Kemampuan Karakter Lulusan Masih Rendah

- Editor

Kamis, 20 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dunia industri menilai kemampuan soft skill atau karakter sumber daya manusia lulusan lembaga pendidikan/pelatihan masih rendah. Padahal, justru karakter yang dinilai industri sebagai poin paling penting. Lulusan yang masuk ke industri dinilai kurang bertanggung jawab, kurang berinisiatif, dan kurang jujur dalam bekerja.


Ini salah satu temuan dalam uji coba Program Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Periode 2010-2014 yang dipaparkan anggota tim ahli program penyelarasan pendidikan, Maria Anityasari, dalam Laporan Pelaksanaan Program Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja, Selasa lalu, di Jakarta.

”Pertanyaan besarnya adalah bagaimana lulusan bisa berkontribusi pada dunia kerja. Dunia industri atau perusahaan sering mengeluhkan kualitas lulusan yang belum sesuai dengan kebutuhan mereka,” tutur Maria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Uji coba dilakukan tahun 2010, 2011, dan 2013. Uji coba yang pertama, pada 2010, melibatkan 50 lembaga pendidikan dan pelatihan (20 lembaga kursus dan pelatihan, 15 sekolah menengah kejuruan, serta 15 politeknik dan perguruan tinggi).

Dari hasil uji coba ini juga dikemukakan ketidakpuasan dunia industri terhadap lembaga pendidikan/pelatihan yang dinilai tidak konsisten dan serius dalam mengelola hubungan dengan industri mitra. Seharusnya kedua pihak bekerja sama dalam menyusun kurikulum, mengembangkan program magang, dan evaluasi kompetensi lulusan.

Adapun dari sisi lulusan atau sumber daya manusia, keluhan terbanyak lulusan terhadap lembaga pendidikan/pelatihan adalah cara guru yang tidak menarik dalam penyampaian materi, teori ataupun praktik. Lulusan juga mengeluhkan kurangnya pengelolaan program magang oleh sekolah dan tak tersedianya bursa kerja dalam bimbingan karier di sekolah atau lembaga pelatihan.

Untuk memenuhi kebutuhan industri, Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Muslikh akan meminta setiap lembaga kursus memiliki standar kompetensi lulusan (SKL). Ia mengakui masih banyak lembaga kursus yang belum memiliki SKL.

”Jika sudah memiliki SKL, kita bisa kerja sama dengan ASEAN melalui perjanjian saling mengakui kompetensi tenaga kerja. Ini penting untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN. Membangun keselarasan itu tidak mudah. Perlu koordinasi antar-kementerian,” papar Muslikh. (LUK)

Sumber: Kompas, 20 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB