Keandalan, keamanan, dan machine learning atau pembelajaran mesin menjadi keunggulan yang diharapkan bisa mengangkat bisnis layanan server komputasi awan atau cloud Google. Ketiga hal itu menjadi topik hangat setelah tumbangnya sejumlah situs yang mengandalkan layanan awan pada akhir Februari lalu. Penyedia layanan harus memperhatikan ketiga hal tersebut jika ingin bersaing mendapatkan kue dalam bisnis komputasi awan ini.
“Semua orang peduli dengan isu keamanan. Ini juga soal keandalan. Karena banyak yang tertarik dengan masalah reliability beberapa waktu terakhir, saya akan mengucapkan beberapa kata. Anda bisa lihat Google Search, didesain 99,999 persen andal. Itu juga yang kami lakukan dalam layanan cloud. Kami mempermudah konsumen untuk mendesain layanan andal,” kata Diane Greene, Senior Vice President Google Cloud, yang menjadi pembicara kunci dalam konferensi Google Cloud Next 2017, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Prasetyo Eko Prihananto, dari Moscone Center West, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (8/3) waktu setempat atau Kamis dini hari WIB.
Greene merujuk pada tumbangnya sejumlah situs dunia akibat matinya sebagian layanan komputasi awan Amazon Web Service (AWS). Permasalahan itu akibat typo atau kesalahan memasukkan kode perintah saat seorang teknisi hendak menghapus sejumlah server untuk memperbaiki layanan. Akibatnya, lebih banyak server terhapus dari yang seharusnya dan menyebabkan tumbangnya banyak situs terkenal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/RADITYA HELABUMI–Pengunjung mencoba perangkat saat peluncuran Blackberry Aurora di Jakarta, Kamis (9/3). Blackberry Aurora diluncurkan oleh PT BB Merah Putih selaku pemegang lisensi gawai merek Blackberry di Indonesia. Blackberry dengan sistem operasi Android ini menggunakan kandungan komponen lokal sebesar 30 persen.
Selain keandalan dan keamanan, menurut Greene, Google juga bertumpu pada teknologi machine learning dalam layanan cloud-nya. Machine learning atau pembelajaran mesin memungkinkan perusahaan yang memakai Google Cloud mengembangkan aplikasi atau layanan cerdas berbasis data.
Blackberry
Secara terpisah, Senior Vice President, General Manager Mobility Solutions Blackberry Limited Alex Thurber kepada Kompas, di Jakarta, mengatakan, fokus bisnis di tingkat global adalah produk perangkat lunak berupa sistem keamanan untuk pemakaian internet segala bidang (internet of things/IoT). Saat ini, perkembangan industri IoT tengah bertumbuh.
“Privasi dan keamanan data pengguna harus tetap diutamakan. Dalam perkembangan inovasi produk IoT, kami melihat ada pertukaran informasi data pengguna. Di sinilah kami akan mengembangkan bisnis sistem keamanan,” ujar Alex.
Blackberry akan fokus mengembangkan inovasi sistem keamanan pada perangkat komunikasi bergerak, misalnya ponsel pintar. Di pasar Indonesia, sistem keamanan yang dikembangkan Blackberry Limited melekat pada sistem operasi Android.
“Kami sudah memutuskan menjadi perusahaan perangkat lunak. Di Indonesia, manufaktur Blackberry dijalankan oleh PT Blackberry Merah Putih. Perusahaan ini telah mengantongi lisensi kami,” katanya. (MED)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2017, di halaman 19 dengan judul “Keamanan Jadi Tumpuan Google”.