Keracunan Darah pada Leukemia Limfoblastik Akut Anak

- Editor

Selasa, 14 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hematotoksisitas atau keracunan darah pada leukemia limfoblastik akut anak selama terapi fase pemeliharaan penting untuk diperhatikan. Hal itu karena dapat menyebabkan masalah jiwa dan penghentian dini terapi yang dapat meningkatkan risiko kambuh.

DEONISIA ARLINTA UNTUK KOMPAS–Seorang anak pasien kanker didampingi kedua orangtuanya melintasi lorong ruang rawat inap perawatan anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Di RS Dharmais, dari 23 persen pasien leukemia limfoblastik akut yang sedang mendapat terapi pemeliharaan, ditemukan keracunan darah berupa leukopenia sebesar 47,8 persen, anemia 95,7 persen, dan trombositopenia 17,4 persen.

Menghadapi masalah hematotoksisitas ini, penulis menelitinya untuk mengetahui angka kejadian keracunan darah di Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap 106 pasien leukemia limfoblastik akut anak yang berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, Juni 2017-Oktober 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian ini berjudul ”Toksisitas Hematologi pada Leukemia Limfoblastik Akut Anak yang Mendapat Terapi Pemeliharaan: Kajian Khusus terhadap Genotip dan Fenotip Metabolisme Merkaptopurin”. Penelitian untuk disertasi ini menjadi syarat untuk memperoleh gelar doktor bidang ilmu kedokteran di Universitas Indonesia, Depok, 12 April 2019.

Leukemia adalah penyakit keganasan yang paling sering terjadi pada anak. Sebanyak 30 persen anak di bawah 15 tahun yang didiagnosis menderita kanker oleh leukemia. Pada anak dengan leukemia, 80 persen dari mereka menderita leukemia limfoblastik akut. Leukemia limfoblastik akut merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak penderita kanker.

Angka keberhasilan pasien leukemia limfoblastik akut mencapai remisi atau pengurangan kesakitan setelah fase induksi atau pemberian obat lebih dari 90 persen. Namun, 30-40 persen di antaranya mengalami relaps atau kekambuhan pada fase pemeliharaan. Di negara maju, beberapa tahun terakhir, kejadian kambuh sebesar 11 persen, tetapi angka kejadian kambuh di RSCM lebih tinggi, yaitu masih 28,7 persen.

SUN LINGMIN VIA AP–Su Lingmin dirawat di rumah sakit di Provinsi Heilongjiang, China, beberapa waktu lalu. Perempuan itu didiagnosis menderita leukemia.

Merkaptopurin, yang disingkat 6MP, adalah obat utama pada fase pemeliharaan leukemia limfoblastik akut anak. Obat ini berfungsi untuk menekan sel blas, tetapi di sisi lain obat ini dapat menimbulkan keracunan, terutama leukopenia, yaitu turunnya jumlah leukosit atau sel darah putih.

Selama fase pemeliharaan, hematotoksisitas berupa leukopenia tingkat 3-4 terjadi pada 15 persen pasien leukemia limfoblastik akut anak. Di RS Dharmais, dari 23 persen pasien leukemia limfoblastik akut yang sedang mendapat terapi pemeliharaan, ditemukan keracunan darah berupa leukopenia sebesar 47,8 persen, anemia 95,7 persen, dan trombositopenia 17,4 persen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hematotoksisitas dan melihat hubungannya dengan genotip enzim pemetabolisme merkaptopurin, yaitu thiopurine S-methyl transferase (TPMT), fenotip TPMT, dan karakteristik pada pasien leukemia limfoblastik akut anak di Indonesia.

Untuk menghindari hematotoksisitas, Masyarakat Farmokologi Klinik dan Terapeutik Amerika merekomendasikan penyesuaian dosis awal merkaptopurin berdasarkan genotip enzim pemetabolisme merkaptopurin, yaitu TPMT, yang memengaruhi kadar metabolit aktif merkaptopurin dan hematotoksisitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan, prevalensi hematotoksisitas pada fase pemeliharaan pasien leukemia limfoblastik akut anak di Indonesia sebesar 71,7 persen. Tidak ada hubungan hematotoksisitas dengan genotip TPMT. Namun, terdapat hubungan fenotip dengan hematotoksisitas. Tidak terdapat hubungan antara genotip TPMT dan fenotip pada pasien leukemia limfoblastik akut anak di Indonesia.

Dengan kata lain, penelitian ini menyimpulkan, hematotoksisitas tidak berhubungan dengan genotip TPMT dan karakteristik pasien. Fenotip TPMT berhubungan dengan hematotoksisitas, tetapi kurang kuat untuk memprediksi hematotoksisitas.

Berdasarkan hasil penelitian ini, prosedur yang dilakukan di klinik saat ini sudah memadai. Penyesuaian dosis merkaptopurin dilakukan berdasarkan respons klinis pasien. Hal itu terlihat dalam hasil pemeriksaan hematologi, yang mudah dilakukan dan murah. Studi ini juga mengonfirmasi bahwa pemeriksaan rutin berupa penggenotipan TPMT pada awal pengobatan pasien tidak diperlukan.

Biodata:
Dr dr Dewi Selvina Rosdiana Hutapea, Mkes adalah pengajar Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lahir di Jakarta, 8 Mei 1979, ia menyelesaikan pendidikan S-1 dan profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran tahun 2004 dan S-2 ilmu kedokteran dasar di kampus yang sama tahun 2005. Dokter Dewi menyelesaikan pendidikan S-3 di FKUI tahun 2019.

Oleh DEWI SELVINA ROSDIANA HUTAPEA

Editor: Subur Tjahjono

Sumber: Kompas, 13 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB