Kendeng Jalur Migrasi dan Habitat Capung

- Editor

Sabtu, 14 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pegunungan Kendeng Utara di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, merupakan habitat capung endemik Jawa dan jalur migrasi burung. Hal itu menunjukkan vegetasi di wilayah itu masih baik dan rapat sehingga perlu dijaga dan dilestarikan agar keanekaragaman hayatinya tidak punah.

Demikian kesimpulan dan rekomendasi penelitian tentang keanekaragaman hayati Pegunungan Kendeng Utara di enam mata air dan aliran sungai di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, dan Desa Brati, Kecamatan Kayen. Penelitian dilakukan Indonesia Dragonfly Society (IDS) dan Yayasan Masyarakat untuk Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, dan Perdamaian Indonesia (YSI) Area Jawa Tengah pada 8-11 Desember 2013.

Ketua IDS Wahyu Sigit Rahadi, Rabu (11/12), mengatakan, keanekaragaman hayati yang didata adalah capung, kupu-kupu, dan burung. Selama empat hari penelitian, tim menemukan 30 spesies capung, 55 spesies kupu-kupu, dan 45 spesies burung.

Dari 30 jenis capung, beberapa di antaranya endemik Jawa, antara lain Rhinocypha fenestrata dan Nososticta insignis. Rhinocypha fenestrata merupakan capung endemik Jawa yang sulit ditemui.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Ada delapan jenis capung yang nimfanya sensitif terhadap pencemaran. Apabila sumber air atau sungai yang menjadi habitat capung itu tercemar, capung itu akan berpindah lokasi,” katanya.

Sigit menambahkan, hal itu terjadi karena nimfa capung sensitif terhadap polutan. Karena itu, nimfa capung dapat dijadikan sebagai bioindikator lingkungan.

Anggota IDS bidang penelitian burung, Joko Setiono dan Nanang Kamaludin, menyatakan, di Kendeng ditemukan pula burung-burung migran, misalnya burung layang-layang asia, sikep madu asia, dan elang alap asia.

”Hal itu menunjukkan bahwa Pegunungan Kendeng Utara merupakan jalur migrasi burung,” kata Nanang.

Peneliti YSI Area Jateng, Husaini, mengemukakan, temuan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan upaya penyadaran masyarakat atas keanekaragaman hayati di Pegunungan Kendeng Utara beserta fungsinya. Harapannya, masyarakat bisa memanfaatkan dan melindungi secara optimal.

”Kami juga berharap agar praktik alih fungsi lahan di kawasan yang berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan yang akan mengganggu keanekaragaman hayati dihindari,” kata Husaini. (HEN)

Sumber: Kompas, 14 Desember 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB