Kelomang atau Kumang adalah hewan yang sudah tidak asing lagi bagi kita, terutama oleh anak-anak. Hewan ini selalu bersembunyi didalam cangkang siput atau keong dari kelas Gastropoda dan membawanya kemana saja berjalan. Seringkali oleh anak-anak kelomang dijadikan teman bermain dengan mengikatkan kotak korek api di cangkangnya, seolah-olah kereta api yang menarik beban.
Anak-anak dapat dengan mudah mencari hewan ini. Apabila kita bermain-main di pantai, maka banyak sekali dijumpai kelomang atau kumang berjalan di pasir. Selain itu juga di batu-batu karang atau di bawah tum-pukan sampah pinggir pantai. Bagi anak-anak yang tinggal di kota, hewan dapat diperoleh dengan membeli dari penjaja mainan dengan harga yang relatif murah.
ASAL MUASALNYA
Hewan yang disebut kelomang atau kumang ini menurut MC LAUGHLIN (1979) digolongkan dalam kelas kepiting dan udang (Crustacea), bangsa Decapoda, saksi Anomura dan suku Coenobitidae.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Digolongkannya hewan ini kedalam kelas tersebut disebabkan bentuk tubuhnya yang telah mengalami modifikasi. Hal ini dicirikan oleh struktur tubuh yang memanjang (terutama dibagian abdomen), asimetris, silindris dan pipih. Ciri lainnya adalah karapas menyempit dan tidak
mengeras.
HABITAT
Kelomang dapat hidup di darat dan di laut, biasanya tidak jauh dari laut. Di laut dijumpai di bawah batu-batu karang, sedangkan di darat lebih menyukai tempat yang teduh. Di bawah tumpukan sampah atau juga berjalan di akar mangrove dan di tepi pantai dengan pasir yang bersih. Kemampuan kelomang untuk hidup di daratan ternyata didukung oleh kepandaiannya mengatur pernapasan dengan menggunakan insang. Kelomang mengambil oksigen dari dalam air dengan membenamkan kepalanya cukup lama. Dengan cara demikian kelomang akan tahan berada di daratan dalam selang waktu yang lama.
TINGKAH LAKU SEKSUAL
Kelomang akan melakukan aktifitas hidupnya di daratan atau di laut, antara lain mencari makan dan kawin. Proses perkawinan dilakukan beberapa saat setelah betina mengalami penggantian kulit. Pembuahan terjadi secara intemal. Setelah Kopulasi (dibuahi), kelomang betina bermigrasi ke laut untuk melepaskan telur-telurnya. Saat bermigrasi biasanya malam hari, pada waktu telur-telur tersebut telah matang dan siap untuk menetas.
Kelomang betina yang akan melepas-kan telumya berjalan di atas batu-batuan di daerah perbatasan pa-sang surut, sehingga ombak yang dating memecah akan membasahi bagian atas tubuhnya saat telur-telur tersebut kontak dengan air laut. Maka setelah itu telur menetas dan Zoea dilepaskan ke dalam laut.
Lain halnya tingkah laku seksual kelomang di laut. Memang pada umumnya kelomang atau kumang mempunyai tingkah laku seksual yang polanya berbeda sesama jenis, tetapi pada dasarnya mempunyai cara yang sama dalam satu marga. Seperti yang diamati oleh HAZLETT (1968) terhadap marga Clibanarius, Calcinus dan Pagurus sebelum melakukan populasi mereka terlebih dahulu melakukan prekopulasi (masa berpacaran atau bercumbu).
Kelomang jantan akan selalu menarik perhatian kelomang betian dengan membuat gerakan-gerakan isyarat. Sapit kecilnya akan menggaruk-garuk atau mengetok-ngetok pinggiran cangkang kelomang betina. Beberapa menit kemudian disusul dengan gerakan getaran yang dibuat oleh sapit besarnya. Hal ini dimaksudkan agar kelomang betina segera terangsang. Sebagai interaksi betina akan mengelus-elus sapit besar kelomang jantan dengan antenanya, sebagai tanda telah siap. Adegan ter-sebut diikuti dengan mengeluarkan tubuhnya sedikit-sedikit dari cangkang.
Dalam situasi demikian kelomang jantan segera memegang erat-erat kaki pejalan kelomang betina dengan sapit kecilnya, sambil menarik tubuh masing-masing dari cangkang.
Setelah kedua keluar dari cangkang, betina akan mengambil posisi terlentang dan jantan berada di sisinya, sehingga mudah memasukkan pleopodnya ke dalam alat genital betina. Kejadian ini umumnya diikuti oleh getaran yang menghentak agar spermanya dapat disalurkan ke dalam kantong sperma sebelum terjadi pembuahan.
BERBURU CANGKANG
Memang bermacam-macam sifat hidup dari hewan di darat maupun di laut, dimana kesemuanya mempunyai ciri-ciri tersendiri. Seperti halnya kelomang yang mempunyai sifat senang berganti-ganti cangkang sebagai tempat tinggalnya. Karena seringnya berganti cangkang maka dijuluki sebagai hewan “pemburu cangkang”.
Senangnya berburu cangkang di-maksudkan untuk memperoleh tempat tiggal yang cocok, karena ukuran tubuhnya yang selalu bertambah.
Cangkang yang menjadi sasaran biasanya cangkang siput yang telah kosong. Tetapi apabila tidak dijumpai yang kosong, dan dalam keadaan memaksa maka tidak jarang menyerang siput secara tiba-tiba melukai, merampas dan mengusirnya dari cangkang.
Sering kali kelomang dijumpai menggunakan benda-benda atau bahan apa saja yang didapat untuk melindungi tubuhnya sementara waktu. Sehingga pernah terlihat kelomang menggunakan kulit kelapa untuk perlindungannya. Atau kelomang akan membenamkan diri kedalam pasir, dan bersembunyi di balik batu-batu karang sampai ditemukannya cangkang baru.
Sebelum menggunakan cangkang baru, kelomang terlebih dahulu mencobanya dengan jalan keluar masuk kedalam cangkang. Ukuran cangkang mempunyai beberapa pengaruh dalam mempertahankan hidup dan melakukan reproduksi secara berhasil. Ukuran cangkang yang besar memungkinkan kelomang betina berkembang biak di dalam rumah cangkangnya. Kelomang yang menghuni cangkang terlalu kecil akan sulit untuk menarik diri lagi (anggota badan masih berada diluar ketika kelomang berusaha untuk masuk ke dalam cangkang), sehingga lebih rendah toleransinya terhadap kekeringan, jika dibandingkan kelomang lain yang seluruh tubuhnya berada dalam cangkang secara lengkap.
Oleh sebab itu untuk mendapatkan cangkang yang cocok, kelomang muda terlebih dahulu memeriksa dengan sapitnya ke dalam cangkang. Apabila dirasakan terlalu sempit, bagian dalam cangkang akan dikikis dengan kukunya yang tajam. Dengan maksud agar dapat digunakan sementara sampai dengan ditemukan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Hambatan utama dalam pemilihan cangkang antara lain karena kemam-puan kelomang yang terbatas untuk menggali dan membersihkan cangkang yang terkubur di dasar Faktor lain yang juga menyulitkan upaya untuk mendapatkan cangkang siput adalah adanya organisme lain yang hidup pada atau di dalam cangkang tersebut.
Disamping itu juga persaingan dengan kelomang lainnya kerap kali terjadi. Karena setiap kali pertumbuhan kelomang akan memerlukan cangkang baru yang lebih besar.
Agaknya cangkang moluska dapat memberikan perlindungan terhadap pemangsa, baik di darat maupun di air selain itu juga melindungi kelomang dari kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh tekanan ombak yang keras, gesekan pasir dan batuan kerikil selama emigrasi maupun migrasi.
Oleh: Rianta Pratiwi, Staff Peneliti Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI Jakarta.
Sumber: Majalah AKU TAHU/ PEBRUARI 1993