Kebun Raya Identifikasi Flora Jenis Baru, Konservasi Menyeluruh Perlu Ditingkatkan

- Editor

Sabtu, 27 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebun Raya Bogor telah mengidentifikasi sejumlah jenis tumbuhan baru dalam 10 tahun terakhir. Upaya ini diharapkan bisa menjadi cara untuk menyelamatkan tumbuhan endemik Indonesia.

Setidaknya, dalam 10 tahun terakhir, 32 jenis baru tanaman Begonia, 10 jenis baru tanaman Hoya, dan tanaman kemuning jenis Murraya cyclopensis telah diidentifikasi. Adapun jenis Begonia yang ditemukan antara lain Begonia sp atau benalu batu, Begonia comestibilis, Begonia matarombeoensis, dan Begonia balgooyi. Sementara jenis Hoya, tanaman baru yang ditemukan seperti Hoya rintzii, Hoya corneri, dan Hoya decipulae.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Wisnu Aji Handoyo, menunjukkan jenis Begonia balgooyi di Pusat Pembibitan Kebun Raya Bogor, Bogor, Jawa Barat, Kamis (25/4/2019). Tumbuhan Begonia ini merupakan jenis baru yang ia temukan di daerah Sulawesi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Pengungkapan ini untuk memberikan pemahaman baru tentang kekayaan jenis tumbuhan di Indonesia. Publik jadi tahu seberapa banyak sumber daya yang kita miliki sehingga klaim bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati bisa lebih valid,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R Hendrian dalam tur media di Kebun Raya Bogor, Bogor, Jawa Barat, Kamis (25/4/2019).

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI R Hendrian.

Setidaknya, Indonesia menjadi habitat dari 400 jenis Begonia dari 1.924 jenis yang ada di kawasan tropis di dunia. Sementara dari 400 jenis tumbuhan Hoya di seluruh dunia, lebih dari 100 jenis diperkirakan tumbuh di Indonesia.

Hendrian mengatakan, meski banyak temuan baru jenis tumbuhan di Indonesia, upaya konservasi yang dilakukan saat ini berpacu pada kerusakan habitat alami dari tumbuhan tersebut. Maraknya alih fungsi lahan, perubahan iklim, serta eksploitasi yang berlebihan menjadi tantangan yang dihadapi. Untuk itu, pelaksanaan tugas dan fungsi penelitian serta konservasi perlu terus didorong agar perlindungan keanekaragaman flora semakin kuat.

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Peneliti Senior Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Bogor Sri Rahayu.

Peneliti Senior Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Bogor, Sri Rahayu, mengatakan, tantangan konservasi berupa kerusakan habitat alami ditemui di Purworejo, Jawa Tengah. Satu jenis baru dari tanaman Hoya ditemukan di daerah tersebut. Namun, habitat tersebut bukan daerah konservasi sehingga rentan mengalami alih fungsi lahan.

”Kami khawatir, tanaman yang belum diidentifikasi namanya ini sudah telanjur hilang karena kerusakan habitat. Orang sekitar pun belum tahu kegunaannya. Kalaupun konservasi dilakukan di luar habitat asli, itu tidak bisa optimal,” katanya.

Koordinasi
Upaya konservasi tumbuhan ini tidak cukup pada penemuan jenis baru saja. Penelitian lebih lanjut, mulai dari identifikasi populasi, pemanfaatan tumbuhan, hingga memastikan pelestarian jenis tumbuhan menjadi sangat penting.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO–Tanaman Begonia Sisik Hiu (Begonia galeolepis) yang ditemukan peneliti spesialis Begonia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Wisnu Ardi menjadi salah satu temuan spesies yang diselamatkan dan dikembangkan di Kebun Raya Bogor, Kamis (25/4/2019). Sejumlah spesies baru dari tanaman Begonia, Muraya (Kemuning), dan Hoya berhasil ditemukan dan diselamatkan dari kepunahannya oleh sejumlah peneliti di Kebun Raya Bogor.

Hendrian mengakui, koordinasi yang terjadi di antara peneliti selama ini belum berlangsung dengan baik. Peneliti masih terbatas pada jenis dan keahlian yang dimiliki.

”Gap inilah yang akan diperbaiki. Peneliti yang menemukan jenis baru akan langsung dihubungkan dengan peneliti yang bisa mengidentifikasi manfaat tumbuhan. Kemudian berlanjut sampai pembibitan dan penggandaan tumbuhan sehingga kelestariannya terjamin,” katanya.–DEONISIA ARLINTA

Editor PASCAL S BIN SAJU

Sumber: Kompas, 26 April 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB