjo, Jawa Tengah.
”Timbul pertanyaan, sampahnya nanti akan dikemanakan dan jadi apa. Ternyata hanya ditimbun tanpa diolah,” ujarnya.
Oleh FAJAR RAMADHAN
Sumber: Kompas, 5 Juli 2019