Kecelakaan PLTN; Pesan untuk Optimalisasi Energi Terbarukan

- Editor

Kamis, 24 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masyarakat dunia masih menanti hasil penanganan bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, Jepang, Rabu (23/3). Bagi negara lain yang memiliki PLTN, tragedi itu memberi pesan kuat untuk meningkatkan kewaspadaan. Bagi Indonesia, tragedi itu memberi pesan kuat untuk segera mengoptimalisasikan energi terbarukan.

Hingga Rabu kemarin, para pekerja dibantu teknologi lengan robotik mencoba mendinginkan reaktor PLTN Fukushima. Reaktor pada Unit 3 masih dihadapkan persoalan suhu meninggi akibat batang bahan bakar Uranium 235 meleleh.

Masih ada ketidakpastian. Di antaranya kemungkinan selubung pelindung reaktor akan tetap kokoh menahan panas. Kemungkinan lain, reaktor bocor. Paling dikhawatirkan lagi, kemungkinan panas tinggi dari dalam reaktor menimbulkan tekanan kuat hingga meledakkan reaktor tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Paparan radiasi nuklir pada skala kejadian 5 untuk PLTN Fukushima terus terjadi. Kontaminasi zat radioaktif iodin di dalam air keran di Tokyo yang berjarak sekitar 250 kilometer dari Fukushima sudah melampaui ambang batas yang aman bagi seorang bayi.

Perairan laut di sekitar Fukushima pun terdeteksi mengandung paparan zat radioaktif pula. Peringatan untuk tidak mengonsumsi sayuran dan susu dari empat prefektur, Fukushima, Ibaraki, Tochigi, dan Gunma, digencarkan.

Selain bayam, daun bunga serunai, dan canola, sekarang juga diperingatkan untuk tidak mengonsumsi brokoli serta parsley dari keempat prefektur tersebut, karena masuk daftar sayuran terkontaminasi nuklir.

Masyarakat Jepang makin dicekam banyak kekhawatiran, termasuk kekhawatiran mengonsumsi ikan laut. Masyarakat dunia dipaksa pula untuk mewaspadai kontaminasi paparan radiasi nuklir dari setiap barang dan warga yang datang dari Jepang.

Ketua Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman mengatakan, setiap warga yang datang dari Jepang dideteksi kadar paparan zat radioaktifnya. Pendeteksian hingga seluruh barang bawaan. Para kru maskapai penerbangan hingga ke kabin-kabinnya juga dideteksi.

”Sejauh ini belum ditemukan paparan zat radioaktif dari Jepang,” kata As Natio.

Kekhawatiran masyarakat dunia, seperti di Jerman, juga tertuju pada ancaman serupa, Fukushima akan menerpa terutama dari tujuh instalasi PLTN tertua mereka. Pemerintah Jerman menangkap pesan itu. Hingga Juni 2011, Jerman memutuskan akan menutup operasi tujuh PLTN.

Ketahanan energi

Ada beragam reaksi masyarakat dunia atas tragedi Fukushima. Juga di Indonesia yang merencanakan pembangunan instalasi PLTN untuk mewujudkan ketahanan energi pada masa mendatang.

”Masih banyak yang harus dikerjakan selain PLTN meskipun saya sendiri tidak anti-PLTN,” ujar Direktur Energi Primer PT PLN (Persero) Nur Pamuji kepada wartawan, Jumat pekan lalu, seusai mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Menurut Nur Pamuji, PLN merupakan institusi paling berkepentingan di dalam menjaga ketahanan energi, termasuk kemungkinan menjadi pemilik instalasi PLTN nantinya.

Ia mengatakan, sekarang ini belum saatnya merencanakan pemenuhan energi dari PLTN. ”Terlalu banyak membuang energi,” katanya.

Nur Pamuji mengakui, masih banyak peluang selain PLTN yang harus dioptimalkan untuk mencukupi kebutuhan energi, baik untuk masa sekarang dan di kemudian hari.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Luluk Sumiarso mengatakan, tantangan ke depan, selain mengoptimalkan energi terbarukan adalah mengembangkan sumber energi baru.

Energi baru bukan hanya nuklir, tetapi juga berupa batu bara dicairkan, batu bara dijadikan gas, gas metana batu bara, hidrogen, dan metana.

Ironis. Itu semua sama sekali belum digarap. Padahal, pemerintah terakhir kali menetapkan visi 25/25, yaitu visi mewujudkan 25 persen pemenuhan energi dengan energi baru dan terbarukan.

Energi terbarukan, seperti panas bumi yang pertama kali dikonversi menjadi listrik pada tahun 1982 pun, hingga sekarang stagnan atau tidak makin optimal. Pemanfaatan panas bumi masih 4,17 persen dari potensi yang dimiliki.

Pemanfaatan tenaga air untuk pembangkit listrik skala besar juga baru mencapai 7,54 persen. Biomassa hanya terpakai 3,25 persen. Minihidro dan mikrohidro relatif berkembang, 28,31 persen dari potensi.

Pemanfaatan energi terbarukan lainnya, seperti tenaga angin, sinar matahari, arus laut, dan perbedaan suhu lapisan laut, pemanfaatannya hampir nol persen dari potensinya. Saatnya berbuat, bukan berwacana lagi. [Nawa Tunggal]

Sumber: Kompas, 24 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB